YESUS KEBENARAN YANG DISALIBKAN

 

Lemah Putro, Minggu, 15 November 2020

Pdt. Paulus Budiono

 

 

Shalom,

Sungguh kurban dan kasih Yesus Kristus terlalu besar bagi kita semua, tidak ada seorang/sesuatu pun dapat menandinginya. Terlebih saat kita mendengar maupun membaca Firman Tuhan, kita dibawa ke dalam seluruh kebenaran oleh Roh Kudus yang tinggal dalam hidup kita. Namun harus diakui kita sering gagal mempraktikkan perintah-Nya sehingga kita jatuh bangun menghadapi ujian dan pencobaan yang melanda kita.

Bila kasih, anugerah dan darah-Nya yang tercurah terlalu besar bagi manusia berdosa, apa balasan yang diterima oleh-Nya? Ia yang adalah kebenaran malah disalibkan. Pasti tak seorang pun ingin mengalami hukuman disalib sebab hal ini sangat menakutkan, mengerikan dan memilukan hati.

Ketika kita membaca artikel apa pun (novel, cerpen, cerita bersambung dll.) atau menonton film jenis apa saja, akhir cerita pasti ditutup entah dengan kebahagiaan (happy ending) atau kepedihan (sad ending). Begitu pula dengan kehidupan manusia pada akhirnya.

Masalahnya, sering orang Kristen membaca dan mendengar ulang berulang kisah sedih Yesus disalib lalu mati selama tiga hari dan bangkit kembali lama kelamaan menjadi pengetahuan sejarah yang berlangsung begitu saja tanpa makna lagi.

Bagaimana reaksi seseorang/ banyak orang terhadap kematian Yesus?

Setelah Yesus mati dan dikubur, dua orang murid-Nya pergi ke kampung bernama Emaus yang terletak tujuh mil dari Yerusalem. Mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran ketika Yesus mendekati mereka dan berjalan bersama-sama dengan mereka. Mereka tidak mengenal Yesus dan mereka tampak begitu sedih. Yesus bertanya apa yang menjadi topik pembicaraan mereka. Mereka mengira Yesus orang asing yang tidak tahu apa yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Mereka menceritakan tentang Yesus yang diharapkan datang untuk membebaskan bangsa Israel tetapi telah mati dengan hukuman disalib (Luk. 24:13-21). Mereka akan tetap tenggelam dalam kesedihan jika Yesus tidak membuka mata mereka untuk mengenal siapa Dia (ay. 31).

Di sisi lain, Paulus mengatakan, “Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus yaitu Dia yang disalibkan.” (1 Kor. 2:2)

Saulus, orang Yahudi, sangat membenci pengikut-pengikut Yesus dan berusaha menangkapi dan memenjarakan mereka (Kis. 9:1-2) dalam menaati hukum Taurat (Flp. 3:6) dengan ketat yang berjumlah 613 perintah. Dia berhasil melakukannya sebagai orang Farisi. Namun semua berubah setelah perjumpaannya dengan Yesus dalam perjalanan ke Damsyik ketika dia mendengar suara, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.” (ay. 5). Dia bertobat kemudian lebih dikenal dengan nama Paulus. Dia menjadi murid Yesus yang militan dan dengan gigih memberitakan Injil Kristus (Rm. 15:19) serta memutuskan fokus kepada Yesus Kristus yang disalibkan.

Introspeksi: bagaimana kita menyikapi Yesus, kebenaran yang disalibkan ini?

Mengapa Paulus tidak mau mengetahui yang lain kecuali Yesus Kristus yang disalibkan? Logikanya, (manusia) Yesus yang dipaku di atas kayu salib tidak berdaya sama sekali, diejek-ejek diam saja bahkan tidak berdaya untuk turun sendiri dari kayu salib. Namun Paulus tetap mengemukakan dan mengangkat topik Yesus yang disalibkan.

Kita mempelajari lebih dahulu bagaimana Yesus menjalani proses kematian-Nya. Orang-orang Yahudi berteriak “Enyahkan Dia! Salibkan Dia!” dan Yesus memikul salib ke Tempat Tengkorak atau Golgota (Yoh. 19:15-17). Sebelum putus nyawa, Yesus haus dan meminum anggur asam (ay. 28-30). Melihat Yesus telah mati, prajurit-prajurit tidak mematahkan kaki-Nya tetapi salah satu dari mereka menikam lambung Yesus dengan tombak dan keluarlah darah dan air (ay. 33-34).

Siapakah Yesus ini? Dari awal Ia disebut sebagai Firman dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1) yang menjadi manusia/daging dan berdiam/bertabernakel di antara kita; Ia penuh dengan kasih karunia dan kebenaran (ay. 14). Hukum Taurat diberikan oleh Musa tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus (ay. 17). Tidak ada seorang pun pernah melihat Allah (Bapa) tetapi Yesus, Anak Tunggal Allah, menyatakan-Nya (ay. 18).

Sejak dari awal penulisan Injil Yohanes, sudah tercetus dunia diciptakan oleh-Nya tetapi dunia tidak mengenal-Nya (Yoh. 1:10). Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya tetapi mereka tidak menerima-Nya (ay. 11). Sejak dari awal pula tebersit Yesus, kebenaran, datang membawa banyak berkat tetapi ditolak satu persatu oleh orang-orang Yahudi. Pada mulanya grafik penolakan akan Dia belum begitu nyata (tertulis di pasal-pasal permulaan) tetapi grafik ketidaksenangan yang disimpan di dalam hati itu terus meningkat hingga tercetus kata-kata “salibkan Dia”. Berita kematian Yesus disalib harus ditulis dan diberitakan (tidak boleh dilewati) supaya kita mengenal Yesus secara utuh. Jangan kita membaca beberapa ayat di satu Injil kemudian pindah ke ayat-ayat di Injil lain; biasakan membaca seluruh pasal walau empat Injil yang ditulis berfokus pada Pribadi Yesus.

Mengapa Yesus kebenaran itu disalibkan? Tidakkah kita lebih senang mendengar Petrus mencegah Guru-Nya mengalami sengsara (Mat. 16:21-22)? Namun Yesus malah tidak senang mendapat sanjungan/dukungan agar tidak disalib. Jujur, bukankah pemimpin-pemimpin rohani lebih suka mendapat dukungan dari banyak orang saat menghadapi tantangan?

Kesalahan apa yang diperbuat Yesus sehingga salib sebagai hukuman tertinggi dijatuhkan kepada-Nya sementara orang Romawi sendiri tidak pernah dijatuhi hukuman salib? Ada dua kebenaran yang ditolak oleh orang-orang Yahudi dan membuat Yesus disalib, yaitu: menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah (Yoh. 19:7-8) dan Raja (ay. 12-15).

Orang-orang Yahudi dapat menerima perbuatan baik/sosial yang dikerjakan Yesus tetapi mereka menolak kebenaran sesungguhnya ketika Yesus menyatakan identitas diri-Nya sebagai Anak Allah dan Raja.

Pilatus sebagai gubernur yang mempunyai wewenang/kuasa untuk membebaskan atau menyalibkan Yesus pun tidak berdaya mendapat tekanan dari orang-orang Yahudi yang mengancam jika dia membebaskan Yesus, dia bukan sahabat kaisar; oleh sebab itu dia mengikuti kemauan mereka dan menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Jelas, kebenaran absolut telah ditolak bahkan Pilatus sendiri malah bertanya kepada Yesus apa itu kebenaran.

Ironis, sangatlah manusiawi ketika seseorang berbuat baik dan dianggap kebenaran tetapi mengapa Yesus menyatakan kebenaran sejati malah ditolak dan disalib? Selama 3½ tahun pelayanan, Yesus senantiasa melakukan perbuatan baik di setiap tempat tetapi begitu menyampaikan kebenaran Ia disalib. Memang sebagai manusia, Yesus lemah tak berdaya ketika disiksa hingga mati disalib tetapi kematian-Nya justru membuktikan bahwa kebenaran-Nya absolut → Ia bangkit karena Ia adalah Firman dan Allah sendiri (Yoh. 1:1) yang tidak dapat mati (Kis. 2:23-24).

Sesungguhnya Tuhan, Sang Pencipta, tidak pernah mengecewakan kita berkaitan dengan kebenaran; sebaliknya, jangan berharap pada dunia yang penuh dengan ketidakadilan. Masalahnya, kita sering melupakan kematian-Nya dan menganggapnya biasa tak bermakna padahal kebenaran melalui proses kematian justru menguatkan/ mengukuhkan kebenaran itu sendiri.

Apa dampak menerima Yesus, kebenaran yang mutlak?

  • Saulus berhasil mengikuti peraturan Taurat secara agamawi. Dia tahu Yesus disalib lalu mati dan dikuburkan. Dia juga mendengar orang-orang mengatakan Yesus bangkit dari kematian tetapi dia tetap membenci-Nya. Dia masih melanjutkan menangkapi, menganiaya dan memenjarakan pengikut-pengikut Yesus yang dibencinya. Namun kata-kata singkat dari Yesus “mengapakah engkau menganiaya Aku” saat dia berjumpa dengan-Nya membuat dia diselamatkan. Sejak itu dia memutuskan tidak mau tahu apa-apa kecuali Yesus Kristus yang disalibkan. Terbukti Yesus, kebenaran yang disalib itu telah mengubah hidupnya.

Introspeksi: masihkah kita meragukan Yesus adalah kebenaran juga Anak Allah? Atau hanya menganggap-Nya sebagai tokoh agama yang hebat dan nabi besar? Tahukah Yesus disalib karena manusia menolak kebenaran? Dan Iblis adalah bapa segala dusta juga pembunuh manusia sebab di dalam dia tidak ada kebenaran (Yoh. 8:44).

  • Kepada perempuan Samaria, Yesus menyuruhnya menyembah Bapa bukan di gunung Samaria atau di Yerusalem tetapi menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23). Kita tahu orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria sebab sukuisme yang masih kuat. Yesus datang membawa kebenaran, membuat kehidupan nikah perempuan Samaria yang gagal itu dipulihkan.

Bagaimana relasi sinode gereja satu dengan gereja lainnya? Apakah menyimpan ketidaksenangan karena takut disaingi? Yang jelas, makin timbul banyaknya sinode, makin banyak pula perpecahan terjadi di dalamnya. Tuhan menginginkan adanya penyembahan yang benar dan suasana harmonis dalam kehidupan rumah tangga dan nikah.

  • Yesus mengatakan, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku….kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:31-32). Dengan kata lain, Firman Tuhan yang kita dengar jangan hanya berbentuk teori tetapi disimpan dalam hati maka kita mengenal kebenaran dan dilakukan maka kita mengalami kemerdekaan/kebebasan.
  • Yesus juga mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6) Memang banyak jalan menuju Roma tetapi jalan menuju Surga hanya satu itulah Yesus. Dan tidak ada seorang pun kecuali Yesus berani mengaku dapat membuat orang masuk Surga sebab Ialah yang empunya Kerajaan tersebut. Namun sayang banyak orang tidak mengenal kebenaran ini sehingga Ia disalib.
  • Yesus berdoa untuk 11 murid-Nya (Yudas Iskariot telah meninggalkan mereka) juga untuk mereka (orang-orang percaya) yang memercayai pemberitaan murid-Nya (Yoh. 17:20) yang sekarang ditulis dalam bentuk Alkitab. Alkitab yang dikanonisasi oleh bapak-bapak gereja adalah Firman Tuhan yang memiliki kuasa penyucian.

Hendaknya kita percaya bahwa Alkitab yang telah teruji ribuan tahun ini adalah kebenaran (= Firman) yang berkuasa menyucikan hati, pikiran dan seluruh hidup kita seperti tertulis dalam Yohanes 17:17, Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.

Jangan menolak Yesus dan kebenaran-Nya karena sama dengan menyalibkan Dia! Perhatikan, mereka menolak Yesus karena mereka lebih suka mempertahankan egonya yang telah terkontaminasi oleh dosa. Sebaliknya, terimalah Dia maka kita akan dilingkupi oleh suasana kebenaran. Jika kita mengakui dosa kesalahan kita, salib Kristus berkuasa mengampuni, memerdekakan dan memberikan kita hidup kekal untuk bersatu dengan Dia selamanya. Amin.

 

Anda dapat melihat rekaman Video Ibadah secara lengkap DISINI