Rahasia Ibadah
Pdm. Janche Soehatan, Minggu, Johor, 10 Desember 2017
Shalom,
Ibadah berguna dalam segala hal karena mengandung janji baik untuk hidup ini (sekarang) maupun untuk hidup yang akan datang (1 Tim. 4:8). Dengan kata lain, kuasa ibadah melingkupi seluruh aspek kehidupan kita di dunia ini sampai pada kekekalan. Bagaimana dengan ibadah-ibadah yang lain? Tentu mereka juga mempunyai tujuan tetapi berbeda dengan kita yang mempunyai satu tujuan dan tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah lain.
Apa kata Alkitab tentang ibadah? 1 Timotius 3:16 menuliskan, “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."
Rahasia ibadah yang agung ini tentu tidak diobral tetapi hanya orang-orang yang beroleh kasih karunia yang dapat menerima dan mencerna rahasia ibadah ini. Dan keberhasilan ibadah terletak pada kasih karunia Allah di dalam Kristus Yesus.
Yesus – Sang Firman – lahir ke dunia menjadi manusia (Yoh. 1:14) dan saat Ia dibaptis, Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya dan terdengar suara dari Surga yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat. 3:16-17)
Rahasia ibadah ini tidak dapat dimengerti dan dimiliki oleh ibadah-ibadah lain. Karena rahasia ibadah ini ditolak oleh umat milik-Nya, bangsa Israel, kasih karunia-Nya diberikan kepada setiap orang yang mau menerimanya (bangsa kafir).
Kejadian luar biasa telah menandai kelahiran Yesus, orang Majus (bukan orang Israel) telah men-dapatkan kasih karunia untuk menyaksikan kelahiran-Nya. Dan dalam kurun waktu yang singkat (± 3½ tahun), pelayanan Yesus menarik orang-orang dari seluruh dunia datang kepada-Nya dan meng-akui kebesaran-Nya, kematian-Nya, kebangkitan bahkan kenaikan-Nya ke Surga.
Janji-janji apa yang kita peroleh dalam ibadah?
- Beribadah bukanlah sekadar keluar masuk gereja tetapi ada kuasa Firman Tuhan yang mampu mengubahkan tabiat manusia secara bertahap menjadi manusia rohani (kodrat Ilahi). Sedangkan manfaatnya sekarang ialah ibadah berkuasa mengubah dan mendidik moral dan tabiat kita untuk layak dipakai Tuhan.
Oleh kuasa Ilahi-Nya, kita dapat hidup saleh dan luput dari hawa nafsu duniawi (2 Ptr. 1:3-4). Kondisi kesalehan lebih tinggi daripada kesucian sebab kesucian bersifat pasif dan jika disalahgunakan membuat orang menjadi sombong sementara hidup saleh bermanfaat bagi orang lain, dibuktikan dari pekerjaannya yang memuliakan Tuhan.
Kesaksian dari si Pembicara: beliau berlatar belakang sangat buruk: berasal dari keluarga broken home, merupakan pemuda liar, sekolah berantakan juga bertabiat pemarah dan pendendam. Ketika mengetahui ayah dari pacar (yang sekarang menjadi istrinya) adalah seorang pendeta, beliau harus menyamakan pandangannya dengan sang pacar. Beliau berpikiran suatu hari akan bertemu dengan ayah sang pacar dan pasti ditanyai tentang Alkitab. Untuk itu beliau memu-tuskan pergi ke gereja dengan motivasi ingin tahu apa itu Firman Tuhan. Saat itu yang ber-khotbah adalah Pdt. In Juwono. Tuhan berkemurahan dan beliau mengiyakan semua pemberita-an Firman walau ada beberapa hal yang tidak dimengerti. Firman Tuhan berkuasa mengubah hidup beliau dan hari demi hari beliau bertumbuh ke arah yang baik. Terbukti ibadah memiliki kuasa keubahan menjadi manusia ilahi – anak-anak Allah – untuk siap dipakai menjadi alat-Nya.
- Firman Tuhan menyebutkan pada akhirnya tinggal tiga hal yaitu iman, pengharapan dan kasih (1 Kor. 13:13). Orang-orang sering memahami iman, pengharapan dan kasih terpisah-pisah padahal sesungguhnya iman, pengharapan, kasih telah dikaruniakan Tuhan sejak kita percaya kepada-Nya hanya ekspresinya belum tampak karena mengalami pertumbuhan secara bertahap.
Iman identik dengan kebenaran dan pengharapan identik dengan kekudusan sementara kasih melibatkan pribadi lain – manusia berinteraksi dengan manusia lain juga manusia dengan Allah. Dari tiga hal ini yang terbesar adalah kasih sebagai pertumbuhan iman sehingga kita dapat dipakai Tuhan untuk menyatakan kasih-Nya.
- Dalam ibadah kita diajar untuk tidakhidup dalam kebodohan dan tidak gegabah dalam pelayanan.
Waspada, orang yang tidak mau beribadah akan hidup menyendiri dan merasa diri paling hebat; kalau dinasihati marah karena salah mengerti (Ams. 18:1) seperti pengalaman si Pembicara sebelum mengenal Tuhan. Karena sifatnya yang buruk, beliau dikucilkan oleh teman-temannya membuat beliau introvert/tertutup namun kalau ada orang menasihatinya beliau marah dan membenci orang itu.
Sangat jelas, kuasa ibadah mampu mengubahkan manusia biasa menjadi manusia Ilahi yang melayani Tuhan serta mempunyai hak penuh untuk masuk Surga sedangkan orang yang tidak mau beribadah menjadi tidak berpengetahuan dan bodoh. Akibatnya, pekerjaan yang dilakukan-nya ditandai dengan kecerobohan karena dilakukan dengan tergesa-gesa (ay. 2). Anehnya, dia malah menyalahkan Tuhan padahal dia sendiri yang salah langkah dan membuat kecerobohan tersebut (ay. 3).
Kebodohan berakibat miskin rohani dan jasmani sehingga menghambat pelayanan. Bagi (calon) hamba Tuhan, mungkin Tuhan tidak memberikan kekayaan (materi) banyak tetapi hendaknya kaya melimpah dengan Firman Tuhan; dengan demikian hidupnya dapat dipastikan tidak akan terlunta-lunta.
Tuhan mau memakai kita tetapi kita tidak boleh malas dan gampang tersinggung sebab sekecil apa pun kebusukan yang menyelinap dalam pelayanan akan menimbulkan masalah bagaikan lalat mati di tengah minyak urapan (kekudusan) akan menimbulkan bau busuk (Phk. 10:1).
Selama orang bodoh menutup mulut, orang berpikir dia berhikmat tetapi begitu dia bicara, pendengar akan menyadari kalau orang tersebut bodoh (Phk. 10:3). Bila ibadah tidak berhasil, yang didapat hanyalah kekacauan.
- Ibadah merupakan sarana bagi kita menerimapelbagai karunia menurut kasih karunia-Nya untuk melayani Tuhan (Rm. 12:1,6-8).
Apa yang Tuhan inginkan dari kita? Kita mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp. 2:12).
Ketaatan kita dalam ibadah menghasilkan rahmat dan berkat. Untuk itu kita harus bekerja (dalam suasana keselamatan bukan bekerja untuk selamat) untuk keselamatan orang lain.
Kita mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar berarti kita ada tanggung jawab dan tidak sembarangan melayani Tuhan; paling sedikit ada bukti pengalaman hidup berjalan dengan-Nya. Jangan kita memanipulasi pemberitaan Firman Allah, sesederhana apa pun bentuk Firman yang disajikan bila sesuai dengan pengalaman hidup akan berkuasa mengubahkan hidup seseorang.
Sebagai pelayan Tuhan, kita bekerja bagaikan tentara komando yang dapat bertempur di mana pun tanpa perlu diperintah orang dan dapat mengomando diri sendiri; bukan bekerja seperti orang suruhan yang tidak mempunyai inisiatif - menunggu komando dulu baru bekerja.
Kalau kita bekerja bagaikan tentara komando, Tuhan dalam hati akan membangkitkan kita kemauan untuk bergerak (Flp. 2:13) dan kita melakukannya tanpa sungutan maupun perban-tahan (ay. 14).
Pelayanan yang dilakukan dengan tulus ikhlas (tanpa sungutan) penuh syukur berbuahkan sukacita besar dan tidak ditandai aib/noda sehingga kita menjadi anak-anak Allah yang bercahaya di tengah-tengah angkatan yang bengkok hati dan tersesat (ay. 15).
Perlu diketahui, Firman Allah akan menelanjangi pelayanan orang-orang yang mempunyai motivasi lain seperti tertulis dalam surat Yudas ayat 11, yaitu:
- Kain yang cemburu melihat persembahan adiknya, Habel, diterima Allah menggambarkan pelayanan yang terkontaminasi oleh dengki dan iri hati (Kej. 4:4-5).
- Bileam yang bernubuat karena menginginkan upah/materi (Bil. 22:17).
- Korah yang ambisius dan memberontak melawan Musa (bil. 16:1-3). Tentu hidup harus mempunyai tujuan juga memiliki ambisi secukupnya bukan ambisius ingin memiliki semuanya.
Pelayanan yang ditandai dengan iri hati, mencari untung dan ambisius tidak akan berhasil. Mereka bagaikan pohon-pohon di musim gugur yang tidak menghasilkan buah, pohonnya terbantun dan akarnya mati sama sekali (Yud. 1:12).
Akhirnya kita melihat bahwa ibadah dan rahasia agung dalam ibadah itulah yang mampu mengubah dan melengkapi seseorang untuk menjadi pelayan Tuhan yang baik dan benar. Amin.