• KEKOKOHAN MENDENGAR DAN MELAKUKAN FIRMAN
  • Lukas 6:12-49
  • Lemah Putro
  • 2021-05-02
  • Pdt. Paulus Budiono
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/866-kekokohan-mendengar-dan-melakukan-firman
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Hendaknya kita tetap haus dan merindukan Firman Tuhan di mana pun kita berada (via online) karena hanya Firman- Nya yang sanggup mengubah sikap hati dan kehidupan kita. Ingat, Firman Tuhan tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang dan selamanya.

Kali ini kita akan mengikuti perjalanan Yesus dari satu tempat ke tempat lain serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan- Nya seperti tertulis dalam Lukas 6:12-13, 17-20, “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya lalu memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul……Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh- roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “berbahagialah hai kamu yang miskin karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah…..”

Aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan oleh Yesus?

  • Di bukit, Yesus berdoa semalam-malaman (± 12 jam) hanya untuk menentukan 12 murid yang akan dipilih-Nya menjadi rasul-rasul. Tentu Yesus mendoakan satu persatu dari 12 murid yang akan diutus oleh-Nya sebab Ia mengenal setiap hati orang.
  • Turun ke tempat datar, Yesus bersama 12 murid-Nya menemui sejumlah besar murid-murid-Nya yang lain juga orang-orang yang datang dari Yudea, Yerusalem, pantai Tirus dan Sidon. Rombongan besar ini datang untuk mendengarkan Firman-Nya dan untuk disembuhkan dari penyakit maupun dari roh-roh jahat.

Jadi ada tiga kelompok di sini: 12 murid yang dipilih menjadi rasul, para murid lain untuk dididik dan kelompok besar sebagai pendengar yang menantikan mukjizat kesembuhan.

  • Yesus memandang para murid-Nya lalu berkata, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin karena kamulah yang empunya Karajaan ” (ay. 20)
  • Yesus masih berbicara banyak kepada mereka selain khotbah “ucapan bahagia” (ay. 20-23) juga “ucapan celaka” untuk mengingatkan (ay. 24-26), mengasihi musuh yang membenci mereka (ay. 27-36), tidak mudah menghakimi orang (ay. 37-42), mengenal seseorang baik/jahat dari perkataan yang keluar dari mulut sebagai luapan dari hati (ay. 43-45) diakhiri dengan topik dua macam dasar bangunan (ay. 46-49).

Berkaitan dengan tema “Kekokohan Mendengar dan melakukan Firman”, ternyata “mendengar” mengakibatkan dua kemungkinan: (1) mendengar kemudian dilupakan atau (2) mendengar lalu melakukan apa yang didengarnya.

Bila kita perhatikan ayat-ayat di atas sepertinya Yesus mencetuskan perasaan hati-Nya bahwa mereka yang menginginkan mukjizat kesembuhan lebih banyak (± tiga porsi) ketimbang mereka yang mendengar dan melakukan Firman (± 1 porsi). Memang tak dapat dipungkiri orang sakit memerlukan kesembuhan tetapi mendengarkan Firman Tuhan juga penting. Bagaimana sikap kita terhadap Firman yang diberitakan? Apakah kita sibuk mencari KKR kesembuhan dan baru percaya Tuhan setelah melihat mukjizat kesembuhan? Namun kita malas mendengarkan Firman apalagi Pendalaman Alkitab karena menganggap itu urusan para hamba Tuhan untuk meneruskan ajaran Yesus.

Tuhan mampu menyembuhkan kapan pun, di mana pun dan kepada siapa pun kalau Ia berkehendak. Namun yang lebih penting ialah apa tanda orang yang mendengar dan melakukan Firman Tuhan? Juga apa akibatnya jika orang hanya mendengar Firman tetapi tidak merespons sesuai maunya Tuhan? Hati Allah diekspresikan oleh Nabi Yesaya melalui tulisannya, “Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.” (Yes. 55:2-3)

Tuhan ingin kita bersikap sungguh-sungguh tanpa paksaan saat mendengarkan Firman-Nya karena Ia menjanjikan kehidupan kekal menurut kasih setia-Nya.

Setelah Yesus memilih 12 murid, menyampaikan Firman dan mengadakan mukjizat kesembuhan (fisik) serta memberi wejangan, akhirnya Ia menekankan hasil baik yang diperoleh jika mereka tidak hanya mendengar perkataan-nya tetapi juga melakukannya. Yesus mengumpamakannya, “ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan karena rumah itu kokoh dibangun.” Rasul Paulus menegaskan bahwa dia adalah ahli bangunan cakap yang telah meletakkan dasar yang kokoh itulah batu karang Yesus Kristus (1 Kor. 3:10-11; 10:4).

Aplikasi: bila kita menjadi pelaku Firman Tuhan (Yak. 1:22), bangunan rumah pribadi, rumah tangga dan nikah kita akan kokoh tidak mudah goyah apalagi runtuh oleh serangan banjir dan air bah masalah yang dihadapi. Waspada, jika kita mendengarkan Firman Tuhan tetapi fokus hanya pada mukjizat kesembuhan dan kelepasan dari ikatan kegelapan, setelah sembuh dari penyakit kita akan melupakan Tuhan, Si Pembuat mukjizat, dan Firman-Nya. Juga berisiko tinggi jika kita hanya menyeru-nyerukan Nama Tuhan tetapi tidak mengenal siapa Dia sebenarnya (bnd. Mat. 7:21-23).

Apakah salah satu ucapan yang dikatakan Yesus tentang “berbahagialah kamu yang miskin karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah” hanyalah kiasan atau pemberi semangat bagi orang miskin? Jika demikian, Kerajaan Allah juga sekadar kiasan sebab masing-masing agama mempunyai penilaian sendiri terhadap Kerajaan Allah. Sesungguhnya apa yang dikatakan Yesus itu benar, Ia juga menegaskan “celakalah kamu yang kaya karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu”. Apa kaitannya yang miskin memiliki Kerajaan Allah sementara yang kaya tidak? Yesus mau membawa kita kepada ranah kekekalan. Ketika seorang pemuda kaya datang kepada-Nya bertanya apa yang harus diperbuat untuk beroleh hidup kekal, Yesus mengingatkan perintah Allah dan ternyata dia sudah mematuhi hukum Taurat dan dilakukan sejak masa mudanya. Namun Yesus melihat satu kekurangannya lalu menyuruh dia menjual segala yang dimiliki dan bagikan kepada orang-orang miskin kemudian mengikut-Nya. Terbukti pemuda kaya ini tidak mau menjadi miskin. Dia menolak jawaban Yesus yang memberikan kepastian akan hidup kekal. Itu sebabnya Yesus mengatakan, “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Luk. 18:24)

Introspeksi: apakah kita tidak boleh menjadi kaya? Tentu boleh! Namun apakah kekayaan yang kita miliki mendorong kita untuk tidak egosentris tetapi suka memberi? Atau kita hanya suka mendengarkan Firman yang menjanjikan berkat (jasmani) dan hal-hal menyenangkan yang bersifat sementara di bumi ini? Bukankah Yesus mengajarkan doa “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga” (Mat. 6:10)? Jelas, ibadah bukanlah sekadar agamawi yang diatur oleh liturgi walau ini memang perlu untuk ketertiban. Bukankah hingga detik ini kita masih diberkati di tengah-tengah kesulitan hebat yang melanda hampir seluruh belahan bumi oleh pandemi COVID-19? Sudahkan kita peduli dengan yang lain? Bagaimana dengan negara kita yang juga milik Allah? Yesus tidak tergiur dengan kekayaan dunia yang ditawarkan oleh Iblis sebab Kerajaan Allah tak terbandingkan, bersifat kekal dan tidak dibangun oleh manusia mana pun dan disediakan bagi kita yang mengasihi-Nya.

Lebih lanjut Yesus menyinggung dari semak duri tidak mungkin orang memetik buah ara atau buah anggur → sandang pangan. Ia juga menyebut orang baik mengeluarkan barang baik dari perbendaharaan hatinya (ay. 43-45).

Perhatikan, tidak ada seorang pun yang baik (Rm. 3:12) semua memikirkan yang kotor dan jahat. Dari mana kita dapat menghasilkan sesuatu yang baik sebab begitu Adam-Hawa jatuh ke dalam dosa, tanah dikutuk menghasilkan semak duri dan manusia bersusah payah mencari rezeki serta makanan (Kej. 3:17-19). Kain juga terkutuk dan tanah tidak memberikan hasil sepenuhnya setelah dia membunuh Habel, adiknya (Kej. 4:11-12). Terbukti manusia tidak kembali kepada Allah dan makin bertambah jahat.

Siapa yang baik? Hanya Allah. Pemuda kaya yang datang kepada Yesus memanggil-Nya “Guru yang baik” dan Yesus menjawab hanya Allah saja yang baik (Luk. 18:18-19). Yesus ingin pemuda ini melihat Allah di dalam diri-Nya sebab Yesus – Sang Firman – adalah Allah menjadi manusia dan bertabernakel di antara kita (Yoh. 1:1,14).

Mengapa Yesus mengambil perumpamaan buah anggur? Buah anggur hanya diperoleh dari carang yang melekat pada pokok anggur (Yoh. 15:3). Yesus adalah pokok anggur yang benar dan kita, carangnya, akan berbuah banyak jika melekat pada-Nya (ay. 1,5). Agar makin berbuah banyak, kita harus bersedia dibersihkan dan disucikan (ay. 2). Pohon anggur juga pernah menolak diangkat menjadi raja karena tetap ingin berbuah menyenangkan Allah dan manusia (Hak. 9:12-13).

Aplikasi: kita tidak mungin menjadi baik tanpa Yesus. Agama hanya mendidik kita untuk menjadi baik tetapi Yesus memberikan jalan keselamatan dan mampu mengubah hidup kita menjadi baru (2 Kor 5:17). Hanya Yesus yang dapat mengubah kekerasan hati (batu) kita menjadi hati (daging) yang taat (bnd. Yeh. 11:19) untuk mengalami keubahan menjadi orang baik. Waspada, hati yang masih suka menyimpan kepahitan akan merugikan diri sendiri juga orang lain.

Yesus mengakhiri khotbah-Nya dengan memperbandingkan dua macam dasar yang membuat kita sadar akan bahayanya jika tidak melakukan perkataan-Nya (ay. 46-49).

Bagi kita yang mendengarkan Firman Tuhan saat ini, kita sedang membangun rumah pribadi, nikah, rumah tangga dan pelayanan untuk masa depan kita. Apakah kita cukup puas hanya mendengarkan Firman Tuhan kemudian melupakannya? Ini sama dengan kita mendirikan rumah tanpa dasar! Namun jika kita menjadi pelaku Firman, kita sedang mendirikan rumah yang kokoh tak tergoyahkan ketika air bah dan banjir permasalahan melanda kita. Jangan sampai terjadi rumah tangga, nikah dan pekerjaan hancur karena kecerobohan kita!

Hendaknya kita serius merespons Firman Tuhan yang kita dengar dan melakukannya. Suatu saat dunia akan lenyap dan Kerajaan Allah muncul, pastikan kita ada di dalamnya sebagai Mempelai Anak Domba bersanding dengan Mempelai Pria Surga selamanya di Kerajaan-Nya yang kokoh tak tergoyahkan. Amin.