• Mengikut Yesus, Anak Allah yang dikasihi Bapa
  • Lukas 9:28-43a
  • Lemah Putro
  • 2021-07-18
  • Pdm. Jusuf Wibisono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/923-mengikut-yesus-anak-allah-yang-dikasihi-bapa
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Sungguh kita sangat membutuhkan penyertaan Tuhan terlebih akhir-akhir ini ketika suasana pandemi COVID-19 makin mencekam; tanpa-Nya kita akan gagal, ketakutan, menderita dll. Sebaliknya, beserta Tuhan kita akan beroleh kemenangan. Hendaknya kita bertumbuh bersama Pribadi Yesus, Sang Juru Selamat, satu-satunya pengharapan kita agar kita beroleh kemenangan demi kemenangan.

Tema Firman Tuhan kali ini adalah “Mengikut Yesus, Anak Allah yang dikasihi Bapa”. “Mengikut Yesus” berarti kita mengiring/mengikut di belakang-Nya sementara Yesus di depan kita sama seperti kawanan domba yang mengikuti (di belakang) ke mana gembala pergi. Demikian pula para murid mengikuti pengajaran Yesus, Guru mereka, dengan fokus mendengarkan apa yang dijelaskan oleh-Nya.

Bagi kita, pengikut-Nya, teladan apa yang harus kita ikuti melalui Firman Tuhan yang terdapat dalam Injil Lukas 9:28-43a?

“Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu, Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus. Lalu naik ke atas gunung untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia yaitu Musa dan Elia… Sementara itu Petrus dan teman-temannya telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya dan kedua orang yang berdiri didekat-Nya itu. Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia… Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu yang berkata: “Inilah Anak-Ku yang kupilih, dengarkanlah Dia.”…Pada keesokan harinya ketika mereka turun dari gunung itu, datanglah orang banyak berbondong-bondong menemui Yesus. Seorang dari orang banyak itu berseru, katanya: “Guru, aku memohon supaya Engkau menengok anakku sebab ia adalah satu-satunya anakku. Sewaktu-waktu ia diserang roh lalu mendadak ia berteriak dan roh itu menggoncang- goncangkannya sehingga mulutnya berbusa. Roh itu terus saja menyiksa dia dan hampir- hampir tidak mau meninggalkannya. Dan aku telah meminta kepada murid-murid-Mu supaya mereka mengusir roh itu tetapi mereka tidak dapat. Maka kata Yesus: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!” Dan ketika anak itu mendekati Yesus, setan itu membantingkannya ke tanah dan menggoncang-goncangnya. Tetapi Yesus menegor roh jahat itu dengan keras dan menyembuhkan anak itu lalu mengembalikannya kepada ayahnya. Maka takjublah semua orang itu karena kebesaran Allah.”

Dari ayat-ayat di atas dapat disimpulkan adanya dua peristiwa besar yang terjadi di tempat yang berbeda, yaitu:

  • Yesus dipermuliakan di atas gunung.

Petrus, Yohanes dan Yakobus dibawa Yesus naik ke atas gunung setelah menerima pengajaran-Nya. Jelas, pengajaran Firman tidak hanya diterima secara teori tetapi mereka harus mempraktikkannya dalam keseharian hidup.

Teladan apa yang diberikan Yesus kepada mereka untuk diikuti? Naik ke atas gunung untuk berdoa, mendekatkan diri kepada Allah Bapa yang bertakhta di tempat mahatinggi. Sebagai Anak, Yesus berhubungan erat dengan Bapa-Nya kemudian terjadilah peristiwa luar biasa itu – Ia dipermuliakan.

Ketika murid-murid Yesus yang tidur lelap terbangun, mereka melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya dan dua orang berdiri di dekat-Nya. Petrus langsung mengatakan betapa bahagianya mereka berada di tempat itu dan tanpa mengetahui apa yang dikatakannya dia ingin mendirikan tiga kemah untuk Yesus, Musa dan Elia. Sementara dia mengatakan hal itu, terdengarlah suara dari dalam awan mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.”

Suara dari langit/Surga juga pernah dikumandangkan oleh Allah Bapa setelah Yesus keluar dari air (dibaptis), “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat. 3:16-17)

Aplikasi: bila kita ada hubungan dengan Bapa Surgawi, terciptalah kebahagiaan sejati. Kita mengikuti teladan Yesus dengan dibaptis untuk mengalami pembaruan hidup. Kita dimeteraikan menjadi anak Allah yang dikasihi-Nya, dibuktikan dengan suka mendengar suara-Nya dan menaati perintah-Nya. Kita juga meninggalkan kehidupan lama dan tidak lagi terikat dengan perkara-perkara di bumi seperti telah dilakukan Petrus yang menjadi penjala manusia (Luk. 5:10) dan Lewi, pemungut cukai, meninggalkan profesinya lalu mengikut Yesus (Luk. 5:27).

  • Yesus menyembuhkan anak yang kerasukan roh jahat di bawah gunung.

Sebagai murid Yesus, kita menghargai dan mau belajar dari-Nya seperti dilakukan oleh seorang ayah yang memohon kepada Yesus untuk menengok anak laki satu-satunya yang sedang diganggu oleh roh jahat (yang tidak dilihat kasatmata).

Bukankah virus COVID-19 yang tidak dapat dilihat kasatmata tetapi mematikan ini telah menyerang seluruh dunia? Bagaimana virus yang sangat kecil ini mampu melumpuhkan jutaan orang? Karena virus ini diberi kesempatan dengan mudah masuk ke bagian tubuh (mata, hidung, mulut) yang terbuka alias tidak terlindungi. Itu sebabnya pemerintah mengeluarkan prokes 5 M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, Mengurangi mobilitas). Demikian pula dengan pertahanan rohani kita melawan roh jahat yang dikomandoi oleh Iblis. Jangan pernah membuka kesempatan Iblis untuk masuk mengganggu roh kita dan membuat kita menderita!

Marilah kita mencontoh teladan sempurna dari Yesus saat Ia berumur 12 tahun. Apa yang telah dilakukan-Nya? Sebagai seorang remaja, Yesus malah menyibukkan diri di dalam Bait Allah dengan duduk di tengah-tengah alim ulama (teachers = guru-guru) mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka (Luk. 2:46-47). Saat itu Yesus memosisikan diri-Nya sebagai murid yang serius mendengarkan penjelasan guru juga bertanya jika tidak mengerti. Ia mau belajar dan menambah ilmu pengetahuan yang membuat-Nya makin bertambah besar (fisik) dan bertambah hikmat-Nya juga makin dikasihi oleh Allah dan manusia (ay. 52).

Introspeksi: sudahkah kita memosisikan diri sebagai murid yang suka mendengarkan Firman Tuhan dan mencari tahu penjelasan dari ayat-ayat di Alkitab yang tidak dimengerti? Wajar jika seorang murid tidak mengerti semua permasalahan bahkan membuat kesalahan dan kegagalan; itu sebabnya diperlukan bimbingan dan penjelasan dari guru. Contoh: ketika (guru) Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya siapa Dia, hanya Petrus yang dapat menjawab dengan benar (Luk 9:18-21). Itu pun karena Bapa Surgawi yang menyatakan kepadanya (Mat. 16:17).

Para murid juga gagal tidak dapat mengusir roh jahat (Luk. 9:40) dan sebagai sikap murid yang benar mereka bertanya secara pribadi kepada (Guru) Yesus mengapa mereka tidak dapat mengusir setan (Mat. 17:19). Yesus memaparkan kesalahan mereka yaitu:

    • Kurang percaya dan mendorong mereka untuk mempunyai iman seperti biji sesawi (sangat kecil) untuk ditabur ke tanah dan tumbuh menjadi pohon besar sehingga burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya (Mat. 13:31-32). Makin besar sebuah pohon tumbuh ke atas, makin dalam pula akar yang masuk ke tanah.
    • Berdoa dan berpuasa.

Yesus mengajak mereka naik ke atas gunung dengan tujuan mengajar mereka berdoa dan tidak memikirkan persoalan makanan dan minuman sebab Kerajaan Allah bicara tentang kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm. 14:17).

Aplikasi: bila hidup kita dikendalikan oleh Roh Kudus, dari mulut keluar pujian dan hati penuh dengan damai dan sukacita sebagai buah dari Roh Kudus. Dengan berpuasa kita “menyalibkan” keinginan daging maka kuasa dari Tuhan mampu mematahkan kuasa jahat. Makin kita berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, makin teguh iman kita (Kol. 2:6-7). Perlu diketahui, sebuah tanaman akan bertumbuh besar dan kukuh kalau tidak sering dipindah-pindah tetapi tetap bercokol di tempatnya seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air yang menghasilkan buah pada musimnya; demikianlah orang yang kesukaannya merenungkan Taurat siang dan malam (Mzm. 1:2-3).

Makin kukuh dan teguh iman kita, makin kuat imunitas rohani kita menghadapi musuh (1 Ptr. 5:6-9). Dengan kata lain, jangan melawan Iblis dengan iman yang kecil! Iman yang kuat membuat kita memiliki daya tahan/imunitas untuk mengusir dan melawan serangan Iblis. Untuk itu kita membutuhkan Firman Tuhan yang mengajar kita menjadi orang percaya dan beriman seperti pengalaman Simon (= lemah) setelah mengakui Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup, Yesus memberinya nama Petrus (= batu karang yang teguh) — Mat. 16:18.

Biarlah kita tidak ragu-ragu untuk mengikut Yesus, Anak Allah yang dikasihi Bapa, dengan beriman teguh dan memiliki imunitas rohani kuat agar mampu melawan serangan Iblis. Untuk itu kita harus tekun mendengarkan Firman Tuhan dan terus belajar memahami kehendak-Nya hingga kita beroleh keselamatan penuh dan dijadikan milik-Nya untuk tinggal bersama-Nya di Yerusalem baru selamanya. Amin.