• DIPANGGIL DAN DIPILIH UNTUK MENGIKUT YESUS
  • Lukas 5:1-11
  • Lemah Putro
  • 2021-04-11
  • Pdt. Stepen Manurung
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/video-recording/item/895-ibadah-minggu-raya-11-april-2021-pdt-stephen-manurung
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kenyataannya salah panggil dan salah pilih dapat terjadi di dunia modern ini. Buktinya, dalam kontes ratu kecantikan Sri Lanka yang bersifat terbuka untuk umum, setelah pemenang dipanggil dan ditetapkan menjadi ratu tiba-tiba ratu sebelumnya maju dan mencopot paksa mahkota dari ratu pemenang sebagai tanda pembatalan karena dianggap melanggar peraturan yaitu sudah bercerai sehingga tidak pantas menyandang titel. Ternyata ada pula orang Kristen yang ikut-ikutan merasa ‘salah panggil dan salah pilih” kemudian meninggalkan kekristenannya lalu pindah ke agama lain. Sungguhkah panggilan dan pilihan kekristenan kita ini sebuah kesalahan dan kekeliruan?

Bagaimana Yesus memanggil dan memilih para murid-Nya dan apa kriterianya?

Injil Lukas 5:1-11 menuliskan, “Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu yaitu perahu Simon dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa tetapi karena Engkau menyuruhnya aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus.”

Dari ayat-ayat di atas, ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Yesus sendiri yang memanggil para murid (juga kita) → ayat 1-7

Perlu diketahui dalam pemilihan murid (juga kita), Yesus tidak mengadakan audisi dan tahapan seleksi seperti biasa dilakukan di dunia entertaiment.

Yesus sebagai leader yang memiliki kecakapan dalam memimpin sedang memikirkan recruitment agar pekerjaan- Nya lebih efektif. Anehnya, ketika pergi ke Bait Allah di Nazaret Ia malah ditolak bahkan hendak dilempar dari tebing gunung (Luk. 4:28-29). Kemudian Ia pergi ke Kapernaum (ay. 31) dan rumah-rumah ibadat di Yudea (ay. 44) tetapi belum juga mendapatkan kandidat yang akan dijadikan murid-Nya. Hingga pada suatu kali Ia mendatangi pantai Danau Genezaret tempat di mana Simon dan nelayan-nelayan lainnya sedang membasuh jalanya. Hal ini dinilai janggal oleh para guru filsafat dan pakar leadership sebab pesisir pantai bukanlah tempat ideal untuk merekrut murid/kandidat yang nantinya akan menjadi orang berpengaruh di seluruh dunia. Terbukti Yesus tidak hanya melakukan pelayanan dari kota ke kota dan dari desa ke desa (Luk. 8:1) tetapi juga pelayanan di pesisir pantai.

Apa yang terjadi di pesisir pantai tersebut? Orang banyak mengerumuni Yesus hendak mendengarkan Firman Allah. Yesus lalu naik ke perahu Simon dan menyuruh menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai dan Ia mengajar orang banyak dari atas perahu. Terjadi KKR dalam sepanjang sejarah dunia yang dilakukan tanpa iklan yang menyedot begitu banyak orang dengan sendirinya. Herannya, KKR ini berlangsung di tempat yang sebenarnya tidak dikhususkan untuk tempat ibadah. Kegiatan ini berbanding terbalik dengan keadaan di pasal sebelumnya (Luk. 4) yang mana Yesus malah ditolak di rumah ibadat.

Berbicara tentang panggilan, ini merupakan anugerah Tuhan semata karena Ia yang berinisiatif memanggil dan memilih seseorang juga selalu berpusat pada Allah (teosentris) untuk mematahkan kebanggaan manusia bila dia berhasil dalam pelayanan. Buktinya Yesus memanggil Petrus yang berlatar belakang seorang nelayan serta pendidikannya tidak tinggi; yang penting dia bersedia dididik.

Kriteria apa yang Yesus inginkan dalam memanggil dan memilih murid?

    • Ia meminta kesediaan kita seperti dilakukan-Nya terhadap Simon yang menyediakan perahunya dipakai Yesus untuk mengajar orang banyak dari atas perahu. Ilustrasi: seperti halnya komitmen dalam pernikahan; demikian pula panggilan Tuhan atas hidup kita, dibutuhkan komitmen untuk mengiring dan melayani-Nya.

Simon mendapat special calling (panggilan khusus) karena mata (Ilahi) Yesus tertuju hanya kepadanya yang sedang membasuh jala. Mulailah proses pemilihan Yesus kepada Simon dengan memakai “mimbar” perahunya.

Apa hubungan antara perahu dengan kesediaan? Ada istilah mengatakan bahwa mobil merupakan rumah kedua bagi orang daratan karena banyak perlengkapan (sepatu, baju ganti, snacks dll.) ada di dalam mobil; demikian pula perahu merupakan rumah kedua bagi para nelayan yang terkadang harus berhari-hari tinggal di danau/laut untuk mencari nafkah. Perahu adalah bagian dari hidup dan kehidupan mereka. Tidak sembarangan orang boleh mengambil alih perahu mereka untuk digunakan, minimal harus ada transaksi uang di dalamnya seperti uang sewa, kontrak atau bagi hasil. Namun Simon serta merta rela dan bersedia menyediakan perahunya bagi Yesus.

Bagaimana kondisi Simon saat dia dipilih Yesus? Dia gagal dalam pekerjaannya ketika dilibatkan Yesus melaksanakan KKR akbar dan Yesus memakai perahunya sebagai mimbar. Bisa saja Simon mengomel dalam hati, “lagi sial tidak dapat ikan sekarang orang ini mau pinjam perahu tanpa tahu dibayar atau tidak” bagaikan seorang pendeta hendak mengadakan KKR tetapi tidak punya modal besar.

Namun apa respons Simon ketika Yesus menyuruh dia menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai? Dia bersedia walau belum tahu akan diminta menjadi murid Yesus. Hatinya sudah disentuh oleh Roh Tuhan dan makin tersentuh ketika mendengarkan Yesus berkhotbah. Dia bersukacita karena mengikuti KKR di saat yang tepat – pikirannya sedang kalut mengingat keluarga di rumah pasti mengharapkan dia membawa hasil tangkapan ikan. Kegagalannya dipakai Yesus menjadi jembatan untuk menghubungkan keberhasilannya menjadi manusia yang lebih berguna. Imannya mulai timbul. Terbukti Yesus tidak memanggil dan memilih orang yang sukses, cerdas, berlatar belakang hebat tetapi kesediaan untuk mendengarkan perintah-Nya.

Aplikasi: tidak selamanya kegagalan adalah malapetaka. Kita yang sedang mengalami kegagalan hendaknya mendengarkan Firman Tuhan untuk menimbulkan iman. Kegagalan merupakan cara yang dipakai Tuhan untuk membuat kita berhasil dengan cara-Nya. Mendengarkan Firman Tuhan tidak perlu harus mencari KKR dengan pengkhotbah hebat, bukankah gereja kita sudah terjadwal kegiatan ibadah yang perlu diikuti dengan tekun? Dan bagaimana panggilan pertama kali kita dalam mengenal Tuhan? Apakah karena keberhasilan atau saat kita gagal? Yang penting ketika dalam kegagalan/kejatuhan, kita tetap memberikan telinga dan hati kepada Tuhan supaya dipakai menurut cara-Nya.

    • Yesus meminta ketaatan kita seperti yang dilakukan-Nya untuk menguji ketaatan

Ujian ketaatan kepada Yesus menyangkut hal logis dan yang tidak masuk akal. Ada dua perintah yang disampaikan Yesus kepada Simon, yaitu: bertolaklah ke tempat lebih dalam (logis karena ikan akan lebih banyak didapat di daerah lebih dalam) dan tebarkan jalanya untuk menangkap ikan (tidak logis sebab Simon sudah bekerja keras sepanjang malam tetapi tidak beroleh seekor ikan pun).

Memang merupakan hal umum untuk menangkap ikan di malam hari di danau Genesaret juga berdasarkan pengalaman Simon dan nelayan-nelayan lainnya mereka tahu saat itu bukanlah musim ikan di daerah itu.

Mendengar perintah Yesus, Simon mengatakan, “tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Kata “tetapi” menunjukkan kontras antara isi kepala-hati Simon dengan imannya.

Yesus tidak pernah mengabaikan hal-hal logis dalam pengikutan kita kepada-Nya tetapi juga tidak hanya menekankan hal-hal berdasarkan pengalaman supranatural semata. Dua hal ini harus seimbang dalam mengiring Dia; jika tidak, kalau hanya percaya pada hal-hal logis kita menjadi orang Kristen ilmiah. Sebaliknya, kalau kita hanya percaya pada pengalaman dalam mengiring Dia, kita menjadi orang Kristen mistik. Contoh: seusai ibadah, sesama jemaat saling bertanya tentang suasana ibadah yang telah berlangsung. Yang satu mengatakan tidak diberkati sebab tidak ada urapan yang menyebabkan dia menangis; yang lainnya mengatakan dia tidak diberkati karena pendetanya tidak pandai khotbah dan gaptek IT. Jangan mengukur kebenaran dengan main perasaan atau logika atau pengalaman! Timbulnya iman tidak ditentukan oleh pendidikan tinggi dan fasihnya pengkhotbah juga bukan karena permainan musik tetapi karena kita mengamini perkataan Firman Tuhan.

Aplikasi: oleh karena Firman Tuhan, kita dapat mengampuni suami/istri yang menjengkelkan, tidak lagi korupsi, tidak hidup sembarangan/ngawur, menjadi pendeta baik bukan karena aturan sinode dst. Seperti Petrus telah bersedia memberikan diri dan membuka hati untuk mengikut Yesus; demikian pula yang harus kita lakukan ketika dipanggil dan dipilih oleh-Nya.

2. Yesus sendiri yang akan memperlengkapi para murid (juga kita) → ayat 8-11

Dari Injil sinoptik, Injil Matius 4:22 menambahkan informasi bahwa, “mereka meninggalkan perahu serta ayahnya lalu mengikut Dia.”

“Ayah” merupakan guru yang mendidik dan memperlengkapi hidup mereka sebagai keluarga nelayan. Sekarang Yesus yang akan menjadi Guru dan memperlengkapi mereka. Terjadi peralihan dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Pelajaran apa yang diajarkan oleh (Guru) Yesus?

    • Dimulai dengan pengenalan akan siapa diri kita.

Pelajaran pertama yang dialami oleh Simon Petrus yang membuatnya tidak kuat menahan haru dan menahan tubuhnya yang kekar hingga lututnya goyah dan tersungkur ialah ketika dia melihat “hal itu” – melihat yang tidak terlihat, yaitu melihat ikan yang begitu banyak. Saat itu terjadi euforia luar biasa dialami oleh teman- temannya yang sibuk memindahkan (berkat) ikan-ikan ke perahu mereka sehingga mereka tidak menggubris Yesus, Pemberi berkat. Namun Petrus melihat semua itu dari sudut pandang berbeda; dia menemukan dirinya begitu berdosa. Terlihat ada dua kelompok yang terpanggil di sini: teman-teman Simon Petrus menerima general calling (panggilan umum) sementara Petrus menerima special calling (panggilan khusus). Tidak perlu khotbah ‘menggelegar’ untuk menyentuh hati Petrus, cukup hanya melihat ikan yang begitu banyak sudah mengingatkan siapa dirinya yang sebenarnya. Bila para teolog menganggap Petrus berkepribadian sanguinis tetapi kali ini dia lebih melankolis terlihat begitu lembut dan sensitif hatinya.

Petrus kemudian mengatakan, “Tuhan, pergilah dari padaku karena aku ini seorang berdosa.” Petrus mengaku bahwa dia orang berdosa dan gagal pula. Jujur, karakter dosa selalu memaksa kita untuk membenarkan diri sementara orang lain yang salah. Kalau bukan karena anugerah Tuhan, Petrus tidak akan menyadari kalau dirinya berdosa. Ini sikap yang benar dalam mengikut Yesus. Melihat kegentaran hati Simon yang ketakutan (phobeomai), Yesus mengatakan agar dia tidak takut (berlebihan). Terjadilah perubahan cepat yang mana nama Simon (= melihat) kemudian disebut Simon Petrus (= batu karang yang kuat).

Ilustrasi: terkadang pendeta sudah berusaha menyiapkan khotbah memakai alat bantu seperti PowerPoint agar lebih jelas dan menggunakan dramatisasi intonasi untuk menggugah jemaat tetapi mereka tetap tidak responsif. Heran, ikan mampu membuat Petrus tersungkur (altar call) di hadapan Yesus. Dia mengenal Tuhan dan menyadari siapa dirinya. Yesus tidak banyak bicara tetapi Petrus melihat (berkat) ikan yang banyak itu lalu hatinya tersentuh.

Aplikasi: sikap terbaik setiap kali datang menghadap Tuhan ialah kita menyadari kekurangan dan kelemahan kita. Dengan mata iman, kita melihat Yesus begitu mulia kita hina; Ia Pencipta dan kita membutuhkan Dia.

    • Dilanjutkan dengan pengenalan apa yang menjadi tugas kita.

Di momen inilah titik balik kehidupan Petrus dimulai. Bukan karena latar belakang Simon seorang penjala ikan kemudian Yesus memilihnya menjadi penjala manusia untuk melayani-Nya. Ayat ini berbicara mengenai value (nilai).

Penjala ikan bernilai fana sedang penjala manusia bernilai kekal; penjala ikan bertujuan meraih keuntungan sementara penjala manusia dilakukan karena dorongan belas kasihan terhadap jiwa-jiwa.

Yesus memberikan tugas dengan kalimat pendek “menjadi penjala manusia” tetapi bermakna sangat dalam. Pesan ini sangat jelas: biar dunia berguncang dan keadaan berubah tetapi tugas yang sekaligus menjadi tujuan hidup Petrus tidak boleh berubah.

Introspeksi: apa tujuan kita menjadi pengikut Tuhan? Apakah pelayanan kita didorong untuk mencari kekayaan, popularitas dan kedudukan? Perhatikan, manusia yang dijala bukanlah objek komoditas tetapi untuk digembalakan.

Tahukah kita oleh sebab anugerah-Nya, Tuhan sendiri yang memanggil dan memilih kita untuk menjadi pengikut-Nya? Namun Ia meminta kesediaan (bukan paksaan) dan ketaatan kita untuk direkrut menjadi murid-Nya. Bila Ia memanggil dan memilih kita, Ia pula yang memperlengkapi kita untuk melaksanakan tugas mulia yaitu menjala manusia agar jiwa- jiwa yang terhilang oleh dosa dapat diselamatkan dan satu kali kelak kita semua kumpul bersama dengan-Nya selamanya di Yerusalem baru. Amin.