MEMBERITAKAN KEBENARAN FIRMAN

 

Lemah Putro, Minggu, 10 Januari 2021

Pdt. Paulus Budiono

 

Shalom,

Hendaknya kita menjunjung Tuhan tinggi-tinggi serta menyembah-Nya dan ini dapat kita lakukan atas petunjuk Firman yang kita baca dan dengarkan untuk diimani. Dengan kata lain, kita tidak mungkin dapat menyembah Dia jika kita tidak pernah mendengar pemberitaan Firman Tuhan dan membaca Alkitab. Itu sebabnya bila kita masih diberi kesempatan untuk beribadah, jangan melakukannya hanya sebatas liturgi dan peraturan gereja sebab iman timbul dari mendengarkan Firman Kristus (Rm. 10:17) bukan dari berita-berita lain juga filosofi dunia yang tidak memiliki kebenaran mutlak dan tidak dapat memberikan jaminan keselamatan kekal.

Tahun ini kita akan mendengar, membaca dan membahas salah satu dari 66 Kitab itulah Injil Lukas agar iman kita makin bertumbuh. Apa yang tertulis dalam Lukas 1:1-4?

Teofilus yang mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu supaya engkau dapat mengetahui bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar (the certainty/security/safety of those things in which you were instructed).”

“Sungguh benar” di sini juga menunjukkan suatu kepastian dan keamanan; berarti kita yang ada di dalamnya merasa aman, tidak perlu mencari sini-sana karena ragu-ragu dalam mencari kebenaran.

Tahun lalu kita mempelajari Injil Yohanes dengan segala keterbatasan manusia sebab Firman Allah sesungguhnya tidak terbatas – sudah ada di dalam kekekalan karena Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1). Itu sebabnya jangan kita berhenti hanya mempelajari ayat-ayat tertentu kemudian melupakan ayat yang lain.

Terlalu banyak ketidakpastian di alam semesta ini yang mengganggu pikiran kita tetapi hendaknya kita tetap berpegang pada Firman Allah bahwa semua yang diberitakan dan diajarkan kepada kita itu sungguh benar dan pasti. Apa yang diajarkan? Bahwa seluruh peristiwa yang tertulis dalam Injil Lukas adalah kebenaran Firman.

Penyusunan tulisan Injil Lukas yang teratur untuk dibukukan akan menimbulkan dua kemungkinan:

  • Bila Injil Lukas benar-benar dari ilham Roh Allah kepada dokter Lukas, pemberita yang menyampaikan Firman tentang Injil ini pasti selamat dan pendengarnya juga selamat. Namun jika Injil Lukas adalah Firman Allah yang benar tetapi si pembicara tidak memberitakan Injil ini melainkan filosofi-filosofi dunia dengan kata-kata bijaknya, baik pembicara maupun pendengar tidak akan selamat sebab topik pemberitaannya di luar
  • Andaikata Injil lukas tidak benar karena tidak diilhami oleh Roh Allah, maka pembicara menyampaikan berita bohong dan pendengarnya akan rugi.

Perlu diketahui, Alkitab yang terdiri dari 66 kitab gulungan bertujuan untuk menambah dan mengukuhkan iman kita. Andaikata Injil Lukas bukan Firman Tuhan maka kitab-kitab lainnya juga tidak benar dan bukan dari Ilham Roh Allah sebab tidak mungkin Allah membiarkan Ilham-Nya digabungkan dengan filosofi dunia dan budaya manusia yang beda satu sama lain dan berakhir dengan kekacauan. Seandainya Alkitab berbohong tidak memberitakan kebenaran maka Allah juga berbohong.

Kita harus yakin bahwa Injil Lukas adalah Firman Tuhan yang ditulis oleh dokter Lukas tahun ± 60-63 M melalui penyelidikan yang teliti untuk dipercaya oleh Teofilus maupun kita sekarang.

Apa/siapa yang “sungguh benar”? Hanya ada satu yang benar itulah Yesus sendiri sebab Ia adalah jalan, kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6a). Yesus adalah Firman menjadi manusia (Yoh. 1:14) yang memiliki kebenaran absolut.

Sangatlah wajar ketika mau membaca buku kita ingin mengetahui siapa penulisnya dan sungguhkah dia tahu materi/topik yang ditulisnya. Misal: seorang guru matematika menulis buku teori dan soal-soal matematika. Dari penjabaran-penjabaran yang ditulis dengan gamblang dan praktis menyimpulkan bahwa dia seorang guru yang pandai dan menguasai materi yang diajarkan.

Siapa penulis Injil Lukas? Meskipun tidak tertera siapa penulisnya, waktu 66 Kitab dikanonisasi, diketahui dan diyakini penulis dari Injil Lukas adalah dokter Lukas (60-63M). Tentu sebelum dikanonisasikan, para ahli telah menyelidiki kebenaran kitab-kitab itu untuk kemudian dipegang, dianut dan diyakini oleh gereja mula-mula. Dan pasti tidak serta-merta mereka semua satu suara tetapi ada pengkritik dan komentator terhadap kitab-kitab tersebut termasuk Injil Lukas.

Siapa dokter Lukas ini? Rasul Paulus pernah menyampaikan salam kepada jemaat Kolose dari tabib Lukas yang kekasih (Kol. 4:14). Dia bukan orang Yahudi tetapi orang Yunani dari Antiokhia. Dia juga bukan rasul atau murid Yesus tetapi setelah bertobat dia selalu mengikuti Rasul Paulus dalam tugas pelayanan. Bahkan saat Rasul Paulus dipenjara, dokter Lukas menemaninya (2 Tim. 4:11). Dia menulis dua buku berentetan: Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.

Ternyata tidak semua orang percaya akan Injil Lukas walau tulisannya bagus dan mengesankan. Di awal abad 19, kritikus Alkitab mempertanyakan keakuratan catatan sejarah Injil Lukas. Selain itu mereka mengklaim sejarah Kisah Para Rasul dibuat/dikarang pada pertengahan abad 2M. Seorang arkeolog Inggris, Sir William Mitchell Ramsay, memercayai hal ini. Namun setelah memverifikasi nama dan tempat yang ditulis oleh Dokter Lukas akhirnya Ramsay mengakui bahwa catatan Lukas sangat akurat, benar dan detail.

Introspeksi: kalau seorang arkeolog yang menyelidiki tempat dan benda-benda bersejarah walau awalnya ragu- ragu tetapi kemudian memercayai kebenaran tulisan dokter Lukas, bagaimana dengan kita? Apakah kita membabi buta percaya karena diberitakan oleh pendeta kita? Kita juga perlu menyelidiki supaya iman kita tidak tergantung pada orang lain (pendeta, suami, istri dll.) tetapi memercayai Firman Kristus yang telah dikanonisasikan dalam Alkitab.

Dokter Lukas bukan saksi mata atau seorang rasul tetapi dia menyelidiki dengan sungguh-sungguh dan oleh dorongan Roh Kudus memutuskan untuk menulis Injil Lukas.

Aplikasi: kita juga harus mengambil keputusan untuk beriman pada kebenaran Firman Tuhan apa pun kendalanya selama iman kita bertumbuh. Tuhan mengizinkan terjadinya pandemi ini supaya kita mandiri tidak terkontaminasi oleh suara dunia tetapi fokus pada Firman-Nya, dalam hal ini tentang Injil Lukas.

Dokter Lukas menulis kepada Teofilus (= orang yang mencintai Allah) yang bukan orang Yahudi. Hendaknya kita membaca dengan sungguh-sungguh dan menghargai Injil Lukas yang ditulis oleh seorang dokter dengan teliti. Kita tahu bagaimana cara kerja seorang dokter terlebih saat pandemi ini tenaga medis menjadi garda terdepan yang bekerja dengan cekatan menangani pasien yang terpapar COVID-19 namun mereka tetap waspada melindungi diri agar tidak tertular dari pasien. Kita juga harus ekstra hati-hati agar hati kita tidak terkontaminasi dengan filosofi dunia yang tidak mengandung kebenaran mutlak.

Selain pendapat dari arkelog William Mitchell Ramsay, seorang kritikus dari Perancis yang skeptis/ragu-ragu akhirnya mengakui setelah mengevaluasi Injil Lukas bahwa tulisan dokter Lukas merupakan buku terindah di dunia yang tersusun rapi dan bahasanya bagus. Bagaimana dengan kita yang mengaku diri sebagai orang percaya tetapi tidak mau membaca Injil Lukas? Kita harus berulang-ulang membaca Injil Lukas dan memercayainya sebab Firman Tuhan adalah roti kehidupan yang tidak cukup dimakan cuma sekali seperti seorang anak yang perlu makan tiga kali sehari agar bertumbuh besar. Cukupkah kita mengimani Firman Tuhan yang kita dengar hanya saat ibadah seminggu sekali kemudian melupakannya karena sibuk dengan urusan sehari-hari?

Mengapa Injil Lukas tidak dijadikan satu dengan tiga Injil lainnya (Matius, markus, Yohanes) yang tampak memiliki kemiripan satu sama lain? Seorang Hamba Tuhan pernah mencetuskan ide untuk menggabungkan empat Injil menjadi satu untuk mempercepat membacanya karena malas membaca secara utuh. Temannya yang ahli menggabung-gabungkan tulisan-tulisan merangkumnya menjadi satu kitab. Apa yang terjadi kemudian? Semakin Hamba Tuhan tersebut membacanya, semakin “kering” jiwanya dan semakin beliau tidak beroleh apa-apa. Mulailah hamba Tuhan ini membaca ulang kitab per kitab, menyelidiki dan menghayatinya; alhasil, dia bersukacita lalu menasihati untuk tidak mengabaikan ayat-ayat lain ketika membaca Alkitab sebab tiap ayat mempunyai relasi satu sama lain.

Perhatikan, dalam Injil Lukas ada penekanan-penekanan tertentu pada diri Yesus yang kurang ditemui di tiga Injil lainnya, yaitu: Yesus yang sempurna, mulia, begitu baik dan penuh kasih setia ditampilkan dalam kemanusiaan- Nya. Yesus adalah manusia sempurna yang sangat mengenal kondisi kita, manusia berdosa.

Tiap Injil ada penekanannya sendiri-sendiri, contoh: Injil Matius → Yesus sebagai Raja; Injil Markus → Yesus sebagai Hamba; Injil Lukas → Yesus sebagai manusia; Injil Yohanes → Yesus sebagai Anak Allah.

Injil Lukas mengawalinya dengan “sungguh benar” tentang kelahiran Yohanes Pembaptis. Tentang Elisabet yang hamil lima bulan dan menyembunyikan diri hanya tertulis di Injil Lukas. Ini menunjukkan ketelitian Lukas sebagai dokter yang mengetahui perkembangan kehamilan seseorang. Ada ± 300 istilah kedokteran ditemukan dalam Injil Lukas. Yesus datang dan sangat mengetahui kebutuhan fisik dan mental manusia. Waktu Yesus mati di atas kayu salib, kepala pasukan mengatakan, “Sungguh orang ini adalah orang benar!” (Luk. 23:47)

Kita patut bersyukur mempelajari Injil Lukas yang menampilkan Yesus sebagai Manusia sempurna namun mengerti keadaan kita, manusia berdosa yang penuh kekurangan untuk ditolong-Nya. Bila kita telah ditolong dan dilepaskan dari belenggu dosa, sudah seharusnya kita bersaksi memberitakan kebenaran Firman agar mereka yang belum/tidak mengenal Dia boleh mendengarkan kebenaran ini untuk dibenarkan juga oleh-Nya. Amin.

 

Anda dapat melihat rekaman Video Ibadah secara lengkap DISINI