• KEBAHAGIAAN HAMBA YANG MELAKUKAN KEHENDAK TUANNYA
  • Lukas 12:35-46
  • Lemah Putro
  • 2021-10-10
  • Pdm. Jusak Pundiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/982-kebahagiaan-hamba-yang-melakukan-kehendak-tuannya
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Semakin kita dekat dengan-Nya, semakin kita mengerti apa yang menjadi kehendak-Nya dan berbahagia melakukannya. Sama seperti kalau kita bekerja memahami kehendak perusahaan tempat kita bekerja dan bekerja dengan hati senang maka akan berdampak positif – suasana kerja menyenangkan, pekerjaan berat terasa ringan, muncul ide-ide kreatif sehingga kita menyenangkan atasan dan sesama staf/karyawan menikmatinya serta tidak menutup kemungkinan kita mendapat gaji dan bonus yang menyenangkan. Kalau tuan/atasan kita di dunia mengerti tentang hal ini terlebih lagi Tuan di atas segala tuan itulah Tuhan kita.

Bagaimana hamba beroleh kebahagiaan dalam bekerja menurut Injil Lukas 12:35-46?

  • Hamba yang selalu siap kerja (ay. 35-40)

“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala.” (ay. 35)

Zaman dahulu orang bekerja memakai jubah sehingga perlu diikat supaya tidak kedodoran dan dapat bekerja dengan maksimal. Juga pelita tetap menyala berarti ada persiapan/persediaan minyak untuk penerangan yang dibutuhkan di malam hari bahkan dini hari (ay. 38). Dengan demikian hamba selalu siap bekerja kapan pun termasuk malam dan dini hari walau sebenarnya saat kita istirahat, berarti tidak memikirkan kepentingan diri serta bekerja dengan persiapan matang supaya pekerjaan kita tidak kedodoran, kurang/keliru/lupa sana sini.

“Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan….berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang….ia akan datang melayani mereka….apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian maka berbahagialah mereka.” (ay. 36-38)

Dapat dibayangkan ketika sang tuan pulang dari perkawinan dalam suasana kebahagiaan (menyangkut keintiman) lalu disambut dengan sikap dan cara hamba-hambanya yang siap melayani tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri! Kebahagiaan sang tuan akan tertular kepada hamba-hambanya sebab kebahagiaan sang tuan adalah kebahagiaan hamba! Sebaliknya, suasana apa yang tejadi ketika sang tuan pulang dalam kebahagiaan tidak disambut oleh hamba-hambanya karena mereka tidak siap bekerja, bermalas-malasan atau melakukan kesalahan dalam bekerja? Ilustrasi: ketika suami pulang dari kantor dalam kondisi lelah dan penuh pikiran, dia mengharapkan istri dan anak-anak menyambutnya dengan sukacita bukan omelan dan hiruk pikuk anak-anak yang bertengkar. Ingat, kebahagiaan nikah dan rumah tangga itu tertinggi sebab menyangkut keintiman.

Perhatikan, kalau sang tuan dibahagiakan, ia akan membahagiakan hamba-hambanya. Buktinya? Kata bahagia tertulis dua kali, ini menunjukkan suatu kepastian.

Aplikasi: hendaknya kita, hamba, siap bekerja walau tengah malam dan dinihari untuk membahagiakan Tuan di atas segala tuan itulah Anak Manusia (ay. 40), Tuhan Yesus Kristus. Ia pasti akan membahagiakan hamba-hamba- Nya dengan pelayanan pribadi.

Perumpamaan ini disampaikan ketika Yesus dalam perjalanan menuju Yerusalem (Luk. 9:51; 13:22) siap diadili, diolok-olok, disesah menuju Golgota untuk mati disalib. Kita dahulu adalah hamba dosa (Rm. 6:17a) namun kurban-Nya membuka jalan sehingga kita menjadi hamba-Nya – imam-Nya, pelayan-Nya, full timer-Nya. Ia bekerja keras hingga mengucurkan darah dan mati disalib untuk mengangkat kita orang berdosa. Sekarang Ia melayani kita secara pribadi melalui Perjamuan Tuhan. Jadi sangatlah kurang ajar dan tidak etis bila kita (hamba) menganggur dan bermalas-malasan dalam menantikan kedatangan-Nya!

  • Hamba yang melakukan tugasnya (ay. 41-46)

Siapa yang dimaksud hamba dalam perumpamaan ini (ay. 41)? Murid-murid Yesus (ay. 22a) juga kita, kawanan kecil (ay. 32). Kita harus mempunyai pikiran dan nilai diri kekal sebagai modal untuk siap kerja dan tahu tugas apa yang dilakukan.

“Berbahagialah hamba (that servant) yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu ketika tuannya itu datang….sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.” (ay. 43-44)

Bila sebelumnya disebutkan hamba-hamba (those servants, bentuk jamak) harus siap bekerja kini disebutkan hamba (that servant; bentuk tunggal) yang diangkat menjadi pengawas/pengurus rumah. Maksudnya, kita semua siap melayani Dia di mana pun dan kapan pun tetapi ada waktunya masing-masing dari kita (tiap pribadi) tidak lagi ikut-ikutan/bergantung dengan orang lain tetapi mandiri menjadi pengurus rumah-Nya. Dengan kata lain kita independen/mandiri sekaligus interdependen/saling tergantung dalam memerhatikan dan mengurus rumah tuan kita.

Rumah siapa yang harus diurus? Apakah rumah Tuhan di Surga? Ada rumah-Nya yang disediakan di bumi seperti disebut dalam doa Bapa kami “datanglah Kerajaan-Mu di bumi seperti di Surga (Mat. 6:10) yaitu rumah pelayanan di mana diurus oleh banyak hamba/pelayan Tuhan dan masing-masing dari kita memiliki rumah pelayanan: musik, backing vocal, paduan suara, multimedia, misi dll. Gereja menjadi tempat perhimpunan orang-orang percaya, imam-imam, hamba-hamba Tuhan dan masing-masing harus tahu tugasnya supaya tidak menyalahi prosedur pelayanan. Tiap rumah pelayanan ada SOP-nya sendiri, kadang meminta bantuan dari divisi lain dan terjadilah kolaborasi/sinergi untuk pelayanan bersama.

Apa tugas dari pengawas rumah pelayanan? Memberi makan dengan setia (Yun: pistos = dapat dipercaya bukan adikos = tidak jujur/curang, slintat-slintut) dan bijaksana (Yun: phronimos bukan moros = stupid/bodoh atau aphron = tolol, tidak punya ide, masa bodoh, plonga-plongo). Dengan demikian makanan yang diberikan kepada sesama hamba sesuai porsi dan pada waktunya.

Hukuman telah tersedia bagi hamba yang tidak melakukan tugasnya dengan setia dan bijak. Mereka akan menerima pukulan seperti orang-orang yang tidak setia (ay. 47-48). Kalau pun ada konflik antarhamba, selesaikan dengan tidak memukul sesama pelayan Tuhan (ay. 46).

Aplikasi: hendaknya kita menjaga lidah untuk tidak memukul sesama hamba/pelayan Tuhan dengan komentar- komentar bodoh yang tidak patut dikeluarkan. Sebaliknya, berikan masukan-masukan yang jujur dan ide yang cerdas agar program yang keliru diperbaiki dan yang baik dilanjutkan. Dengan demikian, kita melayani dengan kebahagiaan dan saat Tuan di atas segala tuan datang kembali, Ia menyediakan posisi-posisi terhormat dan kedudukan imamat kita di rumah pelayanan masing-masing diteguhkan di dalam kerajaan 1.000 tahun damai kelak.

  • Hamba yang mengamalkan Firman Allah (ay. 47-48)

Dari mana kita mengetahui kehendak Tuan kita (Tuan di atas segala tuan) yang dari Surga? Melalui Alkitab (Kejadian – Wahyu) kita belajar dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh “pengurus rumah” itulah tokoh- tokoh Alkitab dari Adam sampai dengan imam-imam di Kitab Maleakhi, juga rasul-rasul, diaken dan pengerja- pengerja di Perjanjian Baru. Ada dari mereka yang mencemarkan SOP kurban, mencemarkan nikah, tidak jujur dalam persepuluhan, persembahan, desersi dari pelayanan, lebih mencintai uang dll.

Jangan takut dengan tuntutan karena banyak mendengar, membaca dan merenungi Firman Tuhan sebab bagi setiap kesalahan selalu Tuhan sediakan pendamaian oleh kurban-Nya, Roh Kudus senantiasa menginsafkan dan memimpin kita dalam seluruh kebenaran kehendak Tuan kita.

Aplikasi: marilah kita mengamalkan seluruh Firman Tuhan dan Roh Kudus akan memimpin kita dalam melaksanakan tugas di masing-masing rumah pelayanan apa pun tantangan, hambatan dan rintangan yang kita hadapi. Dan setiap kali kita makan-minum Perjamuan Tuhan – persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus – yang Ia sendiri sediakan dan layani bagi kita, hamba-hamba-Nya, kita selalu diingatkan akan kurban-Nya dan hati nurani disucikan sehingga kita terdorong untuk melayani dengan jujur dan cerdas.

Perhatikan, jangan memilih posisi tidak usah bekerja buat Tuhan supaya menerima sedikit pukulan (ay. 48) sebab kita tetap dipukul dan pukulan dari Tuan segala tuan tidaklah ringan. Kalaupun kita menerima banyak pukulan, semua itu untuk menginsafkan kesalahan-kesalahan kita supaya bekerja dengan persiapan, makin tahu tugas yang dilakukan dan makin paham mengamalkan SOP Firman Tuhan dalam pelayanan kita masing-masing juga antarrumah pelayanan sehingga kita menjadi hamba yang berbahagia.

Marilah kita menjadi hamba yang siap dan tahu tugasnya, paham akan kehendak Tuhan, Tuan di atas segala tuan, dan mengamalkannya dengan jujur dan cerdas. Kita mengatur dan menata rumah (pribadi) pelayanan untuk membahagiakan Tuan kita maka ketika Ia datang kembali, kita akan bahagia bersama-Nya dalam kebahagiaan kekal di (Rumah) Kerajaan-Nya. Amin.