Shalom,
Harus diakui tidak ada satu kekuatan apa pun yang dapat membuat kita mampu bertahan hidup kalau bukan karena anugerah dan kasih setia Tuhan semata. Hidup memang suatu perjuangan dan banyak teman serta keluarga telah mendahului kita oleh sebab pandemi COVID-19; mereka juga beroleh anugerah namun perjuangan mereka mengikut Tuhan telah ditentukan oleh-Nya untuk kembali kepada pangkuan Bapa Surgawi.
Perjuangan apa yang harus kita lakukan selama kita masih diberi kesempatan hidup oleh Tuhan?
Yohanes Pembaptis datang ke seluruh daerah Yordan menyerukan, “seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.......Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.......Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.” (Luk. 3:4-6, 8a, 9, 17)
Dari ayat-ayat di atas dapat digambarkan bahwa hidup manusia menuju pada dua jalan, yaitu:
- Kematian kekal.
Jika pohon tidak berbuah baik, pohon itu siap ditebang dan dibuang ke dalam api bagaikan debu jerami yang dibakar dalam api – kematian kekal menanti.
- Keselamatan hidup kekal.
Jika pohon berbuah baik, buahnya bagaikan gandum akan dikumpulkan di lumbung-Nya – keselamatan kekal tersedia.
Apa yang harus dilakukan untuk beroleh keselamatan kekal? Yohanes Pembaptis menegaskan agar bertobat (metanoia = a change of mind = perubahan pikiran). Misal: jika dahulu hidup sebagai koruptor dan sekarang tahu bahwa korupsi itu salah kemudian bertobat dan berubah pikiran untuk tidak melakukannya lagi. Jadi, tidak cukup hanya berubah pikiran (bertobat) tetapi harus disertai dengan tindakan (buah pertobatan) sama seperti ketika mendengarkan Firman Tuhan timbullah iman dalam pikiran dan hati namun harus diikuti dengan perbuatan iman. Jangan hanya menyesal dan menangis histeris di gereja ketika mendengar teguran Firman Tuhan tetapi keluar dari gereja perbuatannya tetap tidak pernah berubah.
Kapan kita menyadari bahwa kita harus bertobat dan ini berkaitan dengan keselamatan hidup kekal? Saat-saat kita mendekati kematian jasmani. Buktinya, saat kematian di ambang pintu oleh sebab kecelakaan, bencana alam, sakit keras dan terbaring di rumah sakit, siapa pun termasuk anak Tuhan akan merasa takut mati terlebih jika masih ada sesuatu (kepahitan hati, kebencian dll.) yang belum diselesaikan.
Bagaimana manusia pada umumnya menghadapi kematian? Perhatikan lirik lagu yang sering dinyanyikan di TV saat malapetaka dan bencana alam menerpa untuk mengingat kembali Yang Mahakuasa “Andai kutahu, kapan tiba ajalku, ‘ku akan memohon, Tuhan tolong panjangkan umurku. Andai kutahu, kapan tiba masaku, ‘ku akan memohon, Tuhan jangan Kau ambil nyawaku. Andai kutahu, malaikat-Mu ‘kan menjemputku, izinkan aku, mengucap kata tobat pada- Mu. Aku takut akan semua dosa-dosaku, aku takut dosa yang terus membayangiku. Ampuni aku dari segala dosa- dosaku, ampuni aku, menangis kubertobat pada-Mu. Aku manusia yang takut neraka namun aku juga tak pantas di Surga.”
Apakah lirik lagu di atas juga berlaku bagi anak-anak Tuhan dalam menghadapi kematian? Merasa siap atau malah takut mati?
Alkitab memberi contoh beberapa pribadi yang begitu mantap menyambut kematian itulah:
- Simeon yang benar dan saleh (buah pertobatan) dan Roh Kudus ada di atasnya (Luk. 2:25). Bukankah Yohanes Pembaptis diutus untuk memberitakan kabar pertobatan dan Yesus yang membaptis dengan Roh Kudus (Luk 3:16)?
Apa respons Simeon ketika melihat (bayi) Yesus dibawa ke Bait Allah? Dia menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firman-Mu sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu…” (Luk. 2:28-30)
Terbukti Simeon tidak takut menyambut kematian sebab dia yakin telah melihat keselamatan.
- Rasul Paulus dengan mantap mengatakan, “karena aku tahu bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus….Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp. 1:19,21)
Jelas, kita tidak perlu tahu kapan dipanggil kembali oleh Tuhan tetapi yang pasti ialah selama masih hidup kita hidup bagi Kristus. Untuk itu kita harus bertobat dan menghasilkan buah-buah pertobatan.
- Stefanus tidak takut menghadapi kematian dengan dirajam batu, dia malah mengatakan, “Sungguh aku melihat langit terbuka dan Anak manusia berdiri disebelah kanan ….Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (Kis. 7:56,60)
Lebih lanjut Yohanes Pembaptis mengatakan, “Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!” (Luk. 3:8b)
Ternyata bangsa Yahudi sombong luar biasa. Yang ada dalam pikiran mereka ialah mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun padahal mereka tidak mengetahui tentang kebenaran yang memerdekakan mereka dari hamba dosa (Yoh. 8:32-34). Dengan kata lain, garis keturunan Abraham yang menjadi kebanggaan mereka tidak laku untuk beroleh keselamatan sebab Allah dapat menjadikan “batu-batu” menjadi anak Abraham.
Aplikasi: kita tidak boleh membanggakan status/kedudukan tinggi/senior dalam organisasi gereja apalagi kemudian melecehkan hamba Tuhan yang belum berpengalaman. Ingat, apa yang kita bangga-banggakan tidak dapat menyelamatkan kita.
Dari penyataan Yohanes Pembaptis selanjutnya dapat disimpulkan bahwa buah-buah pertobatan ialah:
- Kepedulian dalam hal memberi (ay. 11).
“Barangsiapa mempunyai dua helai baju hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya dan barangsiapa mempunyai makanan hendaklah ia berbuat juga demikian.”
Jangan menjadi anak Tuhan yang kikir dan hanya fokus pada kepentingan diri sendiri.
- Tepat dalam menggunakan kewenangan (ay. 12-13).
“Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: Guru, apakah yang harus kami perbuat?” Jawabnya: “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu.”
Ketika mempunyai wewenang, kita harus menggunakannya dengan tepat di mana pun kita berada – dalam rumah tangga, pekerjaan, pelayanan dll. Suami-istri, orang tua-anak, tuan-hamba, pemimpin-pengikut dst. tahu posisinya masing-masing.
- Bersyukur atas berkat yang Tuhan beri (ay. 14).
“Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: “Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” Jawab Yohanes kepada mereka: “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.”
Kita harus belajar untuk selalu bersyukur dengan berkat besar/kecil yang kita terima. Jangan pernah merampas atau memeras uang dengan kekerasan hanya untuk bergaya kaya. Jujur, manusia selalu ingin tampil dipuji orang tetapi harta kekayaan sedunia pun tidak akan pernah cukup untuk memuaskan hati kecuali diisi oleh Yesus pribadi.
- Tidak berbuat kejahatan bila ditegur walaupun berkuasa (ay. 19-20)
“Akan tetapi setelah ia menegor raja wilayah Herodes karena peristiwa Herodias, istri saudaranya, dan karena segala kejahatan lain yang dilakukannya, raja itu menambah kejahatannya dengan memasukkan Yohanes ke dalam penjara.”
Kalau seseorang keras hati dan tidak ada pertobatan, ditegur agar sadar dari kesalahannya dia malah berbuat jahat. Buktinya, Yohanes dipenggal kepalanya karena menegur perselingkuhan Herodes (Mrk. 6:17-18,27).
Walau memiliki kekuasaan, kita harus berani mengakui kesalahan ketika ditegur oleh kebenaran Firman Tuhan dan berubah. Waspada, apabila kita rajin dalam pelayanan namun kehidupan nikah dan perbuatan kita seperti Raja Herodes? Pikirkan tentang keselamatan kita!
Introspeksi: di mana kekurangan dan kelemahan kita? Hendaknya kita dengan rendah hati dapat menerima peringatan maupun teguran untuk berubah bukan malah mengemukakan banyak alasan untuk mempertahankan kelemahan/kekurangan kita.
Mari kita menghasilkan buah-buah pertobatan agar kita dapat masuk ke dalam keselamatan hidup kekal. Untuk itu mindset kita harus berubah dilanjutkan dengan tindakan sebagai buah-buah pertobatan. Bila Firman Tuhan bekerja menumbuhkan iman dan kita melakukan perbuatan iman maka kita akan rindu akan Yerusalem Baru. Jika kita belum/tidak merindukannya, kita memohon kekuatan Roh Kudus agar perbuatan pertobatan menjadi nyata. Dengan demikian, kapan pun dan dalam kondisi apa pun kita dipanggil Tuhan kembali, kita tidak takut tetapi malah siap dan yakin keselamatan hidup kekal di Yerusalem Baru sudah tersedia bagi kita. Amin.