Shalom,
Kita patut bersyukur karena kasih setia Allah telah dinyatakan dengan pencurahan darah Anak Domba Allah yang tak bercacat cela di atas Kalvari. Oleh karena pengurbanan-Nya, kita beroleh pengampunan dan keselamatan juga Firman Tuhan berkuasa mengubah hidup kita serta Roh Kudus menguasai kita untuk berada di jalan yang benar.
Firman Tuhan kali ini mengajar kita tentang doa. Apa yang Yesus ajarkan kepada para murid berkaitan dengan doa?
Lukas 11:3-4 menuliskan, “. Apabila kamu berdoa, katakanlah: “Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”
Dari ayat-ayat di atas dapat disimpulkan bahwa doa ajaran dari Guru agung kepada murid-murid-Nya – calon bapak- bapak gereja awal – menggunakan bahasa yang terstruktur dan sistematis mengandung:
- Pesan moral/akhlak/budi pengerti sehingga ada sopan santun dan hormat terhadap Bapa Surgawi dalam berdoa; tidak menyebut Nama Tuhan dengan sia-sia; ada kerendahan hati untuk meminta ampun atas kesalahan yang diperbuat serta tidak mementingkan diri sendiri.
- Pesan spiritual dengan timbulnya kerinduan kembali akan Kerajaan Allah juga akan situasi dan kondisi Kerajaan Surga yang hilang karena ketidaktaatan.
Yesus sebagai Pengajar doa ini bukan sembarang orang tetapi Firman hidup dan murid-murid-Nya adalah calon para rasul/soko guru/tiang gereja awal. Ajaran doa ini memiliki sasaran yang harus dicapai oleh mereka karena manusia yang telah kehilangan banyak perkara seperti: kehilangan kemuliaan Allah, kehilangan suasana Kerajaan Surga, kehilangan persekutuan dengan Sang Pencipta juga hilangnya kehidupan kekal.
Doa yang diajarkan Yesus mencakup keseluruhan mulai dari penyebutan Bapa Surgawi di awal (alfa), pengampunan hingga yang terakhir (omega) tentang kuasa Roh Kudus.
Permintaan doa ini bermula timbul dari kecemburuan Ilahi para murid terhadap murid-murid Yohanes Pembaptis yang fasih berdoa. Para murid Yesus merasa mereka tidak berkontribusi apa-apa kecuali menonton Guru mereka melakukan mukjizat-mukjizat bahkan untuk berdoa pun mereka tidak sefasih murid-murid Yohanes (Luk. 11:1).
Yesus mengabulkan permintaan mereka dengan mengajarkan doa “Bapa Kami” (ay. 2-4) yang mengandung pesan moral dan spiritual. Penyebutan “Bapa kami di Surga” harus menjadi kiblat doa kita karena dalam kepercayaan- kepercayaan lain penganut mereka tidak pernah diajari penyebutan Bapa Surgawi sebagai Pencipta alam semesta. Tahukah penyebutan “Bapa kami di Surga” tidak dapat dikerjakan oleh roh manusia yang telah gagal menaati perintah Allah? Terbukti Roh Kudus yang memampukan kita menyebut “ya Abba, ya Bapa” oleh karena kita adalah anak Allah dan dipimpin oleh Roh Kudus (Rm. 8:14-15). Dengan kata lain, tidak ada seorang pun dapat menyebut Allah sebagai Bapa Surgawi serta menghormati-Nya kecuali mereka yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Selain tertulis di Lukas 11:3-4, doa “Bapa kami” juga tercantum dalam Matius 6:9-10. Topik utamanya juga berbicara tentang pesan moral dan pesan spiritual. Doa ini mengandung permohonan agar Allah mengembalikan suasana Kerjaan Surga serta persekutuan/persahabatan yang telah hilang, berakibat bumi krisis kedamaian dan ketenteraman sehingga timbullah banyak pertengkaran dalam rumah tangga, saingan tidak sehat antarperusahaan, aneka macam penyakit yang menyerap keuangan dst. Semua ini terjadi sebab dunia adalah tempat pembuangan orang-orang yang gagal menaati perintah Allah.
Perlu diperhatikan, kapan pun dan di mana pun kita beribadah kita harus berkiblat pada Kerajaan Surga – langit dan bumi baru – bukan pada kiblat dunia walau berpanorama sangat indah.
Sesungguhnya, di awal penciptaan Allah tidak pernah berencana menyengsarakan makhluk ciptaan-Nya. Ia menyediakan makanan dan minuman bagi binatang-binatang dan manusia. Namun dalam doa ini Yesus mengajarkan kita untuk makan secukupnya (Mat. 6:11). Mengapa? Sejak manusia gagal menaati SOP di Taman Eden, manusia bersusah payah mencari rezeki dari tanah yang menghasilkan onak duri, membuat mereka stres bahkan depresi.
Rasul Paulus mengingatkan gereja telah dipertunangkan dengan Kristus dan ia takut kalau pikiran kita disesatkan dengan pemberitaan Injil lain (2 Kor. 11:2-4) termasuk Injil kemakmuran dan kesuksesan yang fokus pada materi dan kekayaan jasmani bersifat fana. Sebagai calon mempelai perempuan Kristus kita harus lebih fokus pada pengajaran- pengajaran rohani yang menimbulkan iman. Ilustrasi: untuk mendapatkan ilmu dengan mendatangkan dosen dari luar negeri dibutuhkan biaya sangat besar terlebih Yesus, Mahaguru, yang datang dari tempat mahatinggi memberikan pengajaran rohani untuk beroleh keselamatan. Hendaknya kita lebih menghargai pengajaran salib dan tidak menukarkannya dengan pengajaran yang fokus pada sandang-pangan-papan. Dengan iman yang kuat, kita tidak akan mudah jatuh ketika bumi dan langit digoncangkan Allah (Ibr. 12:26-27).
Kunci dari pengajaran Yesus ialah pengampunan (Mat. 6:12). Asaf mengaku hidupnya sama seperti hewan saat berada di dekat Allah (Mzm. 73:22). Manusia yang kehilangan Kerajaan Surga dan persekutuan dengan Allah turun drastis dari segambar dengan Pencipta menjadi segambar dengan hewan. Itu sebabnya pengampunan dari darah Anak Domba Allah sangatlah penting agar hidup kita dibenarkan dan doa dari orang benar besar kuasanya (Yak. 5:16). Jangan doa kita bertele-tele dan munafik di hadapan Tuhan (Mat. 6:5)!
Perhatikan, hidup kita menjadi sasaran Firman Tuhan untuk diperbarui dan dituntun oleh Roh Kudus kembali kepada tempat yang dahulu telah disediakan tetapi hilang lenyap karena ketidaktaatan. Yesus membayar lunas hidup kita dengan harga mahal (1 Kor. 7:23). Ilustrasi: Yesus membeli kita bagaikan rumah lelang yang sangat murah harganya. Memang rumah lelang tampak murah nilai jualnya tetapi ada biaya-biaya tambahan (penutupan di bank, pengadilan, pajak jual-beli, pengosongan rumah dll.) yang harus ditanggung oleh pihak pembeli. Ternyata rumah itu masih dihuni oleh penghuni lama yang gagal membayar utang di bank. Karena urusannya ribet, calon pembeli malas menebus rumah lelang tersebut. Seandainya Yesus sebagai “calon pembeli” membatalkan pembelian/penebusan hidup kita ditambah dengan kasus-kasus yang kita perbuat, penghuni lama alias Iblis tetap menjadi tuan rumah kita maka hidup kita tetap jahat dan najis. Jelas pengosongan dari “penghuni lama” itulah Iblis, bapa pembunuh, tidak murah tetapi dibayar oleh darah-Nya sendiri.
Doa Bapa kami juga mengajarkan agar kita tidak dibawa ke dalam pencobaan (Mat. 6:13). Sebenarnya Tuhan tidak pernah membawa kita kepada pencobaan. Kalaupun ada pencobaan, pencobaan itu tidak melebihi kekuatan kita (1 Kor. 10:13). Bahkan pencobaan itu menjadi ujian untuk meningkatkan iman dan persekutuan kita kepada Tuhan. Tahukah manusia dicobai oleh keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup yang berasal dari dunia (1 Yoh. 2:16)? Hikmah di masa pandemi ini, kita diajar untuk tidak lagi fokus dengan kemewahan dunia tetapi kepada Kristus, Kepala gereja, yang mempersekutukan sehingga kita dipulihkan dan layak menerima “hadiah istimewa” itulah Kerajaan-Nya.
Jelas terlihat keterlibatan Allah Tritunggal dalam pengajaran doa ini. Allah Bapa disebutkan diawal doa; Yesus, Guru agung, telah membayar kasus kita yang tidak dapat diselesaikan oleh darah binatang dan Roh Kudus diberikan kepada mereka yang meminta kepada-Nya (Luk. 11;13). Bukankah tanpa Roh Kudus kita tidak dapat memanggil “Abba, ya Bapa”?
Marilah kita berdoa dengan tepat seperti telah diajarkan oleh Yesus tanpa kemunafikan agar kita menjadi pribadi yang diampuni oleh darah Kristus, dibenarkan oleh Firman Tuhan dan dituntun oleh Roh Kudus hingga tiba pada sasaran terakhir itulah Kerajaan Surga dan tinggal bersama Dia selamanya. Amin.