YESUS BANGKIT MENEGUHKAN IMAN

 

Lemah Putro, Minggu, 13 Desember 2020

Pdm. Jusak Pundiono

 

 

Shalom,

Kita tahu Satgas Penanganan Covid-19 selalu mengingatkan penanggulangan virus mematikan ini melalui iman– aman–imun kemudian Wapres Ma’ruf Amin mengatakan bahwa kita juga membutuhkan berkah dan rahmat Allah maka kita dapat menambahkan kata “Amin”. Dengan iman, kita mengamankan diri (masker–sterilisasi–jaga jarak); dengan iman pula stres dapat diatasi sehingga menimbulkan imunitas tubuh, dalam doa kita nyatakan segala kekhawatiran kepada Allah dan Amin karena percaya. Jadi, diawali dengan “iman” dan diakhiri dengan “Amin”.

Bila kita mendengar berita-berita yang menakutkan atau adanya rencana ibadah new normal yang membuat kita ragu-ragu, iman–aman–imun harus ada dan kita terus mendoakan untuk kita aminkan bersama. Tuhan mau membangkitkan autoimun dan iman kita. Kita harus percaya bila Ia beserta kita, Ia pasti menolong kita namun kita tetap harus mematuhi prokes yang ditetapkan oleh Satgas. Tuhan mengingatkan agar kita tidak khawatir tentang apa pun juga tetapi menyatakan segala keinginan kita kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Flp. 4:6). Dengan demikian kita dapat menguatkan satu sama lain juga mengaminkan Firman Tuhan bertemakan “Yesus Bangkit Meneguhkan Iman” (Yoh.20:19-29).

Sekarang kita memasuki suasana Natal tetapi Firman Tuhan berbicara tentang kebangkitan. Apakah ada relevansinya? Baik Paskah maupun Natal sama-sama membutuhkan iman. Perlu diketahui, 15 bulan sebelumnya, Zakharia perlu beriman berkaitan dengan istrinya (Elisabet) yang mengandung; demikian pula Yusuf perlu beriman beberapa bulan sebelumnya untuk menerima Yesus di kandungan Maria. Jelas, Firman Tuhan tentang kebangkitan Yesus relevan di bulan Natal sebab kita perlu iman yang teguh.

Ada tiga kekuatan diberikan oleh Yesus yang bangkit untuk meneguhkan iman kita, yaitu:

Damai sejahtera dalam Yesus (ay. 19-23)
“Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” (ay. 19)

Saat itu para murid diliputi ketakutan hebat dan Yesus datang meneguhkan iman mereka dengan memberikan damai sejahtera.

Apa yang dilakukan Yesus kemudian? “Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.” (ay. 20)

Tampak ketakutan para murid berubah menjadi sukacita setelah melihat bukti visual/fisik dari Guru mereka. Memang Tuhan Yesus bersedia memberikan bukti fisik tetapi didahului dengan damai sejahtera. Bahkan Ia mengulangi “Damai sejahtera bagi kamu! (ay. 21a) dengan maksud iman kepada perkataan Yesus untuk mengalami damai sejahtera di dalam-Nya lebih utama daripada bukti visual/fakta/fisik.

Ucapan “Damai sejahtera bagi kamu” mengingatkan murid-murid pada perkataan Yesus sebelum Ia ditangkap yang mana Ia memberitahu akan meninggalkan mereka sesaat. Mereka akan diceraiberaikan dan menderita penganiayaan. Yesus mengatakan semua ini supaya mereka beroleh damai sejahtera dalam Dia sebab Ia telah mengalahkan dunia (Yoh. 16:33).

Aplikasi: kita yang percaya kepada-Nya dimeterai dengan darah-Nya. Dengan membaca Alkitab secara rutin dan tekun, kita makin dikuatkan dalam iman dan damai sejahtera dalam Yesus pasti menguasai hati dan pikiran kita. Dan terbukti kemenangan kebangkitan Yesus 2.000 tahun lalu tetap berkuasa hingga saat ini bahkan sampai Ia datang kembali. Ia selalu menang.

Dalam tata bahasa Yunani, damai sejahtera dari Yesus berbentuk tunggal diberikan kepada murid-murid yang plural/jamak → untuk menerima damai sejahtera di dalam Yesus, kita harus memiliki hubungan personal (tidak dapat ikut-ikutan) dengan-Nya.

Introspeksi: dengan adanya virus COVID-19, kita saat ini juga dikungkung tidak dapat bebas bepergian karena PSBB, begitu diberi sedikit kelonggaran dan adanya libur panjang banyak orang terpapar oleh virus yang mematikan ini. Masihkah kita ada damai atau ketakutan lebih menguasai kita? Apakah kita baru percaya kepada-Nya setelah ada bukti nyata/fisik ditolong oleh-Nya? Maukah kita membuka hati dan pikiran kita untuk menerima damai sejahtera dari-Nya?

Setelah Yesus memberikan damai sejahtera kepada murid-murid-Nya dan mereka beriman teguh, Ia mengutus mereka (ay. 21b) dan mengembuskan Roh Kudus (ay. 22). Apa kaitannya dengan kita sekarang? Walau belum mengerti saat membaca Alkitab, kita tetap tekun dan setia maka Roh Kudus akan membuat kita mengerti (Yoh. 16:12-13a). Ia telah mengetahui kondisi kita bahkan sebelum dunia dijadikan bahwa kita memerlukan damai sejahtera. Bila damai sejahtera meliputi kita, kita dipakai untuk melaksanakan visi-misi-Nya. Semua ini diawali dari diri sendiri yang dibereskan dari dosa-dosa (Yoh. 20:23) termasuk jika kita tidak beriman karena tidak beriman adalah dosa (Rm. 14:23). Kita patut bersyukur dengan makanan yang ada sebagai bentuk pemeliharaan dari-Nya namun Ia memerhatikan lebih dari sandang pangan yang kita butuhkan; oleh sebab itu kita tidak perlu terlalu khawatir atas persoalan penghidupan kita. Kalau dosa tidak beriman sudah membuat kita tidak damai sejahtera (Yoh. 16:8), Roh Kudus akan menginsafkan supaya kita diampuni oleh kuasa pengampunan kurban Kristus sebab Ia mau memakai kita mengabarkan pengampunan dosa.

Logika yang Alkitabiah (ay. 24-25)
“Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”

Ini menyangkut masalah logika Tomas. Walau sudah menjadi murid Yesus, ternyata imannya masih dikaitkan dengan melihat dan mengetahui lebih dahulu. Dengan kata lain, imannya harus realistis sejalan dengan rasio.
Logika Tomas-isme ini merupakan problem Tomas pribadi bukan salah siapa-siapa, buktinya: Maria Magdalena telah bersaksi (ay. 18); Yohanes yang melihat kubur kosong percaya dan pasti bersaksi (ay.8) tetapi kesaksian mereka berdua tidak menimbulkan iman kepada mayoritas murid-murid, mereka malah ketakutan dan Yesus hadir memberikan damai sejahtera-Nya.

Ketika akhirnya mayoritas murid beriman (ay. 25), mereka bersaksi saling menguatkan tetapi Tomas seorang diri tetap tidak beriman. Ini membuktikan bahwa iman adalah persoalan pribadi karena berkaitan dengan logika pribadi.

Introspeksi: bukankah sering terjadi logika kita muncul saat menghadapi masalah, kita berpikir manusiawi dan bersikap realistis? Misal: ketika tidak timbul iman seusai kebaktian, kita sering menyalahkan pemimpin pujian atau nyanyian Paduan Suara atau pengkhotbahnya kurang urapan dan suasananya sepi tidak ada bahasa roh padahal hati kita yang kosong dengan Firman Tuhan sehingga logika kita tidak rohani. Tuhan mau mengubah logika manusiawi menjadi logika Alkitabiah berdasarkan Firman Tuhan; mungkin tidak masuk akal tetapi ini namanya iman. Iman harus timbul dari percaya akan perkataan Yesus secara pribadi sehingga dalam situasi- kondisi apapun Firman damai sejahtera tetap menguasai hati dan pikiran kita.

Bagaimana model logika Tomas-isme ini? Kalau Yesus secara fisik ada bersamanya, Tomas menggebu-gebu dan risiko apapun akan diterjang (Yoh. 11:16).

Pertanyaan: apakah ibadah dan pelayanan kita menggebu-gebu saat tokoh rohani yang kita hormati sedang bersama kita? Sebaliknya, saat menghadapi masalah sendirian dan tokoh rohani tersebut tidak ada, apakah kita masih bersemangat atau perbuatan iman kita nol?

Siapa Tomas Didimus ini? Tomas adalah nama Yahudi sedangkan Didimus adalah nama Yunani. Ini mengingatkan kita akan logika manusia Yahudi yang menghendaki tanda dan manusia Yunani yang mencari hikmat (1 Kor. 1:22-23).

Bagaimana dengan sikap kita, bangsa kafir yang menjadi orang Kristen? Rahmat Allah jatuh pada kita karena Yesus masih ditolak oleh mayoritas orang Yahudi, apakah alam bawah sadar kita masih disetir oleh logika

Yahudi dan Yunani (logika Tomas-isme) sehingga saat menghadapi berita menakutkan iman kita mati? Waspada, jika kita mengutamakan rasio dan bukti, kita harus bertobat agar memiliki logika Alkitabiah.

Apa yang dilakukan Yesus terhadap Tomas yang tidak beriman ini?

Pengakuan supranatural tentang Yesus (ay. 26-29)
“Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!” (ay. 26)

Delapan hari berarti telah melewati hari Sabat – hari perenungan diri dan kesempatan mengingat kembali kematian Yesus menjelang Sabat, mengingat janji damai sejahtera dalam-Nya juga Yesus telah mengalahkan dunia. Ketika Yesus datang dengan cara sama dan mengucapkan “damai sejahtera bagi kamu”, hubungan personal Tomas dengan Yesus kembali dipulihkan terlihat dari pengakuannya, “Ya Tuhanku dan Allahku.” (ay.28) Roh Kudus memberikan pengakuan itu kepada Tomas (1 Kor. 12:3).

Aplikasi: saat menghadapi masalah, hendaknya kita mengambil waktu merenungkan pengalaman-pengalaman lalu bersama Tuhan, merenungkan kurban Kristus, kematian-kebangkitan-Nya juga Ia sudah mengalahkan dunia dan maut maka Roh Kudus memberikan damai sejahtera dan menolong agar kita memiliki logika Alkitabiah serta pengakuan yang benar tentang Yesus.

Tomas mengalami pengalaman supranatural ketika Yesus menampakkan diri dan menyuruh dia mencucukkan jari ke lambung-Nya (ay. 27). Memang ada orang-orang yang mengalami pengalaman supranatural terutama dari non-kristen untuk mengubah pengakuan natural mereka bahwa Yesus hanyalah tokoh, salah satu nabi Kristen dll. menjadi pengakuan supranatural, “Yesus adalah Tuhan dan Allah” karena mereka belum membaca Alkitab. Berbeda dengan kita yang mempunyai Alkitab, kita tidak boleh menuntut pengalaman yang sama tetapi kita harus tetap tekun dan setia membaca Alkitab maka Roh Kudus akan terus mengingatkan pengakuan supranatural ini.

Tomas insaf secara pribadi dan janji damai sejahtera dalam Yesus dialaminya. Dia juga insaf bahwa Yesus sudah menang atas dunia dan maut kemudian mencetuskan pengakuan supranatural bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah baginya.

Rasul Yohanes menulis dalam suratnya bahwa setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa tetapi Allah melindunginya dan si jahat tidak dapat menjamahnya sebab dunia berada di bawah kuasa si jahat (1 Yoh. 5:18-19). Anak Allah telah datang dan memberikan kita pengertian supaya kita mengenal Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal (ay. 20). Namun kita harus waspada terhadap segala berhala (ay. 21) termasuk berhala logika manusia duniawi, percaya setelah melihat bukti (Yoh. 20;29) dan berhala kekhawatiran yang menyesatkan bahkan mematikan iman kita.

Jika kita pernah mendengar bahwa Tomas pergi sebagai utusan dan menginjil sampai Asia Selatan dengan menggebu-gebu menerjang risiko apapun bukan lagi karena secara fisik Yesus bersamanya, tetapi karena iman bahwa Yesus yang telah menang atas dunia dan maut ada bersamanya dan damai sejahtera melingkupinya. Bagaimana dengan kita? Bersediakah kita diutus?

Kebangkitan Yesus meneguhkan iman kita, memberikan damai sejahtera di dalam-Nya, mengubah logika manusiawi kita menjadi Alkitabiah dan memampukan kita mengakui Dia sebagai Tuhan dan Allah. Dengan iman yang teguh, kita dapat melalui hari-hari yang makin sulit ini sambil menantikan kedatangan-Nya kembali yang akan menjadikan seluruh dunia kerajaan damai sejahtera-Nya. Amin.

 

Anda dapat melihat rekaman Video Ibadah secara lengkap DISINI