• CAMKAN DAN LAKUKAN FIRMAN ALLAH
  • Lukas 8:4-21
  • Lemah Putro
  • 2021-06-13
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/895-camkan-dan-lakukan-firman-allah
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Hendaknya Tuhan mendengar jeritan hati kita yang haus akan Firman-Nya dan biarlah Roh Kudus menuntun kita untuk dapat mendengarkan Firman dengan sungguh-sungguh.

Kali ini apa pesan Firman Tuhan yang dapat memuaskan dahaga kita? Injil Lukas 8:4-21 menuliskan tentang dua perumpamaan juga tentang sanak saudara Yesus, “Ketika orang banyak berbondong-bondong datang yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis……Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya apa maksud perumpamaan itu….Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah…..Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang yang setelah mendengar firman itu menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan. Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupnya dengan tempayan (vessel, household utensils = peralatan rumah tangga) atau menempatkannya di bawah tempat tidur tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya……Karena itu perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi tetapi siapa yang tidak mempunyai dari padanya akan diambil juga apa yang ia anggap ada padanya. Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: “Ibumu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau.” Tetapi Ia menjawab mereka: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”

Hendaknya kita datang beribadah tepat waktu baik yang on-site maupun yang online seperti orang banyak datang berbondong-bondong menggabungkan diri pada Yesus bukan seperti ibu dan saudara-saudara Yesus yang datang terlambat seusai khotbah. Untuk itu Yesus menegaskan “Ibu-ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya”.

Introspeksi: bagaimana penghargaan kita terhadap Firman Allah? Apakah kita mengikuti ibadah online atau on-site dengan setia dan tepat waktu? Atau kita beribadah kalau ada waktu atau sering telat mengikutinya? Bila kita datang terlambat mendengarkan Firman Allah, bagaimana mungkin kita dapat melakukan Firman-Nya dengan tepat?

Apa maksud dan tujuan Yesus memberikan dua perumpamaan kepada mereka saat itu maupun kita sekarang? Dua perumpamaan ini berkaitan dengan rumah dan keluarga. Jelas sekali Yesus mengingatkan kita untuk mendengarkan Firman-Nya dan melakukannya. Kalau begitu apa dampak melakukan Firman Tuhan dan apa konsekuensinya jika tidak melakukannya?

  • Perumpamaan tentang benih yang ditabur → di luar

Benih (di luar rumah) ditanam menjadi bahan makanan (di dalam rumah). Contoh: benih padi ditanam di sawah untuk dipanen dan diolah menjadi beras yang siap dimasak menjadi nasi untuk dikonsumsi.

Yesus menegaskan bahwa benih itu adalah Firman Allah yang jatuh di tanah (hati) yang baik kemudian disimpan dan mengeluarkan buah untuk dimakan. Dapatkah kita menjadi kenyang jika kita cuma menonton beras itu tanpa memasaknya menjadi nasi? Juga satu benih padi jika tidak jatuh (ditanam) di tanah akan tetap satu benih. Tentu kita tidak kenyang makan hanya satu benih tetapi benih tersebut ditanam agar bertumbuh dan menghasilkan buah banyak; untuk itu diperlukan tanah hati yang baik. Pasti tidak ada seorang pun mau rugi atau lapar dan orang lapar akan menganggap “makanan yang tidak baik” pun terasa “lezat”. Yesus – Firman Allah – siap mengenyangkan dan melindungi keluarga dan rumah tangga kita dari kelaparan. Waspada, kalau kita tidak merindukan Firman Allah yang benar, kita akan mengonsumsi “Firman” (dari video dan WA) tanpa memilah-milah karena tampak rohani padahal tidak semuanya sesuai Alkitab. Tahukah maksud dan tujuan kita mendengar dan menerima Firman Tuhan? Supaya kita mengenal Pribadi Yesus dan menghargai pengurbanan-Nya.

Apa makna benih Firman Allah yang jatuh di pinggir jalan (ay. 11)? Kalau jatuh di tanah hati jalanan, siapapun dapat melewatinya termasuk burung-burung (Iblis) yang memakannya habis sehingga benih Firman Allah tidak sempat tumbuh dalam hati berakibat orangnya tidak terselamatkan. Jangan benih Firman Allah ditanam di tempat yang salah apalagi berkaitan dengan kuasa kegelapan!

Waspada, Iblis tahu dia akan dicampakkan ke dalam lautan api dan belerang selama-lamanya (Why. 20:10) dan dia ingin mencari mangsa sebanyak-banyaknya untuk dihukum bersamanya. Dahulu dia berhasil membuat Adam- Hawa jatuh ke dalam dosa oleh sebab makan buah pengetahuan baik dan jahat padahal Tuhan menyediakan benih yang memberi kehidupan. Sekarang dia mengincar hati suami, istri, anak yang tidak sungguh-sungguh mendengarkan benih Firman Tuhan agar benih tersebut tidak tumbuh menghasilkan buah.

Perhatikan, benih tidak dapat tumbuh di jalan tetapi di persawahan yang ada pemiliknya. Siapa pemilik tanah hati kita? Kita telah dibeli dan lunas dibayar (1 Kor. 6:20) oleh darah Yesus (1 Ptr. 1:19) dan menjadi bait Roh Kudus (1 Kor. 6:19). Di dalam rumah Allah/Tabernakel ada Meja Roti Sajian di mana di atasnya ada roti yang dikonsumsi oleh imam-imam yang melayani (Im. 24:5-6,9).

Aplikasi: kita mengonsumsi makanan Firman Allah yang kita dengar dan simpan dalam hati untuk lebih setia melayani Tuhan. Jangan beri kesempatan Iblis untuk memakan benih Firman Allah yang membuat kita lemah! Ingat, tidak ada makanan apapun dapat menjamin kita menjadi kuat kecuali makanan Firman Allah yang membawa kita pada kehidupan kekal.

Bagaimana dengan benih yang jatuh di tempat berbatu-batu sehingga tumbuh cuma sebentar kemudian kering karena tidak mendapat air? Benih Firman yang tumbuh di tempat berbatu-batu tidak berakar dan cepat murtad ketika menghadapi batu-batu sandungan. Harus diakui kita dapat melupakan pencobaan ketika mendapat siraman benih Firman Tuhan di dalam gereja tetapi bagaimana sikap hati kita ketika berada di luar gereja menghadapi pencobaan yang berat? Bagaimanapun juga pencobaan-pencobaan yang kita alami tidak melebihi kekuatan kita dan Allah yang setia berjanji memberikan jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya (1 Kor. 10:13). Oleh sebab itu kita tidak perlu murtad/pindah agama. Ilustrasi: sebelum menaburkan benih-benih untuk ditanam, petani akan terlebih dahulu membersihkan tanah dari batu-batu dan tanaman liar. Si petani akan rajin membersihkan dan membuang batu yang ada di antara benih yang sudah tumbuh menjadi tanaman. Petani tidak perlu memindahkan tanaman ke tempat lain hanya karena adanya batu yang mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut.

Aplikasi: kita harus rajin membuang dan membersihkan batu-batu sandungan (kemalasan, iri hati dll.) dari tanah hati bukan memindahkan benih Firman Tuhan ke tempat lain. Jangan sengaja membiarkan batu sandungan bercokol dalam hati karena kita akan hanya mendapatkan keselamatan sementara saja!

Selanjutnya ada pula benih yang jatuh di semak duri membuat benih tersebut terimpit dan mati. Setelah kita menerima benih Firman Allah, benih tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik karena terimpit oleh kekhawatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup sehingga tidak berbuah matang (Luk. 8:14).

Introspeksi: apakah enak makan nasi setengah matang? Dapat membuat sakit perut! Demikian pula kehidupan rohani kita tidak akan matang jika benih Firman Tuhan terpengaruh dengan kekhawatiran, kekayaan atau kenikmatan hidup. Itu sebabnya kita harus datang kepada Tuhan apa adanya agar beroleh benih Firman Tuhan sepenuhnya.

  • Perumpamaan tentang pelita → di dalam rumah tangga

Pelita dibutuhkan di tempat yang gelap tetapi kalau kita salah menempatkannya pelita itu tidak akan berfungsi dengan baik dan tempat tersebut akan tetap gelap.

Yesus mengatakan kita adalah terang dunia (Mat. 5:14) juga Firman Tuhan itu pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105).

Pelita berfungsi untuk menerangi kegelapan tetapi terang tidak akan terpancar ke luar kalau ditutupi dengan tempayan (persoalan sandang pangan) atau ditempatkan di bawah tempat tidur (persoalan nikah).

Aplikasi: Firman Tuhan menerangi dan menuntun perjalanan hidup pribadi maupun hidup rumah tangga dan nikah kita. Sering percekcokan dalam rumah tangga terjadi karena suami/istri/anak menempatkan pelita Firman Tuhan dengan salah. Masing-masing anggota keluarga menjadi terang di dalam rumah bila meletakkan pelita di tempat yang benar (kaki dian) sehingga tidak terjadi gesekan maupun sandungan. Pekerjaan Roh Kudus membuat kehidupan suami-istri menjadi terang. Jangan meletakkan persoalan sandang pangan di atas Firman Allah atau menyembunyikan sesuatu karena takut ditelanjangi oleh Firman-Nya (Ibr. 4:12-13). Faktanya manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat (Yoh. 3:19-21). Kehidupan nikah perlu terang Firman Tuhan sejak pria-wanita mengambil keputusan menjadi suami-istri. Dengan menempatkan Firman Tuhan di atas segalanya, suami/istri dapat menerangi kekurangan/kegelapan pasangan hidupnya dan mereka akan berbahagia.

  • Ibu dan saudara-saudara Yesus

Ibu Yesus, Maria, datang mencari anaknya, (manusiawi) Yesus, bukan untuk mendengarkan Firman tetapi lebih mendengarkan berita hoax yang mengatakan Yesus tidak waras (Mrk. 3:21).

Karena datang terlambat, ibu Yesus dan saudara-saudara-Nya tidak mendengar dan tidak mengerti tentang penjabaran benih maupun pelita. Mereka tidak mendengar perkataan Yesus yang menyatakan, “…perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi tetapi siapa yang tidak mempunyai dari padanya akan diambil juga apa yang ia anggap ada padanya.” (Luk. 8:18)

Dokter Lukas menulis kisah ini jauh setelah Yesus mati, bangkit, naik ke Surga dan ia bertobat kemudian menjadi kawan sepelayanan Rasul Paulus. Tanpa sungkan-sungkan dia menuliskan ketidakseriusan ibu Yesus dan keluarganya dalam mendengarkan Firman sehingga Yesus menjelaskan ibu dan saudara-saudara-Nya ialah mereka yang mendengarkan dan melakukan Firman.

Introspeksi: sungguhkah benih Firman Tuhan ada dalam hati kita? Adakah pertambahan/pertumbuhan benih setelah mendengar pemberitaan Firman? Berapa lama kita mengikut Tuhan dan sudahkah kita membaca Alkitab seutuhnya? Apa tujuan kita datang ke gereja, apakah untuk mencari Firman Tuhan atau ingin temu kangen dengan gembala dan teman-teman sepelayanan? Bila kita diingatkan belum serius menghargai Firman, kita harus memperbaiki diri untuk tidak melakukannya lagi.

Untuk beroleh keselamatan kekal, kita harus tekun mendengarkan Firman Tuhan, menyimpannya dalam hati yang telah disucikan oleh-Nya untuk kemudian melakukannya. Biarlah terang Firman Allah memimpin perjalanan hidup pribadi maupun hidup nikah dan rumah tangga kita sehingga kita dapat menjadi terang bagi orang-orang di sekitar yang masih hidup dalam kegelapan dosa agar mereka mengenal Yesus, Sumber terang, untuk beroleh terang hidup (Yohn. 8:12). Amin.