Shalom,
Hari-hari ini orang tua ikut disibukkan mendampingi anak-anak mereka yang lagi belajar di rumah via online di masa pandemi COVID-19 ini. Belum lagi orang tua ikut webinar/ zoominar untuk menambah wawasan bagaimana mendidik anak-anak di tengah kondisi yang tidak normal ini. Semua ini dilakukan orang tua karena mereka merindukan anak- anak dapat bertumbuh dan berkembang, baik secara fisik, pengetahuan, maupun rohani (mental, jiwa). Ironisnya, di sisi lain karena impitan ekonomi atau pergaulan bebas banyak bayi dan anak ditelantarkan, dibuang bahkan dibunuh karena ‘orang tua’ tidak mau bertanggung jawab dalam membesarkan mereka.
Injil Lukas 2:41-52 mengisahkan tentang satu keluarga sederhana di Nazaret, yakni keluarga Yusuf- Maria yang membesarkan anak mereka (Yesus) sehingga Yesus makin bertumbuh dikasihi Allah dan manusia. Bagaimana kondisi Yesus dalam asuhan dan didikan Yusuf- Maria sebagai orang tua-Nya?
1. Yesus bertumbuh (jasmani) di dalam keluarga yang takut akan Tuhan.
Alkitab memberikan kita fakta bahwa Yusuf dan Maria hidup takut akan Tuhan, antara lain:
-
- Gadis perawan Maria (± 14 tahun) dengan lugu menjawab, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi karena aku belum bersuami?” (Luk. 1:34) ketika malaikat Gabriel memberitahu bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (ay. 31). Kemudian Malaikat Gabriel meyakinkannya bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil (ay. 37). Apa respons Maria? Ia menurut akan perkataan Allah yang disampaikan oleh Gabriel (ay. 38).
-
- Maria dalam kondisi mengandung tua menaati perintah Kaisar Agustus yang mengharuskan dia dan Yusuf pergi dari Nazaret ke kota asal (Betlehem) untuk mendaftarkan diri karena sensus (Luk. 2:1-5). Dapat dibayangkan kondisi seorang ibu mau melahirkan harus mengadakan perjalanan jauh (113–120 km)! Maria dapat saja beralasan tidak ikut ke Betlehem karena takut terjadi apa-apa bahkan mungkin melahirkan di dalam Terbukti Maria-Yusuf taat (dalam segala kondisi) kepada pemerintah.
-
- Maria bersama Yusuf membawa bayi Yesus (8 hari) untuk disunat sesuai dengan hukum Taurat (Kej. 17:12). Mereka taat pada hukum Taurat juga ingat akan perintah Allah untuk menamai bayi mereka Yesus seperti telah disampaikan oleh Malaikat Gabriel 9 bulan sebelumnya.
-
- Juga pada saat penahiran, Maria dan Yusuf membawa Yesus (40 hari) ke Bait Allah di Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan (Luk. 2:22). Maria menaati peraturan Taurat setelah melahirkan anak laki- laki (Im. 12:2,4). Bayangkan baru melahirkan anak, Maria dalam kondisi pemulihan harus melakukan perjalanan jauh yang makan waktu 3–5 hari untuk tiba di Yerusalem! Maria dan Yusuf sungguh-sungguh menaati perintah Tuhan dan menembusi kondisi sulit dalam memerhatikan pertumbuhan (rohani)
-
- Sebelum mengambil Maria menjadi istrinya, Yusuf sudah berencana menceraikan Maria ketika mendengar dia mengandung (Mat.1:19). Namun dalam mimpi malaikat Tuhan memberitahu Yusuf, yang tulus hati, untuk mengambil Maria sebagai istrinya (ay. 20) dan dia menuruti pesan tersebut (ay. 24).
-
- Ketika Yusuf diberitahu malaikat melalui mimpi bahwa dia harus segera lari ke Mesir sebab Herodes akan mencari Anak itu (Yesus) untuk dibunuh, Yusuf dan Maria menyingkir ke Mesir malam itu juga (Mat. 2:13-14). Yusuf mengambil keputusan penting tanpa persiapan dan perbantahan untuk pergi ke Mesir sambil membawa istri dan anak kecil. Mungkin saja dia tidak punya pengalaman dan belum pernah ke Mesir sebelumnya sehingga tidak tahu kondisi jalan juga berapa jarak dan waktu yang akan Mungkin pula mereka tidak pamit kepada keluarga besar sebab perintah ini bersifat penting dan rahasia. Terbukti Yusuf menaati perintah Tuhan.
-
- Yusuf dan Maria pergi ke Yerusalem tiap tahun untuk merayakan Paskah (ay 41) berarti mereka mengajar Yesus pentingnya emperingati Paskah. Ketika Yesus berumur 12 tahun, Ia dibawa ke Bait Allah untuk merayakan Paskah bersama (ay. 42).
Keluarga sederhana ini mendapat kepercayaan serta kasih karunia Tuhan luar biasa untuk mengandung, melahirkan, mendidik dan membesarkan Anak Allah – Firman yang menjadi manusia. Dapat dibayangkan seandainya Yusuf-Maria tidak taat kepada Tuhan dan dalam keseharian hidup penuh dengan masalah dan percekcokan? Bukankah kondisi seperti itu akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang (anak) Yesus?
Introspeksi: bagaimana dengan kita (keluarga-keluarga) yang dipercayakan Tuhan mendidik anak-anak jasmani maupun rohani? Apakah kita sudah memperkenalkan mereka kepada Tuhan untuk takut dan hormat kepada-Nya? Atau kita lebih memerhatikan kebutuhan jasmani (pemberian gizi baik, pakaian, gadget dll.) lalu mengabaikan pertumbuhan rohani mereka? Yusuf dan Maria menjadi teladan bagaimana mendidik Yesus sehingga Ia makin besar (fisik) dan hikmat-Nya.
Yusuf-Maria dengan segala kemampuan mereka merawat Yesus – Firman Tuhan yang menjadi manusia. Bagi kita sekarang, bagaimana kita merespons Firman Tuhan? Apakah kita “merawat” Firman Tuhan yang telah kita terima sehingga bertumbuh? Atau membiarkan si jahat merampas taburan Firman dalam hati? Atau kita mendengar Firman tetapi mengeraskan hati dan tidak mau tunduk pada perintah-Nya? Atau kekhawatiran mengimpit benih Firman sehingga tidak berbuah (Mat. 13:19-22)?
Bila Yusuf-Maria merespons dengan bahagia dan sukacita atas kepercayaan dan keselamatan yang dinyatakan, orang-orang Israel malah menyia-nyiakan dan menolak Firman yang dipercayakan kepada mereka (Rm. 3:1-2). Untuk itu Rasul Paulus menasihati kita agar tidak berbuat hal yang sama (bnd. Titus 2:12). Sesungguhnya keselamatan di dalam Yesus bukan hanya untuk diri sendiri tetapi bagi seluruh bangsa di dunia.
Maria-Yusuf menjadi sarana untuk menjaga dan melindungi (anak) Yesus sehingga Ia bertumbuh besar dengan baik. Rasul Paulus juga menjadi alat yang dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil Kristus kepada kita, bangsa kafir. Bagaimana dengan kita yang telah menerima Firman Tuhan? Sudahkah hati dan pikiran kita diubahkan oleh Firman dan menjadi manusia baru untuk menjadi saksi kebenaran bagi orang-orang di sekitar kita? Firman Tuhan tidak pernah mati tetapi kita mati (rohani) jika menyia-nyiakan Firman (seperti dilakukan bangsa Israel) dan tidak menghidupinya.
2. Yesus juga bertumbuh (rohani) dan menjadi teladan bagi manusia berdosa. Ia benar-benar manusia sejati/sepenuhnya (merasa sedih, lapar, lelah, marah dll.) dan bertumbuh besar; bedanya ialah Ia tidak berdosa (Ibr. 4:15). Ironisnya, ada yang menyangkal dan tidak mengaku Yesus telah datang sebagai manusia yaitu penyesat dan antikristus (1 4:2; 2 Yoh 1:7).
Yesus (12 tahun) berada di Bait Allah dan duduk di tengah-tengah alim ulama mendengarkan serta mengajukan pertanyaan kepada mereka (Luk. 2:49). Saat Maria menemukan Yesus dan mengungkapkan kecemasannya dalam mencari Dia, Yesus menjawab bahwa Ia harus berada di dalam rumah Bapa-Nya. Jelas, Yesus tahu tujuan dan orientasi hidup-Nya juga tahu Bapa-Nya yang sesungguhnya ada di Surga. Kita memang memiliki orang tua biologis (di dunia) yang ada batas waktu dalam melindungi, menjaga dan mendidik kita. Namun kita harus tahu bahwa kita juga mempunyai Bapa Surgawi dan satu kali kelak akan tinggal bersama Dia di dalam Rumah-Nya.
Introspeksi: bagaimana kondisi rohani anak-anak kita yang menginjak remaja? Apakah mereka senang bersekutu dengan Bapa Surgawi atau malah sibuk main game online, suka hang out dan tidak pernah memikirkan berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati Bapa? Jangan biarkan kehidupan rohani mereka makin merosot bahkan terhilang oleh karena pengaruh lingkungan dan pergaulan yang salah!
Pertumbuhan rohani Yesus menunjukkan progres terbukti Ia tahu rumah Bapa-Nya dan suka bersekutu dengan-Nya. Ia memiliki pengertian luar biasa tetapi tetap taat kepada orang tua jasmani dan hidup dalam asuhan mereka (Luk. 2:51). Faktanya, sering terjadi anak yang cerdas dan berpengetahuan banyak sulit menerima didikan dan nasihat orang tua yang dianggapnya minim pengetahuan. Yesus tetap tinggal bersama orang tua-Nya dan baru muncul dalam pelayanan ketika Ia berumur 30 tahun.
Yesus makin bertambah besar (fisik) dan bertambah hikmat-Nya. Ada keseimbangan antara fisik dan hikmat. Kita dikatakan berhikmat bila kita berpikiran, bertutur kata, berperasaan dan berperilaku sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebagai anak Tuhan, kita mau dididik untuk menjadi serupa dengan-Nya. Kita bertumbuh dalam hikmat dengan tekun membaca Firman Tuhan. Juga diperlengkapi untuk mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah dan mencapai kedewasaan penuh serta tingkat pertumbuhan sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef. 4:12-13). Iman kita makin bertumbuh sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran yang menyesatkan.
Yesus makin dikasihi Allah dan dikasihi manusia. Perhatikan, orang yang dikasihi manusia belum tentu dikasihi Allah. Sebaliknya, terjadi keseimbangan bila kita hidup diperkenan Allah, kita juga akan diterima dan disukai oleh orang-orang di sekitar kita.
Marilah kita bertumbuh (rohani) dan tidak menyia-nyiakan Firman Tuhan yang dpercayakan kepada kita, makin bertumbuh dalam hikmat agar menjadi serupa dengan-Nya sehingga kita dikasihi Allah juga dikasihi sesama. Dengan demikian Nama Yesus dipermuliakan. Amin.