RESPONS TERHADAP FIRMAN TUHAN

Pdt. Paulus Budiono, Lemah Putro, Minggu, 17 Januari 2020

 

Shalom,

Sungguh merupakan kemurahan Tuhan kalau dalam ibadah online, kita masih merasakan hadirat-Nya dan dapat menyembah-Nya. Kita meyakini kehadiran-Nya di tengah-tengah kita juga mengimani perkataan-Nya bahwa Bapa mencari penyembah yang benar dalam roh (hati nurani) dan kebenaran (Firman-Nya).

Hendaknya kita menyiapkan hati dalam merespons Firman Tuhan yang kita baca dan dengar. Tuhan tidak membutuhkan cara kita maupun persembahan lahiriah kita untuk mengundang Dia hadir sebab Ia adalah Sang Pencipta yang berdaulat atas alam semesta dan manusia. Ia hadir atas kehendak dan perkataan-Nya sendiri di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Nya, Ia ada di tengah-tengah mereka (Mat. 18:20). Berbeda ketika kita mengundang orang penting berkedudukan tinggi, diperlukan surat resmi dan rekomendasi dari petinggi lainnya belum lagi mengatur keamanan untuk tempat yang akan dihadiri. Tak jarang kita kecewa karena undangan kita ditolak dengan alasan sibuk, ada tugas dll. Bukankah di masa pandemi ini kita juga merasa kecewa dan sedih karena tidak dihadiri/ dikunjungi sanak keluarga dan teman karena dibatasi oleh PSBB?

Kita telah membahas 4 ayat pertama dalam Injil Lukas yang ditulis oleh dokter Lukas dan ditujukan kepada Teofilus yang mulia (Luk. 1:1-4). Dokter Lukas tidak hanya menyelidiki beberapa peristiwa tetapi menyusun dengan saksama peristiwa-peristiwa yang disampaikan oleh saksi mata dan pelayan Firman dan membukukannya dengan teratur. Kemudian dia mengirimkan tulisannya kepada Teofilus (juga kita sekarang) dan mengatakan segala sesuatu yang diajarkan di dalam bukunya itu sungguh benar.

Introspeksi: apakah kita merespons dengan baik semua yang diajarkan di Injil Lukas dan memercayai bahwa semuanya sungguh benar? Bila kita mengimani ayat per ayat hingga ayat terakhir dalam Injil Lukas, iman kita akan makin menumpuk dan bertambah.

Penulisan Injil Lukas yang teratur atas ilham Roh Allah membuktikan bahwa Sang Pencipta tidak asal bicara kemudian menyisipkan sesuatu yang kelupaan sehingga membuat susunannya tidak teratur dan terkesan ‘tambal sulam’.

Ada dua peristiwa yang ditulis di Injil Lukas pasal 1 ini, salah satunya cukup familiar karena selalu disampaikan di hari Natal. Namun janganlah kita terikat dengan pembacaan ayat-ayat hanya pada hari-hari khusus dan tertentu. Bila kita merespons seluruh ayat dengan baik kapan pun, kita akan beroleh hasil yang baik pula.

Peristiwa apa yang terjadi dan apa respons dari masing-masing peristiwa tersebut?

  • Nubuat kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk. 1:5-25) → berkaitan dengan pertobatan

Dokter Lukas menulis peristiwa seorang malaikat menjumpai Zakharia, orang benar dan saleh, sedang melakukan tugas keimaman di Tempat Kudus di Bait Suci Herodes. Melihat malaikat berdiri di sebelah kanan Mazbah Pembakaran Ukupan, Zakharia tua terkejut dan takut. Malaikat itu menenangkan dia dan mengatakan, “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Ellisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes… ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak- anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar….”

Bagaimana respons Zakharia? Memang pasangan suami istri ini, Zakharia-Elisabet, telah berdoa ratusan bahkan mungkin ribuan kali hingga mereka berdua lanjut umur tetapi mereka tetap tidak dikaruniai anak sebab Elisabet mandul. Aneh, mendengar doanya dikabulkan, Zakharia tidak merespons positif dengan mengucap syukur tetapi malah banyak pertanyaan muncul di benaknya oleh sebab tidak percaya.

Perhatikan, setiap respons (positif atau negatif) terhadap Firman Tuhan tetap ada dampaknya. Dan perlu diingat bahwa apa yang difirmankan-Nya pasti digenapi.

Apa akibat respons negatif dari Zakharia yang tidak percaya? Zakharia lebih menggunakan akal logikanya (usia uzur tidak mungkin punya anak) ketimbang imannya. Ketidakpercayaannya menumbangkan tumpukan doa yang telah dipanjatkannya bertahun-tahun; akibatnya, dia dihukum menjadi bisu sampai anaknya lahir (ay. 18-20).

Seusai melaksanakan tugas keimaman selama tujuh hari, pulanglah Zakharia dan kumpul dengan istrinya. Pasti komunikasi di antara suami-istri ini terhambat, mereka tidak dapat berkomunikasi dengan normal tetapi memakai bahasa isyarat. Terbukti Zakharia cukup lama melakukan rutinitas agama dan peraturan ibadah tetapi tidak memercayai penggenapan janji Allah. Padahal Tuhan mau memakai anak yang dilahirkan dari pasangan suami-istri yang sudah tua ini.

Pembelajaran: kita tidak boleh memustahilkan apa yang difirmankan oleh Tuhan, semua Firman yang keras, lunak, membangun, menegur dst. akan digenapi oleh- Nya. Walau kita tidak percaya alias menolak Firman, Firman Tuhan tetap teguh di Surga (Mzm. 119:89). Hendaknya kita merespons berita kesukaan dengan sukacita bukan dengan ketakutan.

Dokter Lukas tidak sembarangan menulis mukjizat yang tidak masuk akal tentang orang yang sudah tua dan mandul dapat mengandung serta melahirkan anak tetapi dia menulis apa yang dikatakan oleh malaikat setelah melalui penyelidikan untuk meneguhkan peristiwa tersebut. Peristiwa ini sungguh benar, buktinya Elisabet mengandung walau mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan suaminya.

Zakharia menjadi bisu dan harus menunggu ± 284 hari hingga anaknya, Yohanes, lahir. Dapat dibayangkan ketidaknyamanan selama itu dalam berkomunikasi antara suami-istri! Mengapa dokter Lukas mencatatnya? Kehidupan nikah tetap satu walau sudah tua. Tuhan mau supaya kehidupan nikah yang sudah tua ini melihat keajaiban bahwa anaknya kelak menjadi penghubung manusia kembali kepada Allah dan Allah berkenan atas mereka juga membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya.

Tuhan sangat memerhatikan hubungan nikah dan buah nikah. Bila suami tidak taat kepada perkataan Tuhan, ini akan memengaruhi hubungan nikah dengan istrinya. Hendaknya orang tua merespons Firman Tuhan dengan baik agar anak-anaknya juga takut dan hormat kepada Tuhan. Kenyataannya, dunia dewasa ini makin menguji dan memojokkan iman kita yang dilakukan oleh Kristen liberal dan orang-orang ateis; bahkan beberapa negara telah melegalkan aborsi.

Hendaknya kita merespons baik setiap ayat Firman Allah dan memercayainya. Perhatikan, orang fasik dengan sombong mengatakan Allah tidak akan menuntut sebab seluruh pikiran mereka menganggap tidak ada Allah (Mzm. 10:4); orang bebal tidak percaya adanya Allah, perbuatan mereka busuk dan tidak ada satupun berbuat baik (Mzm. 14:1; 53:2).

Waspada, jangan karena sudah bosan berdoa dan berseru-seru kepada Tuhan namun tidak segera dijawab oleh-Nya kemudian kita membelokkan pikiran dan iman kita ke arah lain!

Tulisan dokter Lukas sungguh benar, dia menulis Elisabet (tua dan mandul) mengandung enam bulan ketika malaikat Gabriel memberitahu Maria bahwa ia akan mengandung bayi Yesus.

  • Nubuat perawan Maria yang mengandung dan melahirkan bayi laki-laki dinamakan Yesus (ay. 26-38) → berkaitan dengan perlindungan

Maria menerima semua perkataan Tuhan padahal dia masih sangat muda (± 14 tahun) dan tidak berpengalaman. Maria berserah dan mengatakan, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu.” (Luk. 1:38)

Maria percaya bahwa Yesus – Anak Allah, Sang Firman – akan menjadi daging dalam rahimnya. Kandungannya makin hari makin membesar seperti perubahan tubuh Elisabet yang dilihatnya ketika dia berkunjung dan tinggal bersama Elisabet selama ± tiga bulan.

Respons positif Maria terhadap perkataan Tuhan berdampak hubungannya dengan Yusuf yang bakal berumah tangga dilindungi. Mereka berdua bukan berasal dari keluarga mampu tetapi terjalin komunikasi indah dalam kehidupan nikah mereka berkat perlindungan Tuhan.

Aplikasi: hendaknya kita merespons Firman Tuhan (apapun isinya) dengan benar walau awalnya tidak mengerti. Roh Kudus akan berkarya dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi kita.

Marilah kita merespons baik setiap perkataan Firman Tuhan, percayalah bahwa doa dan permohonan kita pasti didengar oleh-Nya dan dijawab menurut kehendak-Nya bukan menurut kemauan kita. Dampaknya, terjalin komunikasi yang indah dalam hubungan nikah sebab rahim hati kita terisi oleh Firman Tuhan kekal dan kita berada dalam perlindungan-Nya. Sebaliknya, respons negatif terhadap Firman Tuhan akan berakibat tidak baik bagi relasi suami-istri. Untuk itu diperlukan pertobatan untuk merestorasi hubungan nikah yang kurang/ tidak menyatu. Dengan demikian, kita akan beroleh keselamatan kekal dan mengalami kembali sukacita Surgawi. Amin.

 

Anda dapat melihat rekaman Video Ibadah secara lengkap DISINI