• SUKACITA MELAYANI KRISTUS
  • Lukas 10:1-24
  • Lemah Putro
  • 2021-08-08
  • Hari Gunawan Lianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/938-sukacita-melayani-kristus
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita patut bersyukur masih diberi kesehatan, sukacita dan semangat untuk mengikuti ibadah online yang sudah berlangsung lebih dari 1½ tahun. Faktanya kita tidak hanya mengalami sukacita tetapi juga dukacita dalam melayani Tuhan namun apa pun yang terjadi hendaknya semangat dan api yang ada dalam hati tidak pudar apalagi padam juga kerajinan kita tidak kendor (Rm. 12:11) tetapi kita tetap berdiri teguh dan giat dalam pekerjaan Tuhan sebab jerih payah kita tidak sia-sia (1 Kor. 15:58).

Dampak dari pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan bumi membuat perekonomian dunia lesu tetapi semua ini seizin Tuhan sebab Ia berdaulat sepenuhnya atas setiap peristiwa yang terjadi. Ia juga melihat aktivitas pelayanan kita kepada-Nya.

Memang kita mengalami sukacita sejati yang tidak dapat ditemukan di dunia ini dalam melayani Tuhan tetapi ada pula konsekuensi ketidaknyamanan dan tidak menyenangkan yang harus kita tanggung dalam pelayanan. Yesus telah memberikan teladan sempurna. Sebagai Mesias, Ia menanggung penolakan, banyak penderitaan hingga klimaksnya mati disalib dan penderitaan ini telah diberitahukan sebelumnya kepada para murid-Nya. Ia juga memberitahukan mereka syarat-syarat mengikut Dia (Luk. 9:22-23). Ternyata tidaklah semudah dan seindah yang kita bayangkan dalam melayani Dia sebab ada salib yang harus dipikul untuk mengikut-Nya. Rasul Paulus dalam suratnya juga menegaskan bahwa kita dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus melainkan juga menderita untuk-Nya (Flp 1:29). Paulus sendiri banyak menderita dalam pengikutannya kepada Kristus – ditolak, dilempari batu, dicambuk, disesah, dipenjara dll. demi Kristus yang ia layani.

Introspeksi: semua orang pasti mudah berterima kasih saat bersukacita tetapi masihkah kita mampu bersyukur dan bersukacita dalam penderitaan melayani Kristus? Ingat, kita tidak perlu heran ketika api ujian datang; sebaliknya, kita bersukacita mendapat bagian dalam penderitaan-Nya sebab kita akan bergembira dan bersukacita saat Ia menyatakan kemuliaan-Nya (1 Ptr. 4:12-13).

Perhatikan, walau menderita demi Kristus (lelah fisik, diejek, ditolak, dikucilkan dlst.), kita merasakan suasana Kerajaan Surga selagi hidup di dunia ini. Kita menikmati damai sejahtera dalam persekutuan dengan-Nya karena melalui penderitaan-Nya kita beroleh pengampunan, keselamatan hingga hidup kekal.

Sukacita apa yang kita rasakan di dalam mengikut Kristus? Lukas 10:1-24 memaparkan bahwa:

  • Kita bersukacita karena dipilih dan diutus oleh-Nya (ay. 1-12)

Awalnya Yesus mengutus 12 murid-Nya (Luk 9:1-2). Kemudian Ia mengutus 70 murid yang lain (Luk. 10:1) sebagai kelompok kedua. Pelayanan dari dua kelompok murid Yesus ini hanya bergerak di daerah Galilea dan sekitarnya. Namun Yesus sudah memperhitungkan bahwa pengutusan dua kelompok tersebut tidak cukup karena tuainnya banyak (sampai ke ujung bumi) tetapi pekerjanya sedikit (ay. 2).

Siapa lagi pekerja-pekerja yang dicari Yesus? Kita diharapkan Tuhan dapat meneruskan/mengestafetkan pelayanan hingga mencapai seluruh dunia sesuai dengan amanat agung-Nya (Mat. 28:19-20). Paling sedikit kita melayani di gereja sendiri lalu melebar ke cabang-cabang gereja. Tahukah ladang tuaian di luar pulau masih begitu banyak tetapi hanya sedikit pekerjanya? Marilah kita bahu membahu menyingsingkan lengan baju melayani pekerjaan Tuhan.

Bila Tuhan memilih dan mengutus kita, kita tidak perlu bertanya mau diutus ke mana, membawa apa, pergi dengan siapa dsb. Kita harus merespons dengan melayani penuh sukacita sesuai dengan panggilan kita masing-masing serta mengandalkan Dia yang mengutus kita.

Merupakan suatu kehormatan bila kita dipilih, diutus dan dipercaya akan suatu tugas pelayanan. Mengapa? Sebab kita diberi otoritas/kuasa mengalahkan musuh dan menyembuhkan orang sakit (Luk. 10:19). Selain itu kita memiliki hubungan yang indah dengan Si Pengutus karena Ia mengenal dengan tepat siapa yang dipilih-Nya.

Perlu diketahui pengutusan ditentukan oleh Si Pengutus bukan atas kemauan sendiri kita memilih tugas pelayanan sebab Tuhanlah yang memilih kita bukan kita yang memilih Dia (Yoh. 15:16). Si Pemberi tugaslah yang menentukan deskripsi pekerjaan apa yang harus kita lakukan. Kita diutus dengan misi memberitakan Injil damai sejahtera juga Kerajaan Allah sudah dekat.

Berbicara mengenai pengutusan, Yesus telah mengingatkan kondisi para utusan yaitu mereka seperti anak domba pergi ke tengah-tengah serigala (Luk. 10:3). Maksudnya, bagaikan anak domba lemah mereka diutus ke suatu tempat/kondisi yang penuh risiko sehingga banyak hal harus dipertaruhkan dalam melayani Tuhan. Namun mereka tidak perlu cemas sebab Tuhan pasti menjaga dan melindungi mereka yang menjadi ujung tombak dalam pelayanan.

Ketika Yesus mengutus 70 murid, mereka diutus berdua-dua. Untuk apa? Dalam pelayanan, mereka (juga kita) diajar untuk dapat kerja sama dengan rekan sepelayanan bukan tampil one man show. Kita saling mendukung, menguatkan, menopang satu sama lain sekaligus ada komunikasi yang baik. Dengan demikian kita melayani dengan sukacita karena bersuasanakan damai.

  • Kita bersukacita karena mengalami penolakan (ay. 13-16)

Jujur kita sangat mengharapkan pelayanan kita diterima, dipuji bahkan disanjung. Namun bagaimana kalau pelayanan kita mengalami penolakan padahal kita sudah berbuat banyak bahkan mengurbankan semua yang terbaik dalam kehidupan kita? Masihkah kita bersukacita dan tetap melayani walau ditolak?

Bila terjadi penolakan, pertama-tama kita introspeksi mengapa kita ditolak. Apakah tutur kata, sikap dan tindakan kita sudah menjadi sandungan sehingga pelayanan kita ditolak? Atau mereka menolak pemberitaan Injil yang kita sampaikan karena mereka tidak menyukai Pribadi Kristus dan menolak kebenaran? Kalau kita ditolak karena pemberitaan yang benar, kita patut bersukacita seperti telah dialami oleh para rasul. Kita tidak boleh patah semangat tetapi siap sedia memberitakan Firman baik atau tidak baik waktunya (2 Tim 4:2). Jadi, baik diterima atau ditolak kita tetap memberitakan Kerajaan Allah sudah dekat (Luk. 10:8-11) dan kita tetap bersukacita.

  • Kita bersukacita karena nama kita tercatat di Surga (ay. 17-20).

Tidak dapat dipungkiri kalau seizin Tuhan kita dapat mengadakan mukjizat yang luar biasa, kita pasti bersukacita. Makin spektakuler mukjizat yang terjadi dan makin sukses pelayanan yang kita lakukan, makin besar pula sukacita kita. Hal ini terjadi pada diri 70 murid yang kembali dengan gembira karena sukses dalam pelayanan. Namun Yesus menegaskan supaya mereka tidak bersukacita karena sukses menaklukkan setan tetapi karena nama mereka terdaftar di Surga.

Perhatikan, mindset kita perlu diluruskan. Bukan karena kerajinan dan kerja keras kita melayani Tuhan kemudian kita diselamatkan dan nama kita tercatat di Surga; sebaliknya, kita diselamatkan oleh kasih karunia-Nya (Ef. 2:5) dan patut melayani Dia dengan sukacita sebagai rasa syukur kita akan penebusan yang telah dilakukan-Nya.

  • Kita bersukacita karena mengenal Yesus secara pribadi (ay. 21-24).

Pengenalan orang-orang tentang Allah di era Perjanjian Lama berbeda dengan pengenalan orang-orang percaya kepada Yesus di zaman Perjanjian Baru berbeda pula dengan pengenalan kita kepada-Nya saat ini. Contoh: dengan iman kita yakin bahwa Yesus adalah Tuhan, Juru Selamat, Penebus, Raja di atas segala raja dst. tetapi para murid masih samar-samar dan terbatas mengenal Yesus terlebih sebelum Ia bangkit dari kematian. Buktinya, ketika Yesus bertanya kepada mereka siapa Dia, hanya Petrus yang dapat menjawab dengan tepat. Itu pun karena Bapa Surgawi yang mengatakannya kepada Petrus (Mat. 16:17). Baru setelah Yesus bangkit dari kematian dan kembali ke Surga, pengenalan mereka makin bertambah karena mereka menjadi saksi-Nya. Mereka dipenuhi Roh Kudus dan dengan lantang mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Kristus. Mereka memberitakan Injil dengan berani bahkan siap mati syahid demi Dia.

Bagaimana dengan pengenalan kita kepada Yesus saat ini? Kita mengenal-Nya secara pribadi sebagai Allah yang berinkarnasi menjadi (manusia) Yesus yang mati-bangkit-naik ke Surga dan akan kembali menjemput kita sebagai mempelai perempuan-Nya. Kita layak berbahagia karena banyak nabi dan raja tidak mendapat kesempatan untuk melihat dan mendengarnya (Luk. 10:24).

Memang mengikut Yesus ada gelombang sukacita maupun dukacita tetapi sukacita yang kita rasakan tidak sebanding dengan dukacita bersifat sementara yang harus kita lalui. Sungguh kita patut bersukacita karena dipilih dan diutus oleh-Nya. Manfaatkan kesempatan tersebut untuk melayani-Nya walau ada risiko penolakan. Jangan kecewa apalagi mundur tetapi tetaplah bersemangat memberitakan Injil keselamatan dan bersukacitalah sebab nama kita terdaftar di Surga dan kita makin mengenal-Nya secara pribadi. Amin.