• BERIMAN KEPADA KUASA PERKATAAN YESUS
  • Lukas 7:1-10
  • Lemah Putro
  • 2021-05-09
  • Hari Gunawan Lianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/873-beriman-kepada-kuasa-perkataan-yesus
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Dengan iman kita percaya bahwa mukjizat masih ada dan nyata bahkan perolehan iman itu sendiri merupakan mukjizat besar yang Tuhan karuniakan kepada kita. Umumnya di hari libur Lebaran banyak keluarga bepergian ke luar kota bahkan ke luar negeri untuk refreshing tetapi karena pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh dunia, kita hidup dalam keprihatinan juga adanya batasan dari pemerintah membuat kita tidak dapat bepergian jauh. Apapun yang terjadi, Tuhan ingin kita tetap dapat merasakan hadirat-Nya di tengah-tengah kita. Justru dalam kondisi semacam ini kita patut bersyukur karena diberi kesempatan lebih banyak untuk duduk mendengarkan Firman Tuhan sebab berbahagialah orang yang membacakan dan mendengarkan kata-kata nubuat serta menuruti apa yang tertulis di dalamnya sebab waktunya sudah dekat (Why. 1:3).

Kebahagiaan apa yang kita dapatkan saat kita membaca dan merenungkan Lukas 7:1-10 yang bertemakan “Beriman Kepada Kuasa Perkataan Yesus”? Peristiwa ini terjadi di kota Kapernaum yang terletak di Galilea (Luk. 4:31). Bila dikaitkan dengan fakta sejarah dan nubuat kelahiran Yesus (Yes. 9:1,5) sangatlah jelas wilayah sasaran pelayanan Yesus ialah Galilea, tempat wilayah bangsa-bangsa lain (kafir) diam dalam kegelapan (Mat. 4:15-16). Ini menjadi kesem- patan visi Allah di dalam Yesus untuk mewartakan Kabar Baik kepada mereka. Itu sebabnya menginjak dewasa Yesus meninggalkan Nazaret dan berdiam di Kapernaum sebagai peng- genapan nubuat Nabi Yesaya (Mat 4:13-14). Di Kapernaum ini pula Yesus memanggil murid- murid pertama seperti Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes (ay. 18-22). Yesus berkeliling di seluruh Galilea untuk mengajar di rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah juga menyembuhkan banyak orang (ay. 23).

Bagaimanapun juga Yesus pernah mengecam beberapa kota (Khorazim, Betsaida, Sodom) termasuk Kapernaum yang akan diturunkan sampai ke dunia orang mati sebab mereka telah menerima banyak mukjizat tetapi tidak bertobat (Mat. 11:20-23). Kondisi mereka akan lebih parah dibandingkan Sodom yang dimusnahkan Allah dengan api oleh sebab mereka menolak utusan-Nya (Kej. 19). Seandainya Sodom menerima mukjizat-mukjizat seperti yang dialami mereka, kota itu masih berdiri hingga hari ini.

Aplikasi: hendaknya kita menghargai kasih karunia Tuhan juga setiap perbuatan ajaib-Nya; jika tidak, kita akan mengalami peristiwa seperti Kapernaum yang kini tinggal puing-puing. Bahkan sinagoge tempat Yesus mengajar pun tinggal reruntuhan.

Peristiwa apa yang terjadi di Kapernaum? Ada seorang perwira mempunyai seorang hamba yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati (Luk. 7:2). Sejarah menuliskan perwira ini non-Yahudi yang tinggal dan bermarkas di Kapernaum. Perwira ini memiliki jabatan tinggi (a centurion) dan kekuasaan besar; sebagai pemimpin tentara pasti tidak ada yang berani menentangnya.

Pembelajaran: perlakuan perwira terhadap hambanya memberikan contoh bagaimana bersikap dalam hubungan sosial. Kedudukan hamba/ budak tidaklah berharga dan dapat diperjualbelikan oleh majikannya tetapi perlakuan perwira ini sangat berbeda. Walau status sosial perwira itu tinggi, dia tidak angkuh bahkan menghargai budaknya. Jelas kasih terhadap hambanya tidak dibangun berdasarkan status sosial dan ekonomi tetapi kerendahan hati. Dia bahkan mengasihi bangsa Yahudi dan bersedia menanggung pembangunan rumah ibadat mereka yang beda agama dengannya.

Bagaimana proses perwira ini menjadi begitu beriman terhadap kuasa perkataan Yesus menurut Lukas 7:1-10?

  • Dia sudah mendengar kabar baik tentang Yesus terlebih dahulu (ay. 2-3).

Perwira ini telah mendengar pemberitaan Injil/Kabar Baik beserta mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Dari mendengar Firman Kristus, timbullah imannya kepada Yesus (bnd. Rm. 10:17).

  • Dia memiliki kerinduan besar dan mendesak (urgent) serta memohon (pleading) untuk bertemu Yesus (ay. 3-4).

Ketika mendengar tentang Yesus, perwira ini menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada Yesus dan meminta-Nya datang untuk menyembuhkan hambanya. Dia mendesak untuk bertemu Yesus.

  • Dia memiliki sikap rendah hati dan merasa tidak layak menerima Yesus di dalam rumahnya (ay. 6-8).

Walau perwira ini berpangkat tinggi, dia begitu rendah hati dan merasa tidak layak menerima Yesus. Dia menyadari dirinya begitu kecil di hadapan Yesus.

Implikasi: bila ingin berjumpa Yesus, kita harus bersedia menanggalkan status, gengsi, kedudukan, martabat dan segala superioritas kita. Jujur hal ini tidak mudah untuk dilaksanakan.

Apa yang dikatakan oleh perwira ini? “Katakan saja sepatah kata maka hambaku ini akan sembuh.” Perkataan ini bukan sekadar pemanis mulut (lip service) tetapi keluar dari hati yang tulus. Perkataan ini membuat Yesus terkesan sebab diucapkan oleh orang di luar bangsa Israel.

Lebih lanjut perwira ini memosisikan diri sebagai orang bawahan dan di bawahnya ada prajurit yang akan melakukan perintahnya jika dia menyuruh mereka pergi, datang atau mengerjakan sesuatu. Sekali lagi Yesus tertegun dengan struktur keperwiraan/ketentaraan yang diungkapkan oleh perwira tersebut. Secara tidak langsung dia memosisikan Yesus sebagai pemegang kekuasaan/otoritas tertinggi di dunia ini sekaligus pengakuan dan penghormatan kepada-Nya bagaikan adorasi/penyembahan kepada pribadi Kristus sebagai Allah.

Aplikasi: beriman menurut pola pandang Yesus bukan karena kita baik hati, berkedudukan tinggi, berkurban/donasi banyak terhadap pembangunan rumah Allah, sibuk dalam pela- yanan pekerjaan Tuhan atau lamanya mengikut Tuhan tetapi ditentukan oleh iman kita pada kuasa perkataan-Nya justru saat kita diperhadapkan pada kondisi yang tidak nyaman. Terkadang Tuhan mengizinkan kita mengalami masa-masa sulit dalam hidup untuk menilik iman kita. Justru di saat seperti inilah Ia memproses/ menguji kualitas iman kita apakah kita dapat memberikan pujian penyembahan kepada-Nya (bnd. 1 Ptr. 1:6-7). Juga dalam hu- bungan suami-istri dan keluarga sesuai pola Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel, masing-masing diajar untuk saling menghargai, memerhatikan dan mengasihi satu sama lain. Saat suami/istri merasa lemah tak berdaya, istri/ suami memberikan semangat dan menolong menyelesaikan persoalan. Bahkan saat suami-istri merasa tidak mampu, saat itulah keduanya berseru memohon kepada Tuhan untuk menolong mereka sebab kekuatan dan kekayaan manusia tidak mampu menolong mereka.

Harus diakui hamba yang lemah tak berdaya menjadi beban yang merepotkan dan membuat kondisi tidak nyaman. Begitu pula kelemahan yang terjadi dalam kehidupan nikah dan keluarga menjadi masalah berat yang tak terselesaikan. Namun hendaknya kita beriman dan berpikir positif seperti dilakukan oleh perwira yang mengubah kelemahan menjadi sarana untuk berjumpa dengan Yesus pribadi. Seandainya hambanya tidak sakit dan menderita, perwira ini tidak akan berjumpa dengan Yesus.

Aplikasi: apapun bentuk masalah yang dialami oleh kehidupan pribadi maupun kehidupan nikah dan keluarga, tetaplah beriman kepada Firman Tuhan untuk mengalami kuasa perkataan-Nya. Jangan berpikiran negatif atas masalah yang menimpa tetapi justru jadikanlah sarana untuk berjumpa dengan-Nya dan mengalami keajaiban dari-Nya. Hal ini dilakukan oleh perwira itu – beriman mukjizat akan terjadi walau belum melihat Yesus – seperti tertulis dalam Ibrani 11:1 bahwa iman adalah bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Yesus sendiri mengatakan Ia akan memberikan apa yang kita minta dan doakan (Mrk. 11:24) dan Ia tahu apa yang kita perlukan (Mat. 6:32) namun semua tergantung pada iman kita.

Dari kisah di atas kita dapat memaknai “beriman kepada kuasa perkataan Yesus” sebagai keyakinan mutlak kepada Tuhan bahwa Ia mampu menjawab doa. Heran, sang perwira meminta sesuatu di luar kebiasaan yaitu kesembuhan dari jarak jauh dan permintaannya dikabulkan.

Bila kita memerhatikan lebih cermat, Yesus melakukan mukjizat kesembuhan dengan cara-Nya sendiri dan beraneka ragam seperti dialami oleh: wanita yang 12 tahun mengalami pendarahan sembuh setelah memegang jumbai jubah-Nya (Luk. 8:43-44); orang yang mati tangan kanannya sembuh dengan perkataan-Nya “ulurkanlah tanganmu” (Luk. 6:6,10); anak muda Nain yang mati dihidupkan oleh-Nya dengan menyentuh usungan keranda lalu berkata “bangkitlah” (Luk. 7:14-15); orang lumpuh yang diturunkan dari atap diampuni dosanya lebih dahulu sebelum disembuhkan (Luk. 5:19-20); orang buta sejak lahir yang disembuhkan dengan ludah yang diaduk dengan tanah lalu dioleskan ke matanya dan disuruh membasuh diri ke Kolam Siloam (Yoh. 9:1,6-7); Lazarus yang sudah mati membusuk empat hari baru dibang- kitkan (Yoh. 11:39,43-44) dst.

Ilustrasi: orang tua mempunyai cara sendiri dalam menghadapi anak-anaknya yang berkarakter beda-beda – ada yang cukup diperlakukan dengan lembut tetapi ada pula yang harus dengan cara keras. Demikian pula perhatian Tuhan kepada kita, anak-anak-Nya, yang beda karakter dan latar belakang. Ini tidak berarti Tuhan pilih kasih tetapi Ia memperlakukan kita disesuaikan dengan kondisi masing-masing sebab Ia sangat mengenal karakter kita. Kita tidak dapat menuntut Tuhan dengan menyamakan cara, waktu dan besaran pertolongan-Nya kepada semua orang secara merata. Namun yang pasti, Ia siap sedia menolong kita semua.

Berkenaan dengan waktu Tuhan menolong kita juga ditentukan oleh-Nya karena Ia tahu waktu yang terbaik untuk menjawab doa kita walau kadang tidak dimengerti oleh kita. Kita diajar untuk memahami cara Tuhan bekerja atas hidup kita sebab siapa berani menuduh Tuhan berlaku curang (Ay. 36:23) karena tidak segera menolong kita? Sesungguhnya Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya (Mzm. 145:17).

Yang penting dalam setiap kesempatan mendengar dan membaca Firman Tuhan hendaknya kita menjadikannya momentum untuk membangun dasar iman yang kuat kepada-Nya bagaikan membangun rumah di atas batu karang (Kristus) yang teguh untuk mengalami kuasa jamahan Yesus secara pribadi dan beroleh pertolongan tepat pada waktu-Nya. Amin.