Shalom,
Tak dapat disangkal pandemi COVID-19 yang telah melanda hampir seluruh belahan bumi lebih dari 1½ tahun ini berdampak multidimensi mulai dari kesehatan, ekonomi, sosial bahkan hingga pada kehidupan nikah dan rumah tangga. Bagaimanapun juga kita tetap patut bersyukur masih diberi waktu dan kesempatan untuk beribadah di mana pun kita berada walau via online. Ini bukti Allah mengasihi kita dan bertanggung jawab atas kehidupan anak-anak-Nya yang telah ditebus oleh kematian Putra tunggal-Nya, Yesus.
Perlu diketahui kasih bukanlah sekadar kata-kata atau slogan atau simbol tetapi harus disertai dengan tindakan. Contoh kasih macam apa yang dituliskan dalam Lukas 10:25-37?
Saat itu seorang ahli Taurat datang kepada Yesus dengan tujuan mencobai-Nya. Dia bertanya kepada Yesus, “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kau baca di sana?” Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian maka engkau akan hidup.” (ay. 25-28)
Aneh, bukankah ahli Taurat menguasai dan hafal tentang hukum-hukum orang Yahudi? Untuk apa dia mengajukan kepada Yesus pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya? Jelas dia sengaja mau mencobai-Nya. Kata “mencobai” mempunyai pengertian: menguji, menggoda agar jatuh di dalam dosa, menjebak. Biasanya seorang guru menguji murid apakah dia sudah mengerti penjelasan yang dipaparkannya tetapi kali ini kebalikannya. Namun Yesus tidak dapat dicobai dan dia juga tidak mau mencobai seseorang. Dengan hikmat, Yesus balik bertanya apa yang ahli Taurat ini ketahui dan baca di dalam hukum Taurat. Dengan spontan tanpa pikir lama, ahli Taurat ini menjawab dengan tepat; ini membuktikan bahwa dia hafal semua hukum Taurat. Jadi apa yang kurang dan belum dilakukan oleh ahli Taurat ini? Dengan tegas, Yesus mengingatkan agar dia melakukan/praktik tindakan kasih.
Sebagai ahli Taurat, dia pasti mengetahui sejarah bangsa Israel yang keluar dari rumah perbudakan Mesir dan dipimpin oleh Musa juga dituntun tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari (Kel. 13:21). Kemudian Allah memberikan sepuluh hukum kepada Musa di Gunung Sinai (Kel. 20:1-17) untuk diberikan kepada bangsa Israel sebagai anak sulung dan umat kepunyaan-Nya (Bil. 8:17). Allah juga memerintahkan supaya orang Israel mengajarkan hukum ini berulang-ulang kepada anak- anak saat duduk di rumah, dalam perjalanan, berbaring maupun bangun (Ul. 6:1-9). Bahkan hukum ini diikatkan sebagai tanda pada tangan (bekerja) dan lambang di dahi (pikiran) sebagai persiapan sebelum mereka masuk ke tanah Kanaan sebab Allah tahu apa yang akan mereka hadapi di sana.
Sayang, bangsa Israel yang telah dididik untuk mengingat perintah Allah dan melakukannya ternyata suka mengomel dan hidup tidak sesuai dengan Firman-Nya. Diakui pula orang Yahudi mempunyai banyak kelebihan karena pertama-tama Firman Allah dipercayakan kepada mereka (Rm. 3:1-2). Mereka tidak asing terhadap hukum Taurat termasuk ahli Taurat ini. Masalahnya, ahli Taurat ini tahu tentang kasih tetapi tidak mempraktikkannya.
Introspeksi: sudahkah kita membaca lengkap Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 66 Kitab, 1.189 pasal dan 31.171 ayat bahkan hafal seluruhnya? Dan sudahkah kita melakukan perintah Firman-Nya untuk beroleh keubahan hidup? Juga sudahkah kita mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak kita supaya mereka mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya?
Perhatikan, Firman Tuhan tidak boleh berhenti hanya sebatas pengetahuan (teori) tetapi Firman yang kita dengar menjadi iman (Rm. 10:17) dilanjutkan dengan perbuatan iman; kalau tidak, iman itu akan mati (Yak. 2:21-24). Bagaimana kondisi iman ahli Taurat ini? Dia hanya mengetahui tetapi tidak melakukannya maka imannya mati dan kosong (ay. 17, 20, 26).
Aplikasi: hendaknya kita mendengarkan, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan supaya terhindar dari hal-hal yang tidak baik oleh karena melanggar Firman-Nya.
Melalui didikan Firman Tuhan yang dibaca, diimani dan dilakukan, kita akan berbahagia (Why. 1:3) bahkan beroleh hidup kekal.
Apa respons ahli Taurat ini ketika Yesus mengingatkannya untuk melakukan perbuatan kasih terhadap Tuhan dan sesama? Dia masih ingin mencobai/menjatuhkan Yesus lagi dengan bertanya siapa yang dimaksud dengan “sesama manusia”. Yesus menjawab dengan perumpamaan tentang seorang dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho yang dirampok habis-habisan dan dipukul lalu ditinggalkan setengah mati. Apa yang terjadi kemudian?
- Ada imam lewat → pelayan dalam rumah Allah/gereja
Seorang imam yang turun lelalui jalan itu melihat orang yang tergeletak di tengah jalan tetapi dia melewatinya dari seberang jalan (ay. 31).
Imam adalah orang yang dipilih, dikhususkan dan dikuduskan untuk pelayanan rohani. Dia merupakan perantara antara manusia dan Allah. Di Perjanjian Lama, seorang imam dipilih dari suku Lewi untuk pelayanan di Kemah Suci (Bil. 3:6-8). Di Perjanjian Baru, Yesus (keturunan Yehuda) menjadi Imam Besar bukan dari keturunan Lewi tetapi menurut peraturan Melkisedek, raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi (Ibr. 7:1, 17).
Bagaimana dengan posisi kita sebagai imam-imam yang melayani ibadah (pemain musik, paduan suara, pemerhati, pembicara Firman Tuhan, multimedia dll.)? Kita menjadi imam bukan karena keturunan orang Yahudi tetapi Yesus memilih kita (sebelum dunia dijadikan; Ef. 1:4) setelah melepaskan kita dari dosa melalui kematian-Nya disalib (Why. 1:5-6). Kita diselamatkan, dibenarkan dan dikuduskan untuk dilayakkan melakukan pelayanan rohani dan berdiri menjadi perantara antara manusia dan Allah. Tahukah imam-imam mempunyai posisi sangat tinggi sebab akan memerintah sebagai raja di bumi selama 1.000 tahun bersama Tuhan (Why. 5:10; 20:6)?
Aplikasi: sebagai imam-imam, kita menjadi pelaku Firman Tuhan juga menaati peraturan pemerintah. Salah satu peraturan yang dikeluarkan pemerintah di masa pandemi yang tidak kunjung surut ini ialah prokes 5 M (Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, Mengurangi mobilitas). Kita harus mematuhi prokes 5 M ini; jika kita melanggar peraturan pemerintah di bumi sebagai wakil dari Allah (Rm. 13:1), omong kosong kita mampu melakukan Firman Tuhan. Juga adakah kita memiliki empati serta terbeban untuk menolong sesama yang menghadapi kesulitan dan penderitaan hidup?
- Ada orang Lewi lewat → orang Kristen keturunan
Seorang Lewi datang ke tempat itu dan melihat orang yang tergeletak itu ia melewatinya dari seberang jalan (ay. 32).
Lewi merupakan anak ketiga dari Yakub dan Lea (Kej. 29:34). Mereka adalah nenek moyang yang dipercaya dan dikhususkan untuk pelayanan di Kemah Suci (Bil. 1:47-53). Mereka turun temurun dikhususkan menjabat pelayanan rohani.
Terbukti orang Lewi (Kristen keturunan) ini hafal Alkitab tetapi tidak ada ingatan untuk mengasihi sesama.
- Ada orang Samaria lewat → orang kafir/non-Yahudi
Siapa orang Samaria ini? Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria (Yoh. 4:9b). Saat Yesus mengutus 12 murid-Nya, Ia berpesan untuk tidak masuk ke dalam kota orang Samaria sebab mereka ditugaskan untuk mencari domba- domba (umat Israel) yang hilang (Mat 10:5-6). Apakah ini berarti Allah tidak senang dengan orang Samaria? Tentu tidak, buktinya Yesus mampir di kota Samaria dan bertemu dengan perempuan Samaria. Mereka berdialog dan perempuan berdosa ini percaya kepada-Nya lalu bersaksi ke kota dan banyak orang Samaria percaya kemudian bertemu Yesus (Yoh. 4:1-42).
Ketika Yesus mau ke Yerusalem, Ia masih ingat akan orang Samaria dan mengutus beberapa orang ke desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Namun orang-orang Samaria menolak Yesus dan Ia tidak marah (Luk. 9:51-56).
Heran, dalam perumpamaan ini Yesus malah menunjukkan orang Samaria yang berbelas kasihan melihat sesamanya menderita dan mempraktikkan perbuatan kasih. Dengan kata lain, jika imam dan orang Lewi (orang Israel/Yahudi) tidak melakukan perbuatan kasih, Yesus beralih menaruh belas kasihan kepada orang- orang non-Israel/Yahudi (Rm. 9:4-8, 15-16, 23-26) termasuk kita.
Introspeksi: bagaimana dengan kita, orang Kristen turun temurun, dan menjadi imam dalam pekerjaan Tuhan? Sudahkah kita mempraktikkan perbuatan kasih kepada sesama yang membutuhkan pertolongan? Ingat, kita mendapat belas kasihan untuk dapat mengenal Tuhan dan melayani-Nya. Kalau kita tidak mau praktik kasih, Ia akan memakai orang lain sehingga genaplah nas yang mengatakan “orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu” (Mat. 19:30).
Memang manusia tidak ada kasih oleh sebab dosa tetapi awalnya Adam-Hawa yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Trinitas) memiliki kasih. Buktinya Adam mengagumi Hawa dan mengakuinya sebagai tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya (Kej. 2:23) – menjadi satu daging. Namun secepat mereka menaati bujukan ular ketimbang perintah Allah, mereka saling menyalahkan (tidak lagi ada kasih) bahkan anak mereka, Kain, iri hati kepada adiknya dan terjadilah pembunuhan. Mereka diusir dari Taman Eden bukan karena Allah membenci mereka sebab Ia masih membuatkan pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya kepada mereka (Kej. 3:21).
Allah menjadi teladan dalam praktik kasih (bukan sekadar lip service) dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia supaya kita hidup oleh-Nya (1 Yoh. 4:7-11). Jelas kasih bukan seperti gong berkumandang yang kosong tidak berisi (1 Kor. 13:1).
Apakah ahli Taurat melaksanakan apa yang Yesus perintahkan? Di Yerusalem Yesus ditangkap dengan tuduhan yang dicari-cari oleh ahli Taurat serta imam- imam kepala (yang hafal akan hukum Taurat) dan dibawa ke mahkamah Agama (Luk. 22:66) kemudian dibawa menghadap ke Pilatus yang tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya lalu dikirim ke Herodes yang menista dan mengolok- olok Dia terus dikembalikan lagi ke Pilatus. Dua saksi ini (Pilatus dan Herodes) tidak menemui kesalahan apa pun pada Yesus (Luk. 23:4, 14-15) tetapi mereka tidak dapat membebaskan Yesus dari tuduhan dan akhirnya Yesus disalibkan. Di atas kayu salib sebelum mati, Yesus dengan badan hancur tetap mengasihi manusia yang menyalibkan-Nya dan memintakan ampun kepada Bapa-Nya (ay. 34).
Bila kita mengetahui Firman Tuhan tetapi tidak melakukan perintah-Nya, ini sama dengan kita sudah dekat dengan Kerajaan Allah (Mrk. 12:34) tetapi belum melangkah masuk ke dalamnya untuk beroleh hidup kekal. Marilah kita melakukan perintah Tuhan untuk mengasihi Dia diwujudkan dengan menolong sesama yang membutuhkan dan menderita sebagai bukti kasih kita kepadanya (1 Yoh. 3:16-18). Dengan melakukan tindakan kasih secara tuntas, tak diragukan lagi kita akan beroleh hidup kekal di dalam Kerajaan Allah bersama-Nya selamanya. Amin.