Yesus Memulihkan Panggilan

Yohanes 21: 1-29

 

Pdm. Kasieli Zebua, Lemah Putro, Minggu, 20 Desember 2020


Shalom,

Di tengah kondisi sulit yang kita rasakan saat ini, kita patut bersyukur masih diberi kesempatan untuk beribadah dan mendengarkan Firman Tuhan. Firman senantiasa memberikan kita kekuatan, bimbingan serta jalan keluar ketika “pintu-pintu” tertutup agar kita beroleh kemenangan demi kemenangan melawan kekhawatiran, kecemasan, ketakutan menghadapi hari-hari depan yang serba tidak menentu ini. Ingat, apa pun yang terjadi ada di dalam rencana-Nya dan Ia tetap memberikan pertolongan serta damai sejahtera dan sukacita.

Ketika iman kita lemah, kita sering dikuatkan mendengar kesaksian pengalaman hidup seseorang. Kali ini kita mendengar kesaksian dari Rasul Petrus tentang bagaimana Yesus memanggil dan meneguhkan imannya. Melalui pengalamannya, dia memberikan nasihat kepada jemaat yang tersebar di beberapa daerah juga kepada kita, yaitu, “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu sesudah kamu menderita seketika lamanya.” (1 Ptr. 5:10)

Kesaksian Petrus ini sangat menguatkan karena berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri. Dia ingat apa yang dialaminya bersama Yesus, ketika Yesus duduk makan bersama dia dan muridmurid lainnya, Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia akan menderita dan diserahkan oleh orang yang semeja dengan-Nya (Luk. 22:14-15,21). Yesus juga mengingatkan Petrus bahwa Iblis menampi dia seperti gandum tetapi Ia telah berdoa supaya imannya jangan gugur. Jika sudah insaf, Petrus diminta untuk menguatkan saudara-saudaranya (ay. 31-32). Saat itu Petrus begitu percaya diri dan merasa kuat untuk masuk penjara dan mati bersama Gurunya (ay. 33) tetapi Yesus menegaskan bahwa dia akan menyangkal sebanyak tiga kali sebelum ayam berkokok (ay. 34). Apa yang dikatakan Yesus terjadi, Petrus menyangkal Yesus lalu teringat akan perkataan Gurunya, dia menyesal dan menangis dengan sedihnya (ay. 61-62).

Yesus mati disalib dan pada hari ketiga bangkit dari kubur. Ia kemudian menampakkan diri kepada para murid-Nya di suatu tempat dengan pintu terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Ia mau membuktikan kepada mereka bahwa Ia sudah bangkit dan hidup. Saat itu para murid ketakutan dan penuh keraguan melihat kubur Yesus kosong. Mereka lupa perkataan Yesus bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga. Yesus kemudian memberikan damaisejahtera kepada mereka. Saat itu Tomas tidak ada bersama mereka. Delapan hari kemudian Yesus berada kembali di tengah-tengah para murid di tempat yang sama dan Tomas ada di sana. Yesus perlu menguatkan iman Tomas yang tidak percaya akan kebangkitan-Nya. Akhirnya Tomas mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Allahnya (Yoh. 20:26-28).

Untuk ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada para murid di pantai danau Tiberias (Yoh. 21:1). Saat itu mereka (7 orang) tidak tahu mau mengerjakan apa kemudian Petrus memutuskan mencari kegiatan dengan kembali menjala ikan. Teman-teman yang lain ikut bersamanya. Mereka berangkat naik perahu tetapi semalaman tidak menangkap apa-apa (ay. 3) bahkan hingga hari mulai siang. Dapat dibayangkan betapa laparnya mereka di tengah danau tersebut!

Apa yang terjadi kemudian? Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai dan bertanya apakah mereka mempunyai lauk pauk (ay. 4-5). Mereka tidak tahu kalau itu adalah Yesus dan menjawab tidak ada lauk pauk. Yesus menyuruh mereka menebarkan jala ke sebelah kanan perahu. Mereka menurut dan menebarkan jala, hasilnya mereka tidak dapat menarik jalanya karena banyaknya ikan (153 ekor). Kemudian murid yang dikasihi Yesus (Yohanes) berkata kepada Petrus bahwa itu Tuhan. Mendengar ini, Petrus terjun ke dalam danau sementara yang lain bergegas mendarat ke pantai.

Tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ada ikan dan roti. Yesus tahu mereka pasti lapar dan lelah lalu menyuruh mereka sarapan dengan makanan yang sudah disediakanNya. Selama makan, mereka tidak berani bertanya kepada-Nya siapa Dia sebab mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan (ay. 12). Yang menarik di sini, Yesus sangat memerhatikan kondisi para murid-Nya yang kelaparan dan memberikan makanan (jasmani) yang mereka butuhkan. Ia tidak datang langsung menegur mengapa mereka tidak memberitakan Injil (menjala manusia) tetapi kembali ke profesi lama (menjala ikan).

Perhatian apa yang Yesus berikan kepada Petrus, murid senior yang dianggap sebagai pemimpin karena apa yang dilakukannya diikuti oleh rekan-rekannya? Setelah sarapan, Yesus bertanya khusus kepada Petrus apakah dia mengasihi-Nya. Hingga tiga kali Yesus mengajukan pertanyaan sama kepada Petrus dan ada dinamika dalam pertanyaan maupun jawabannya.

Dalam pertanyaan pertama dan kedua Yesus menggunakan kata mengasihi (= agapao → kasih sejati, tanpa syarat dan rela berkurban) yang dijawab oleh Petrus bahwa dia mengasihi (= phileo) Gurunya. Pertanyaan Yesus ketiga kalinya membuat Petrus sedih sebab dia ternyata hanya memiliki kasih seorang sahabat (phileo). Ilustrasi: ketika seorang pemuda bertanya kepada gadis pujaannya apakah si gadis mengasihinya kemudian dijawab oleh si gadis bahwa dia menyayangi pria itu sebagai sahabat; ini sama dengan penolakan cinta secara lembut.

Yesus tidak kecewa atau marah mendengar jawaban jujur dari Petrus. Ia tahu Petrus harus hidup sesuai dengan apa yang menjadi panggilannya. Saat dipanggil, Yesus menginginkan dia menjadi penjala manusia (Luk. 5:10). Untuk itu Yesus datang khusus kepada Petrus karena dia perlu dikuatkan, dikokohkan dan diteguhkan kembali panggilannya melalui kehadiran-Nya sebagai bukti bahwa Ia sudah bangkit dan hidup. Pertanyaan Yesus kepada Petrus secara tidak langsung didengar pula oleh murid-murid lainnya bagaimana Ia selalu mengingatkan Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya.

Apa hubungannya mengasihi Yesus dengan menggembalakan domba-domba (melayani jiwajiwa) yang dimiliki-Nya? Yesus tahu bila seseorang tidak mengasihi-Nya, orang tersebut tidak mampu menggembalakan/memberi makan domba-domba-Nya dengan sepenuh hati. Jika tidak mengasihi Tuhan, dia akan bekerja sebagai gembala upahan yang tidak bertanggung jawab dan melarikan diri saat musuh datang (Yoh. 10:12-13) sebab dia tidak mengasihi Tuhan juga tidak mengasihi domba-domba-Nya. Oleh sebab itu Yesus harus memulihkan panggilan Petrus terlebih dahulu untuk dapat menggembalakan domba-domba-Nya seperti yang dikehendakiNya.

Aplikasi: sebelum kita melakukan pelayanan apa pun, kita harus menjawab pertanyaan Tuhan terlebih dahulu apakah kita memiliki kasih (lahir dari hati) yang menjadi motivasi untuk melayani-Nya. Kita dipanggil untuk mengasihi Kristus dengan sungguh-sungguh. Bukanka kasih sejati dari Allah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus justru ketika kita masih berdosa (Rm. 5:5,8)? Hendaknya kita jujur menjawab seberapa dalam kasih kita kepada-Nya sebab Ia mau memulihkan panggilan kita. Jangan bersikap seperti jemaat Efesus yang melayani Tuhan luar biasa tetapi Tuhan melihat kedalaman hati dan menemukan mereka sebenarnya mengalami kejatuhan sangat dalam karena telah meninggalkan kasih mula-mula (Why. 2:1,4)!

Juga dalam kondisi sulit seperti saat ini ketika ibadah dilaksanakan via online, masihkah kita melayani Dia dengan serius atau kita bingung dan kehilangan arah kemudian berbalik kembali “ke belakang” menyibukkan diri dengan perkara-perkara jasmani berkaitan dengan kebutuhan hidup?

Yesus tidak membiarkan Petrus hidup dalam kebimbangan, Ia datang memberikan nasihat dan mengoreksi dia dan mulai terlihat kasihnya bertumbuh. Jelas, pertumbuhan iman dan kasih Petrus tidak berlangsung spontan tetapi progresif. Masing-masing dari kita beda dalam pertumbuhan iman dan kasih tetapi yang pasti haruslah bertumbuh di dalam Firman Tuhan.

Selanjutnya Yesus menurunkan kasih-Nya dari agape menjadi phileo sebab Ia tahu Petrus harus bertumbuh dalam kasih untuk dapat melakukan pelayanan dengan tepat dan benar. Yesus tidak menarik tugas yang diberikan kepada Petrus hanya karena dia tidak memiliki kasih agape; sebaliknya, Yesus tetap memberikan kepercayaan besar kepadanya untuk menggembalakan domba-domba milik-Nya.

Bila kita melihat perjalanan hidup Petrus selanjutnya, dia mengalami pemulihan dan tahu tujuan hidupnya yaitu menggembalakan domba-domba. Setelah dipenuhi Roh Kudus, Petrus memberitakan dengan berani tentang Yesus dari Nazaret yang disalib, mati dan bangkit (Kis. 2:22-24), tidak takut bersaksi tentang Yesus di hadapan Mahkamah Agama bahkan dengan lantang mengatakan lebih memilih taat kepada Allah daripada manusia walau diancam dan dilarang berbicara atau mengajar dalam Nama Yesus (Kis. 4:18-21). Berdasarkan pengalaman pribadi, Petrus kemudian menasihati penatua untuk melayani tidak dengan paksa atau mencari keuntungan tetapi dengan pengabdian diri (1 Ptr. 5:1-3).

Seusai memberikan tugas untuk menggembalakan domba-domba-Nya, Yesus memberitahu Petrus apa yang akan dialaminya di hari tua, bagaimana dia akan mati dan memuliakan Allah (Yoh. 21:18-19). Ternyata untuk menggembalakan domba-domba ada risiko besar yang harus ditanggung namun Petrus tidak mundur dari pelayanan. Dia mengakhiri hidupnya dengan mati disalib (kaki di atas, kepala di bawah) di Roma. Terbukti Petrus mengikuti jejak Yesus, kasihnya bertumbuh sedemikian rupa kepada Yesus, tidak lagi melalui pengakuan tetapi perbuatan.

Setelah Yesus memberitahu bagaimana akhir hidupnya, Petrus berpaling dan melihat murid yang dikasihi-Nya (Yohanes) sedang mengikuti mereka. Petrus ingin tahu apa yang akan terjadi dengan Yohanes lalu bertanya kepada Yesus tetapi dengan tegas Yesus menjawab itu bukan urusannya (Yoh. 21:20-22).

Aplikasi: panggilan dan pelayanan itu bersifat pribadi, kita tidak boleh membandingkannya dengan panggilan dan pelayanan orang lain. Jangan kita semangat melayani karena melihat pelayanan orang lain berhasil namun kita menjadi lemah melihat orang lain lemah! Marilah melayani karena kita mengasihi Tuhan tanpa motivasi lain atau bergantung pada orang lain.

Jujur, kita suka mencampuri urusan orang lain ketimbang membereskan urusan kita sendiri yang masih kacau. Setiap dari kita harus bertumbuh dalam kasih dan iman kepada Tuhan. Sejauh mana hubungan kita dengan Tuhan? Kita dapat menguatkan iman orang lain yang lemah bila iman kita kuat seperti telah dialami oleh Rasul Petrus. Tuhan memanggil kita bukan tanpa maksud tetapi untuk melaksanakan tugas mulia yaitu “menangkap” jiwa dan memberinya makan dengan Firman Tuhan. Sudahkah kita melakukannya walau harus menanggung risiko (menderita) diejek, diremehkan bahkan ditolak? Jika belum/tidak masuk dalam pelayanan, sungguhkah kita mengasihi Dia? Namun jangan patah semangat, percayalah bahwa kebangkitan Yesus berkuasa memulihkan panggilan dan pelayanan kita agar sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Amin.

 

Anda dapat melihat rekaman Video Ibadah secara lengkap DISINI