• MENGIKUT YESUS DENGAN KERENDAHAN HATI
  • Lukas 9:43-50
  • Lemah Putro
  • 2021-07-25
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/927-mengikut-yesus-dengan-kerendahan-hati
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Hanya di dalam Yesus kita beroleh kekuatan, penghiburan bahkan kehidupan; sebaliknya, tanpa-Nya kita tetap tanah liat tak berharga yang tidak akan pernah mengalami proses penyucian hingga kesempurnaan. Untuk itu kita patut bersyukur diberi akal budi dan hati untuk dapat menerima Firman Tuhan yang sangat kita butuhkan terlebih pada hari- hari yang makin tidak menentu ini.

Nasihat Firman Tuhan apa yang memberi kita kekuatan pada hari ini? Kita diminta untuk mengikut Yesus dengan kerendahan hati seperti tertulis dalam Lukas 9:43-50, “Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah. Ketika semua orang itu masih heran karena segala yang diperbuat-Nya itu, Yesus berkata kepada murid-murid- Nya: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Mereka tidak mengerti perkataan itu sebab artinya tersembunyi bagi mereka sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya. Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” Yohanes berkata: “Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu lalu kami cegah orang itu karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata kepadanya: “Jangan kamu cegah sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.”

Dari ayat-ayat di atas ada tiga hal yang Yesus ingin murid-murid-Nya (juga kita) ketahui untuk menjadi pengikut-Nya, yaitu:

  • Anak Manusia (= Yesus) akan diserahkan ke dalam tangan

Situasi ketakjuban akan kebesaran Allah dan keheranan masih meliputi orang banyak yang menyaksikan mukjizat yang diperbuat oleh Yesus tetapi Ia tidak terpengaruh dengan kehebohan khalayak ramai. Ia lebih fokus kepada murid-murid-Nya. Ada perbedaan antara orang banyak dan para murid di sini! Ia ingin para murid-Nya tidak berhenti hanya pada kekaguman akan mukjizat tetapi meningkat pengenalan mereka akan Dia. Ia pernah bertanya kepada mereka siapa Dia sebenarnya tetapi hanya Petrus yang dapat menjawab dengan benar; ini pun karena Allah menyatakan kepadanya (Mat. 16:16-17). Lebih lanjut Yesus mengatakan bahwa Ia akan menderita bahkan dbunuh tetapi pada hari ketiga bangkit, Petrus langsung menolak berita salib (ay. 21-22). Untuk kedua kalinya Yesus menegaskan kepada mereka bahwa Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Apa respons mereka? Mereka tidak mengerti namun tidak berani bertanya kepada Guru mereka. Akibatnya? Timbul pertengkaran di antara mereka siapa yang paling besar! Padahal Yesus ingin mereka mengestafetkan pengajaran- Nya untuk menjadikan orang-orang lain juga murid-murid sesuai dengan mandat-Nya (Mat. 28:19).

Introspeksi: apakah pengikutan kita kepada Yesus seperti kebanyakan orang yang takjub dengan mukjizat- mukjizat yang diperbuat-Nya sehingga kita suka mencari KKR mukjizat dan kesembuhan? Wajar kita ingin sembuh dari penyakit, pulih dari kondisi ekonomi yang merosot, beroleh ketenangan di tengah kecemasan dll. yang dibutuhkan oleh tubuh fana ini tetapi apakah pengikutan kita hanya sebatas itu? Atau kita memosisikan diri sebagai domba yang mengenal suara Yesus, Gembala, dan mengikuti-Nya? Atau sebagai murid yang mengerti akan ajaran Yesus, Guru besar kita?

Timbulnya pertengkaran di antara para murid membuktikan bahwa mereka masih terpaku dengan mukjizat- mukjizat Yesus yang membuat-Nya dikenal banyak orang. Bahkan mereka diberi kuasa oleh-Nya untuk mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan segala penyakit (Luk. 9:1-6). Tentu mereka juga ingin kecipratan terkenal seperti Guru mereka. Akibatnya timbul persaingan di antara mereka tentang siapa yang paling besar dan berakhir dengan pertengkaran. Ternyata mereka belum siap dan tidak mengerti bahwa Guru mereka harus memasuki penderitaan salib demi keselamatan manusia berdosa.

Faktanya banyak gereja bertengkar satu sama lain karena mereka saingan siapa yang lebih besar kuasa mukjizatnya dan lebih terkenal namanya. Mereka sibuk dengan pelayanan mukjizat (kemakmuran, kesuksesan) serta kesembuhan (jasmani) bukan memberitakan Injil salib Kristus. Waspada, jika kita hanya mengikut agama dan organisasi gereja atau melayani Tuhan ditandai persaingan, cepat atau lambat akan terjadi pertengkaran bahkan perpecahan bila timbul kepentingan-kepentingan duniawi di dalamnya. Juga jangan memprioritaskan mukjizat-mukjizat karena tanpa sadar kita mengagungkan pendeta yang mempunyai karunia mukjizat itu, menyebabkan terjadinya pemberhalaan.

Yesus mengetahui pikiran mereka dan berusaha membenahi pandangan mereka yang keliru tentang pengikutan kepada-Nya. Apa yang dilakukan-Nya?

  • Memiliki sifat rendah hati.

Apakah penampilan luar dengan postur suka menunduk-nunduk, bicara sopan dan sering minta maaf menunjukkan sseorang itu rendah hati? Apa kriteria rendah hati itu? Filosofi dunia dari pelbagai negara, bangsa dan suku bangsa mempunyai definisi rendah hati menurut budaya masing-masing yang belum tentu berlaku secara universal.

Yesus memaparkan sifat rendah hati yang tidak teoritis dengan kata-kata panjang tetapi praktis dan sederhana sehingga mudah dimengerti. Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkan di samping-Nya lalu mengatakan, “siapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” Dan ingat, anak kecil inilah yang empunya Kerajaan Allah (Mrk. 10:14).

Contoh kerendahan hati yang dijelaskan oleh Yesus – Firman Allah – berkaitan dengan kemanusiaan kita yang dapat dimengerti dengan sederhana bukan teori yang perlu diseminarkan. Anak kecil menjadi contoh dalam kerendahan hati karena mereka polos, lugu, tidak neko-neko, apa adanya dan berkelakuan bersih serta jujur (bnd. Ams. 20:11); beda dengan orang dewasa yang fasih bersilat lidah. Yesus juga mengatakan Ia lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29).

Introspeksi: sudahkah kita berkelakuan jujur dan bersih serta mencontoh Yesus yang rendah hati? Bagaimana dengan anak-anak kita zaman ini, apakah mereka masih polos dan suka mendengarkan Firman Allah atau menghabiskan waktu dengan nonton video dan main game hingga lupa makan dan marah kalau disuruh tidur?

Benarkah Yesus menjadi teladan baik dalam kerendahan hati yang patut kita tiru? Sejak bayi Ia telah menunjukkan karakter yang baik, contoh: setelah diserahkan pada umur 40 hari ke Bait Allah di Yerusalem, Ia bertambah besar dan kuat penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada-Nya (Luk. 2:40). Allah senantiasa menyertai-Nya. Di usia 12 tahun Ia makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya, dikasihi Allah dan manusia (ay. 52). Ia suka berdialog tentang Firman Tuhan di rumah Allah (ay. 46). Di umur 30 tahun saat Ia dibaptis, perhatian Allah makin besar dan mengakui-Nya sebagai Anak yang dikasihi-Nya (Luk. 3:21-22). Pengakuan ini diulangi lagi ketika Ia berada di atas gunung (Luk. 9:35, 28-36).

Yesus bukan sok sombong ketika mengatakan diri-Nya rendah hati tetapi Ia menjanjikan ketenangan dan kelegaan bila kita mau belajar teladan rendah hati dari-Nya (Mat. 11:28-29). Bahkan sebagai Guru teladan, Ia tidak segan- segan membasuh kaki murid-murid-Nya dan menyeka dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya (Yoh. 13:5, 12-17).

Sesungguhnya seluruh Alkitab menunjukkan kerendahan hati Allah, Sang Pencipta, bahkan Ia mengutus Anak- Nya yang tunggal, Yesus, datang ke dunia yang dirusak oleh manusia untuk menebus dosa mereka. Allah yang adalah Firman (Yoh. 1:1) telah menjadi Manusia (Yesus) dan rela mengosongkan diri hingga mati disalib (Flp. 2:7- 8).

Kita tidak perlu kecil hati atau memaksakan diri untuk rendah hati sebab Alkitab mengajar kita bagaimana memiliki sifat rendah hati, yakni:

    • Sehati dan sepikir dalam hidup bersama, tidak memikirkan perkara-perkara yang tinggi tetapi mengarahkan kepada perkara-perkara yang sederhana serta tidak menganggap diri pandai (Rm. 12:16).
    • Membuang segala kejahatan dan kemunafikan serta menjadi sama seperti bayi baru lahir yang merindukan air susu murni dan rohani (1 2:1-2).
    • Menjadi anak-anak dalam kejahatan tetapi orang dewasa dalam pemikiran (1 14:20).
    • Tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar tetapi menenangkan jiwa seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya (Mzm. 131:1-3).

Oleh sebab ketidakpengertian akan makna salib, Yohanes menegur orang yang mengusir setan dengan Nama Yesus. Apa reaksi Gurunya?

  • Kuasa Nama Yesus tidak dimonopoli hanya oleh sekelompok orang.

Sejak dahulu benih persaingan sudah ada, buktinya murid-murid Yohanes Pembaptis lapor kepada guru mereka bahwa banyak orang dibaptis oleh Yesus (Yoh. 3:25-26).

Sesungguhnya Firman Allah itu hidup dan bertujuan bukan untuk menjelekkan seseorang tetapi menolong melepaskan dari tujuan yang salah.

Introspeksi: apakah kita tidak suka hati melihat kelompok-kelompok yang tidak bernaung dalam satu organisasi dan sinode kita melakukan mukjizat dengan Nama Yesus? Juga berita apa yang disampaikan, apakah tentang Injil Kristus disalib atau Injil kemakmuran? Masihkah kita berkutat dengan blok-blokan padahal Nama Yesus harus disebarkan ke seluruh bumi?

Kita patut bersyukur diarahkan oleh Firman Tuhan untuk mengikut Dia dengan benar agar tidak terjadi pertengkaran dengan pengikut-pengikut Tuhan lainnya oleh sebab kita tidak mengerti apa tujuan Yesus datang ke dunia, tidak memiliki sifat rendah hati serta merasa gereja kita lebih benar dan murni daripada gereja-gereja lain. Biarlah Roh Kudus menolong kita semua agar satu kali kelak kita berkumpul bersama dengan Yesus, Mempelai Pria Surga, dalam Yerusalem baru selamanya. Amin.