• YESUS BERKUASA ATAS PENYAKIT DAN KEMATIAN
  • Lukas 8:40-56
  • Lemah Putro
  • 2021-06-27
  • Pdm. Agus Muljono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/904-yesus-berkuasa-atas-penyakit-dan-kematian
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Harus diakui bahwa kita sangat membutuhkan kekuatan Firman Tuhan terlebih di masa pandemi yang mencekam ini. Kalau kita boleh hidup hingga saat ini, semua karena kita ditopang oleh Firman-Nya dan dipimpin oleh Roh Kudus untuk dapat memahami serta menaati perintah-Nya. Dengan melakukan Firman Tuhan dalam keseharian hidup, kita boleh menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita agar mereka juga mengenal Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat serta mengikut-Nya.

Tema “Yesus Berkuasa atas Penyakit dan Kematian” menunjukkan kemahakuasaan Yesus yang tidak perlu kita ragukan atau perdebatkan lagi karena sudah final. Buktinya Alkitab mengisahkan banyak mukjizat telah dikerjakan oleh-Nya bahkan Injil Lukas pasal 5 – 8 saja sudah menuliskan delapan mukjizat yang dilakukan-Nya. Kalau kita masih meragukan kemahakuasaan-Nya, kita menjadi orang Kristen yang sangat malang di dunia ini.

Kali ini kita belajar membangun kerangka berpikir yang benar tentang Tuhan terkait dengan kemahakuasaan-Nya. Kita harus memiliki perspektif/cara pandang benar tentang Yesus sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Firman Tuhan. Injil Lukas 8:40-56 mengisahkan tentang dua kehidupan yang mempunyai perspektif beda tentang Yesus. Ternyata cara pandang beda tentang Yesus dapat memengaruhi kinerja kuasa-Nya di dalam kehidupan mereka. Dengan kata lain, kalau perspektifnya benar cara merespons dalam kehidupan sehari-hari pun akan benar. Sebaliknya kalau perspektif kita tentang Tuhan salah, cara meresponsnya pun akan salah. Contoh: hari-hari ini banyak orang mengikuti ibadah online, masalah yang harus disoroti ialah sudahkah mereka membangun kerangka berpikir yang betul tentang Tuhan? Kita boleh rajin beribadah dan melayani tetapi jika perspektif kita tidak terfokus pada Tuhan maka cara pandang kita tidak akan seimbang alias berat sebelah sebab tidak benar bila diukur menurut standar Firman Tuhan.

Kehidupan siapa yang mempunyai perspektif berbeda tentang Yesus di dalam Lukas 8:40-56?

1. Yairus, kepala rumah ibadat, dengan keluarganya menggambarkan kehidupan keluarga Kristen yang aktif dalam kegiatan pelayanan dan mempunyai kedudukan penting dalam gereja.

“…..Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya supaya Yesus datang ke rumahnya karena anaknya perempuan satu- satunya yang berumur kira-kira dua belas tahun hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak…..Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!” Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: “Jangan takut, percaya (pisteuo = have faith = beriman) saja dan anakmu akan selamat.” Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut masuk dengan Dia kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya. Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: “Jangan menangis; ia tidak mati tetapi tidur.” Mereka menertawakan Dia karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati. Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru kata-Nya: “Hai anak bangunlah!” Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan.” Dan takjublah orang tua anak itu tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapa pun juga apa yang terjadi itu.” (ay. 41-43, 49-56)

Yairus yang berkedudukan sebagai kepala ibadat menggambarkan kehidupan orang Kristen yang sibuk dengan pekerjaan pelayanan. Apa yang terbangun dalam perspektif Yairus (juga orang-orang Kristen saat ini) terhadap kinerja Yesus? Sering timbul asumsi bahwa Yesus tidak sungguh-sungguh peduli ingin menyembuhkan anak itu sebab terbukti Ia terlambat menolong sehingga anak itu mati. Cara pandang mereka tidak dibentuk berdasarkan Firman Tuhan dan menganggap Yesus lamban bekerja serta suka terlambat menangani suatu masalah.

Sesungguhnya perspektif yang salah ini perlu diluruskan sebab sejak awal hingga akhir hidup-Nya di bumi ini Yesus selalu bekerja tepat waktu.

Logikanya, Yesus harus segera datang ke rumah Yairus untuk menyembuhkan anaknya namun perjalanan-Nya terhalang oleh seorang perempuan yang juga membutuhkan pertolongan-Nya. Akibatnya, Yesus belum sempat menyembuhkan anak itu ia sudah keburu mati. Hal ini dapat menimbulkan asumsi bagi Yairus bahwa Yesus tidak serius mau menyembuhkan anak perempuannya.

Apa sebenarnya rancangan Yesus bagi Yairus dan keluarganya? Apakah Yesus tahu anak itu akan mati? Pasti tahu. Ternyata Yesus mempunyai rencana besar bagi Yairus dan keluarganya yaitu supaya mereka belajar percaya kepada-Nya.

Hal serupa yang kita lakukan ketika kita datang kepada Tuhan membawa masalah, kita ingin Dia menyelesaikan problem sesuai dengan ketentuan kita bahkan memberi batasan waktu bagi-Nya untuk segera menyelesaikannya. Kita harus memahami dengan membawa masalah dan batasan waktu, kita juga harus siap membuka hati lebar- lebar dan berjiwa besar. Mengapa? Sebab (1) pertimbangan dan cara kita melihat persoalan belum tentu sama dengan pertimbangan dan cara-Nya Tuhan; (2) batasan waktu kita juga tidak selalu sama dengan batasan waktu yang ditentukan oleh-Nya. Bukankah sering terjadi Ia tidak langsung menjawab dan mengerjakan apa yang kita harapkan? Apakah ini berarti Ia lamban dan terlambat menolong kita? Perhatikan, tanpa hati terbuka dan jiwa besar, kita akan berpikiran sempit dan negatif kemudian berasumsi Tuhan tidak peduli, tidak mengasihi dan tidak mau menolong kita padahal Ia memiliki pertimbangan lain yang tidak kita ketahui.

Itu sebabnya ketika disampaikan berita bahwa anak perempuan itu mati, Yesus tidak minta maaf atas keterlambatan-Nya menyembuhkan anak itu tetapi menyuruh Yairus untuk tidak takut, tetap percaya dan anaknya akan selamat. Jujur, kita sering terpengaruh serta tertekan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di sekeliling kita tetapi Tuhan mempunyai pandangan jauh ke depan yang tidak terjangkau maupun dimengerti oleh kita. Kalau saja kita peka mau meneliti dn menelaah perkataan Yesus “jangan takut, percaya saja dan anakmu selamat” kita dapat merasakan bahwa Ia mempunyai rencana dan rancangan yang lebih besar daripada sekadar penyembuhan dari penyakit.

Anak Yairus memang harus mengalami kematian dengan tujuan:

  • Menyatakan kemuliaan Yesus sebagai Tuhan yang berkuasa atas kematian,
  • Proses pembelajaran bagi Yairus dan keluarganya untuk percaya/beriman kepada Yesus.

Aplikasi: kita perlu mengetahui dan memahami bahwa setiap kali Tuhan bertindak Ia tidak akan pernah membiarkan diri-Nya didesak oleh batasan waktu kita, oleh perhitungan kita yang pandangannya terbatas, oleh pemikiran kita yang tidak pandai menimbang sesuatu atau menentukan waktu terbaik serta tepat untuk kehidupan kita sendiri. Tuhan bekerja berdasarkan pertimbangan-Nya, perhitungan waktu-Nya dan tujuan-Nya sendiri. Jadi, kalau Ia belum mengerjakan apa yang kita minta, ini karena waktu-Nya belum tiba. Justru kita yang harus menyesuaikan diri dengan waktu-Nya sebab bagi Tuhan sangatlah gampang mengadakan mukjizat apa saja dan kapan saja sesuai dengan kehendak-Nya. Ia lebih tertarik untuk melatih kita memiliki percaya/iman yang komit dan konsisten. Faktanya, Ia dapat membuat mukjizat tanpa kita minta namun yang jauh lebih sukar ialah melatih kita untuk memercayai Dia sepenuhnya. Masihkah kita percaya/beriman kepada-Nya bila pertolongan dan mukjizat-Nya tidak kunjung datang dan kita menderita kesusahan yang berkepanjangan? Atau kita hanya percaya kepada-Nya bila roda kehidupan kita berjalan lancar?

Tuhan tidak keberatan disalahpahami atas ‘kelambanan-Nya’ dalam berkarya sebab jauh lebih penting bagi-Nya untuk melatih kita memiliki iman yang teguh dan konsisten bukan percaya yang jatuh-bangun atau naik-turun.

2. Perempuan sederhana yang menderita pendarahan 12 tahun menggambarkan kehidupan Kristen biasa dan sederhana yang tidak mempunyai kedudukan penting di dalam Perempuan ini sudah menghabiskan seluruh hartanya tetapi penyakitnya tidak kunjung sembuh. Parahnya, penyakit pendarahan yang menjadi bagian dari hidupnya itu dianggap najis oleh masyarakat (Im. 15:25-27) sehingga dia tidak berani terang-terangan datang kepada Yesus. Seandainya tertangkap, ia dapat dijatuhi hukuman. Namun perempuan ini mempunyai kelebihan dari Yairus yaitu percaya/beriman hanya dengan menjamah jumbai jubah Yesus ia yakin masalah penyakitnya selesai. Buktinya? Yesus mengatakan, “Hai anak-Ku, imanmu (bhs. Yun: pistis) telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” (ay. 48) Sangat jelas, level percaya dari perempuan ini sampai kepada iman. Iman seperti ini yang Yesus inginkan dari Yairus.

Aplikasi: percaya kita harus mencapai iman (pistis) sebab yang menyelamatkan kita dari kebinasaan bukannya mukjizat tetapi iman. Oleh karena iman, banyak orang yang bekerja di ladang Tuhan mengalami kesukaran dan penderitaan hebat bahkan mati sebagai martir. Jangan percaya kepada Yesus karena mengharapkan persoalan terselesaikan, utang lunas, semua beres dan kita diberkati menjadi kaya! Percaya semacam ini labil jika kita tidak beroleh pertolongan dari-Nya. Sebaliknya, kita tetap beriman teguh saat ‘mendaki ke atas gunung dan menuruni lembah yang curam’ walau ada mukjizat atau tidak ada mukjizat seperti telah dialami oleh Rasul Paulus. Dia mengalami banyak penderitaan, kesukaran bahkan ancaman kematian tetapi dia sama sekali tidak meninggalkan Tuhan oleh sebab imannya yang teguh.

Demikian pula dengan ibu Yesus, Maria, yang membawa masalah kepada Yesus untuk segera diselesaikan karena penyelenggara pesta kehabisan anggur. Apa jawab Yesus kepadanya? “Saatku belum tiba.” Namun jawaban Yesus tidak ditanggapi dengan negatif yang membuatnya sakit hati. Maria mempunyai perspektif yang benar tentang Yesus dan tahu pasti kemampuan Anaknya. Lalu dia memberitahu pelayan-pelayan pesta untuk berbuat apa pun yang dikatakan Yesus (Yoh. 2:1-5). Hasilnya? Terjadi mukjizat air berubah menjadi anggur.

Introspeksi: bagaimana dengan iman kita terutama di masa pendemi COVID-19 yang berdampak pada kesehatan, ekonomi dan kehidupan sosial kita? Masihkah kita percaya kepada-Nya walau doa permohonan kita belum dikabulkan oleh-Nya? Atau kita meragukan kuasa-Nya kemudian kecewa lalu mencari pertolongan dan jalan keluar dengan kekuatan dan kemampuan diri sendiri? Ingat, semua yang terjadi di dunia ini di bawah control-Nya. Ia akan menyatakan kuasa-Nya dan menyelesaikan masalah kita tanpa minta pertimbangan siapapun.

Kita harus membangun pola pikir yang benar tentang Tuhan dan jangan pernah meragukan kemahakuasaan-Nya yang mampu mengadakan mukjizat kesembuhan, penahiran, pengusiran roh-roh jahat bahkan kebangkitan dari kematian. Ia ingin kita beriman teguh dan konsisten bukan sekadar percaya pada mukjizat jasmani karena oleh iman (bukan mukjizat) kita beroleh keselamatan kekal untuk hidup bersama Dia selamanya di Yerusalem baru. Amin.