• RESPONS TERHADAP YESUS PENGGENAP NUBUAT FIRMAN
  • Lukas 4:16-30
  • Lemah Putro
  • 2021-03-21
  • Pdm. Budy Avianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/836-respons-terhadap-yesus-penggenap-nubuat-firman
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom,

Kita patut bersyukur masih dapat mengikuti ibadah, siapakah kita sehingga Tuhan melawat dan menyelamatkan kita? Namun setelah diselamatkan, akankah kita puas diri dan tinggal diam padahal di luar masih banyak jiwa yang terikat dengan pelbagai macam dosa kejahatan dan kenajisan? Marilah kita, dengan pertolongan Roh Kudus, bergerak keluar mencari jiwa-jiwa yang terhilang dan menceritakan perbuatan- perbuatan besar Allah yang telah mengangkat kita dari kehidupan gelap menjadi terang supaya mereka boleh percaya kepada Tuhan dan beroleh keselamatan pula.

Hari-hari ini kita mempelajari Injil Lukas yang mengisahkan Yesus sebagai manusia dibuktikan Ia dikandung dan dilahirkan oleh Maria, disunat pada hari ke-8, diserahkan bagi Allah di hari ke-40, mengikuti perayaan Paskah di Yerusalem ketika berumur 12 tahun, dibaptis untuk menggenapi seluruh kehendak Allah, masuk dalam pelayanan ketika berumur 30 tahun, dicobai oleh Iblis dan menjadi teladan dalam mengatasi pencobaan oleh sebab Ia penuh dengan Roh Kudus dan Firman Allah. Namun jangan lupa, Yesus juga Anak Allah seperti diberitakan oleh Malaikat Gabriel kepada Maria (Luk. 1:32).

Sungguhkah Yesus penggenap nubuat Firman seperti tercantum dalam tema di atas? Dan bagaimana respons yang diperoleh-Nya?

Lukas 4:16-21 menuliskan, Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan dan menurut kebiasaan-Nya pada hari sabat Ia masuk ke rumah ibadat lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya Ia menemukan nas di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang… Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”

Jelas Yesus menggenapi nubuat dari Nabi Yesaya yang ditulis ± 700 tahun sebelumnya (Yes. 61:1-2). Apa tujuan Yesus diutus ke dunia ini oleh Bapa-Nya?

  • Menyampaikan kabar baik (= Injil) kepada orang-orang miskin.

Pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh dunia berdampak hebat di bidang kesehatan, ekonomi, sosial baik pada kalangan orang kaya maupun orang miskin. Bersyukurlah bila kondisi dan posisi Anda tidak terkena imbas dari pandemi ini. Mungkin Anda sedang menghadapi masalah lain yang perlu pertolongan dari-Nya?

  • Memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta juga orang-orang yang tertindas.

Benarkah kita bebas tidak tertawan oleh siapa pun atau apa pun? Sebagai manusia, Paulus mengakui bahwa tidak ada sesuatu yang baik padanya. Jika dia berkehendak berbuat baik, justru yang jahat yang diperbuatnya. Semua ini karena tubuhnya ditawan oleh dosa (Rm. 7:18-20). Itu sebabnya dia mengeluh sebagai manusia celaka (ay. 23-24a) karena menghadapi maut sebagai upah dari dosa (Rm. 6:23) tetapi syukur kepada Allah oleh Tuhan Yesus kita (Rm. 7:25) dia beroleh kelepasan.

Kita tahu Saulus (kemudian lebih dikenal dengan nama Paulus) begitu ketat menaati hukum Taurat. Ia membenci pengikut-pengikut Yesus yang tidak sealiran dengannya dan berusaha membunuh mereka (Kis. 9:1-2). Namun dalam perjalanan ke Damsyik, dia bertemu Yesus dan bertobat. Yesus mengasihi manusia tetapi membenci dosa. Paulus mendapat pengampunan dari Yesus yang diutus Allah. Dia kemudian dipakai menjadi alat bagi kemuliaan-Nya.

Apakah kita lebih baik dari Saulus karena merasa tidak melakukan tindakan kekerasan seperti yang dilakukannya? Alkitab menegaskan bahwa tidak ada seorang pun baik, semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:12,23).

Mungkin kita dapat lolos dari kemiskinan, merasa bebas tidak ditawan dosa tetapi loloskah dari tindasan ketakutan menghadapi pandemi ini juga penyakit-penyakit lain yang mematikan?

  • Memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.

Sungguh Yesus menggenapi nubuat yang ditulis oleh Nabi Yesaya ratusan tahun sebelumnya; masalahnya apakah kita percaya? Kita membaca nubuat-nubuat yang ditulis di Perjanjian Lama  dan ada yang belum digenapi hingga sekarang, masihkah kita memercayai Alkitab yang menubuatkan Yesus akan datang kembali? Perhatikan, iman datang dari mendengar Firman Kristus (Rm. 10:17). Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr. 11:1) dan yakinlah bahwa tidak satu titik pun dari hukum Taurat batal (Luk. 16: 17) alias semua pasti digenapi.

Bagaimana respons terhadap nubuat yang digenapi oleh Yesus?

  • Perawan Maria didatangi oleh utusan Allah, Malaikat Gabriel, yang memberitahu bahwa dia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki serta harus diberi nama Yesus (Luk. 1:31). Awalnya Maria tidak percaya sebab mana mungkin dia hamil karena dia belum bersuami (ay. 34). Namun setelah diberi penjelasan le- bih lanjut Maria menyerah dan mengatakan, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu (ay. 38) Perawan Maria percaya dan dia mengandung serta melahirkan bayi Yesus sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (ay. 37).
  • Yusuf yang tulus hati berniat menceraikan Maria yang belum menjadi istri tetapi sudah hamil. Namun dia diingatkan oleh utusan Allah, malaikat Tuhan, melalui mimpi untuk tidak takut mengambil Maria sebagai istrinya sebab anak yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus. Anak laki-laki yang dilahirkan harus dinamakan Yesus karena Dia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat. 1:19- 21). Selain nama Yesus, anak itu harus dinamakan Imanuel yang berarti Allah menyertai kita (ay. 23). Yusuf bangun dan percaya kemudian menikahi
  • Para gembala di padang yang sedang menjaga kawanan ternak didatangi malaikat Tuhan dan memberitahukan bahwa telah lahir Juru Selamat yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud. Bayi itu dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan (Luk. 1:8-11). Mereka percaya lalu pergi ke Betlehem menjumpai Maria, Yusuf dan bayi Yesus berbaring di dalam palungan (ay. 15-17).
  • Orang-orang Majus dari Timur melihat bintang dan pergi mencari raja orang Yahudi yang baru dilahirkan untuk disembah (Mat. 2:1-2). Mereka akhirnya bertemu Anak Yesus bersama orang tua-Nya di rumah mereka (ay. 9-11).

Memang baru dengan keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara dinyatakan sah (2 Kor 13:1). Sebenarnya apa yang dikatakan oleh malaikat itu sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya (745 SM). Jelas nubuat Firman Tuhan (Yes. 7:14) pasti digenapkan sementara mengenai waktu penggenapannya dapat segera terlaksana dapat pula terwujud ratusan tahun kemudian.

Apakah penggenapan nubuat yang dilakukan Yesus direspons baik oleh semua yang menyaksikan maupun mendengarnya?

Orang-orang Nazaret mendengarkan penjelasan Yesus di rumah ibadat tentang kitab Nabi Yesaya. Mereka membenarkan Dia dan heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya tetapi berkata, “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” (ay. 22)

Terbukti mereka memercayai perkataan Yesus karena sesuai dengan apa yang tertulis dalam Kitab tetapi mempermasalahkan asal usul-Nya, anak Yusuf si tukang kayu. Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat aslinya.” (ay. 24)

Kemudian Ia melanjutkan berkata bahwa Elia diutus bukan kepada janda-janda Israel yang kelaparan saat hujan tidak turun selama 3½ tahun tetapi kepada janda Sarfat di Sidon. Bagaimana kejadiannya? Israel saat itu dipimpin oleh Raja Ahab dan istrinya, Isebel, diberkati Tuhan tetapi dia beralih menyembah baal dan membuat banyak patung. Hal ini membuat Allah murka dan mengutus Nabi Elia untuk memperingatkan Raja Ahab dan keluarganya tetapi mereka bersikeras hati sehinggga Israel dihukum tidak ada hujan selama 42 bulan. Akibatnya, timbul kekeringan dan kemiskinan di mana-mana. Beda dengan Raja Ahab yang tidak mau percaya, janda sarfat merespons  kata-kata dari utusan Allah, Nabi Elia, maka ia terpelihara selama 42 bulan itu (1 Raja. 17:7-16).

Juga banyak orang kusta di Israel tetapi Elisa menahirkan Naaman, orang Siria. Naaman adalah panglima Kerajaan Aram yang berpenyakit kusta. Perempuan Israel yang menjadi pelayan istrinya memberitahu nyonyanya agar tuannya (Naaman) menghadap nabi (Elisa) di Samaria untuk beroleh kesembuhan dari penyakitnya. Naaman percaya dan pergi ke Samaria. Di depan pintu rumah Elisa, seorang suruhan Elisa mengatakan kepada Naaman supaya mandi tujuh kali dalam Sungai Yordan. Naaman percaya dan merespons perkataan nabi (= orang yang berbicara atas Nama Allah). Setelah keluar dari sungai itu pulihlah tubuh Naaman kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir (2 Raja 5:1-14).

Karena ketidakpercayaan mereka, Yesus tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di sana. Ia kemudian pergi ke Kapernaum dan mengadakan mukjizat menyembuhkan orang yang kerasukan setan (Luk. 4:31-36). Di Kapernaum pula Yesus menyembuhkan hamba dari seorang perwira Romawi (non-Yahudi) yang sakit keras hampir mati (Luk. 7:1-10). Perwira ini sangat menghargai hambanya. Ia juga mengasihi bangsa Yahudi dan menanggung pembangunan rumah ibadat mereka. Saat mendengar Yesus lewat, dia mengutus beberapa tua-tua Yahudi untuk meminta Yesus datang menyembuhkannya. Sebelum Yesus tiba di rumahnya, ia menyuruh sahabat-sahabatnya menyampaikan pesan kepada Yesus untuk tidak perlu ke rumahnya sebab ia merasa tidak layak menerima Dia; Yesus cukup mengatakan sepatah kata maka hambanya akan sembuh. Mendengar pesan itu, Yesus sangat heran akan iman perwira tersebut dan menga- takan Ia tidak pernah menjumpai iman sebesar ini di antara orang Israel. Seketika itu juga hambanya yang sakit menjadi sembuh.

Introspeksi: bukankah kita juga sering menilai pengkhotbah berdasarkan gelar dan pengalaman mereka kemudian melecehkan pembicara muda yang tidak sekolah teologi? Waspada, Injil tertutup bagi orang-orang yang keras hati dan terikat berhala (kedudukan tinggi, latar belakang baik dll.).

Bagaimanapun juga Allah tidak gagal mengutus Anak-Nya ke dunia. Jika umat-Nya menolak Dia, orang kafir beroleh kasih karunia keselamatan dari-Nya. Ternyata respons positif (percaya dan menerima Tuhan) atau respons negatif (menolak Dia) tidak tergantung dari lama atau barunya seseorang mendengar pemberitaan Firman Tuhan.

Yesus diutus untuk mencari domba-domba-Nya yang terhilang tetapi sebagian besar orang Israel tidak percaya kepada-Nya berakhir dengan penyaliban di Bukit Golgota. Ia menanggung semuanya sendirian sebab murid-murid meninggalkan-Nya. Setelah bangkit dari kematian, Ia memberitakan Kerajaan Allah selama 40 hari sebelum kembali ke Surga. Ia juga menyuruh para murid-Nya memberitakan Injil ke segala penjuru (Mrk. 16:20).

Setelah dipenuhi Roh Kudus, para murid mengestafetkan ajaran Guru mereka dimulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Alhasil, banyak orang diselamatkan. Ketika Petrus berkhotbah, 3.000 jiwa bertobat (Kis. 2:41); saat Petrus dan Yohanes berbicara kepada orang banyak, 5.000 orang percaya (Kis. 4:4). Paulus dan Silas berkhotbah kepada jemaat Yahudi di Berea yang hatinya lebih baik daripada orang-orang Yahudi di Tesalonika sebab mereka menerima firman dengan kerelaan hati dan menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui kebenarannya. Banyak dari mereka menjadi percaya (Kis. 17:10-12).

Introspeksi: sudahkah hati kita dibebaskan dari tawanan dosa sehingga kita percaya dan menerima setiap penjelasan Firman Tuhan yang diberitakan sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alkitab?

Bagaimana respons kita terhadap nubuat Firman Tuhan? Kalau tidak percaya, mukjizat tidak terjadi pada kita. Sebaliknya kalau kita memercayai/meyakini setiap ayat Firman, apa pun masalah yang kita hadapi sekarang – kesulitan ekonomi, sakit penyakit, ketakutan akan masa depan dst. – Tuhan menepati janji-Nya (Imanuel) menolong kita tepat pada waktu-Nya untuk mengalami tahun rahmat.

Allah mempunyai alasan utama untuk menolong manusia berdosa, siapa pun dia, yaitu karena kasih sehingga Ia rela mengutus Anak Tunggal-Nya ke dunia agar mereka yang percaya kepada-Nya diselamatkan (Yoh. 3:16-21). Ia juga mengaruniakan Roh-Nya yang tak terbatas kepada mereka yang diutus untuk menyampaikan Firman-Nya (ay. 34) yang sesuai dengan apa yang tertulis di Alkitab. Oleh sebab itu kita tidak boleh memilah-milah siapa yang khotbah sebab Tuhan dapat memakai siapa saja untuk menobatkan seseorang.

Yang tidak kalah penting, setelah percaya akan nubuat Firman, kita bertobat dan diselamatkan, apakah kita mau selamat sendiri? Bagaimana dengan suami, istri, anak, famili dan teman-teman yang belum mengenal Tuhan? Menjadi tugas dan kewajiban kita dalam melaksanakan amanat agung-Nya menjadi utusan untuk memberitakan Kerajaan-Nya agar Surga penuh sukacita dengan orang-orang yang kita kasihi. Amin.