YESUS MERINDUKAN KESATUAN GEREJA

Lemah Putro, Minggu, 11 Oktober 2020 Pdt. Paulus Budiono

 

 

Shalom,

Harus diakui masih ada di antara kita yang belum/ tidak bersatu seperti yang Tuhan inginkan entah karena tidak merindukan, tidak mengerti atau merasa berat melakukannya. Hendaknya kita belajar menyatukan pikiran dan hati agar berkat-Nya menyertai kita di mana pun kita berada sebab Dialah yang Empunya hidup, berkat, kuasa dll. yang tidak dapat diberi oleh dunia dan kita memperolehnya di dalam Firman, Roh Kudus dan kasih-Nya.

Tahukah permohonan “jadikan mereka satu” yang tertulis dalam Injil Yohanes 17 merupakan doa Yesus (bukan kita) kepada Bapa-Nya? Injil Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes ± 85-95M, berarti sudah 2000 tahun doa “jadikan satu” ini masih terus dipanjatkan. Jujur, sudahkan kita bersatu? Apakah perpisahan (social distancing) karena pandemi COVID-19 menunjukkan kita tidak bersatu? Dan benarkah kalau kita kumpul bersama itu bersatu?

Mengakhiri perjalanan hidup-Nya di dunia sebelum masuk dalam penderitaan disalib, Yesus berdoa (imamat) kepada Bapa-Nya dengan permintaan “supaya mereka menjadi satu sama seperti Engkau (= Bapa) dan Aku adalah satu”. Ia berdoa kepada Bapa-Nya hingga empat kali. Apa yang menjadi pokok doa-Nya?

  • “….Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.” (ay. 11)

Siapa yang dimaksud “mereka” dalam doa Yesus? 11 murid-Nya karena Yudas Iskariot telah memilih meninggalkan persekutuan dengan Guru dan rekan-rekan sepelayanannya demi uang (Mat. 26:14-16).

Ternyata tidak ada satu murid pun memikirkan kesatuan, hanya Yesus sebagai Kepala gereja yang sangat merindukan kesatuan erat dari anggota tubuh-Nya sebab tidak mungkin anggota-anggota tubuh dapat bersatu tanpa Kepala. Siapa yang dapat menyatukan tubuh Kristus? Hanya satu nama itulah Nama Bapa Surgawi yang diberikan kepada Yesus untuk diestafetkan kepada murid-murid-Nya (juga kita). Nama ini bukan sembarang nama tetapi Nama ini berkuasa memelihara, melindungi dan menjaga gereja-Nya.

Kenyataannya, sekarang gereja mempunyai banyak nama, sinode, organisasi dan denominasi berakibat makin banyaknya kekacauan dan perpecahan. Dengan nama siapa gereja kita dibangun? Kita ikut bertanggung jawab bila kesatuan yang timbul bersifat semu karena berpihak hanya pada aliran/ kelompok tertentu yang memungkinkan terjadinya perpecahan. Memang untuk ketertiban, pendeta/ gembala bertanggung jawab terhadap gereja yang dipimpinnya tetapi hanya Nama Yesus yang berkuasa melindungi dan memelihara semua gereja.

Nama Yesus begitu berkuasa sehingga Petrus menegaskan bahwa di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang dapat menyelamatkan kecuali Nama Yesus Kristus (Kis. 4:12,10). Oleh sebab itu kita harus percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, untuk beroleh hidup dalam Nama-Nya (Yoh. 20:30-31). Jelas, kita harus memiliki Nama Yesus yang tidak hanya berkuasa mengusir setan, mengadakan mukjizat tetapi menyatukan juga menyelamatkan untuk beroleh hidup kekal.

Yesus telah berdoa tentang penyatuan 2.000 tahun lalu dan sampai sekarang masih ditemukan banyak gereja belum/ tidak menyatu. Maukah kita menerima kesatuan di dalam Nama-Nya atau malah menolaknya?

Sesungguhnya doa permohonan Yesus kepada Bapa-Nya sudah, sedang dan terus digenapi. Setelah Yesus naik ke Surga, para murid menunggu hari Pentakosta dan Petrus digerakkan Tuhan untuk menambah satu orang pengganti Yudas Iskariot agar mereka kembali menjadi kelompok 12 murid/ rasul dan terpilihlah Matias melalui undian (Kis. 1:15, 23-26). Yesus mau supaya 12 rasul ini membawa berita pertobatan dan pengampunan dosa dalam Nama-Nya kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem (Luk. 24:47). Nama 12 rasul yang menyandang Nama di atas segala nama ini diteguhkan dengan ditulis pada batu dasar tembok Yerusalem baru yang turun dari Surga dan penuh dengan kemuliaan Allah (Why. 21:9-14).

Aplikasi: kesatuan sedang dibangun sekarang, masihkah kita menghargai Nama-Nya atau menyanjung nama pendeta yang kita kagumi atau memuji orang yang telah banyak berkurban?

  • “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka supaya mereka semua menjadi satu sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau agar mereka juga di dalam kita supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (ay. 20-22)

Terbukti kesatuan terjadi oleh sebab pemberitaan (satu) Firman. Firman macam apa? Firman adalah Allah dan menjadi manusia, berdiam di dalam kita karena Ia mengasihi manusia berdosa (Yoh. 1:1,14; 3:16).

Kita disatukan oleh perkataan Firman sementara hamba Tuhan hanyalah alat/ penyalur terjadinya kesatuan. Kita harus yakin Alkitab adalah Firman Allah yang terdiri dari 66 kitab, ditulis oleh 40 penulis dari latar belakang pendidikan, sosial dan era beda tetapi semua diurapi oleh Roh Kudus. Jangan memilah-milah kitab kemudian mengasihi Firman Allah tertentu misal menyukai tulisan dari Rasul Paulus yang pandai ketimbang kitab/surat tulisan Petrus yang pernah menyangkal! Mengapa gereja tidak dapat bersatu? Karena salah pandang dan salah mengambil sikap. Bukankah Yesus memberikan semua Firman kepada murid-murid-Nya tetapi Yudas Iskariot menyia-nyiakannya karena tidak percaya?

Setelah lengkap jumlahnya kembali menjadi 12 rasul, mulailah mereka memberitakan Injil di Yerusalem, Samaria hingga ke ujung bumi. Petrus dan Yohanes berkhotbah di Yerusalem dan banyak jiwa dimenangkan (Kis. 4:4) membuat imam besar dan pengikut-pengikutnya yaitu orang-orang dari mazhab Saduki iri hati dan menjebloskan mereka ke penjara (Kis. 5:17). Terjadilah penganiayaan terhadap pengikut Yesus, Stefanus ditangkap dan dirajam batu hingga mati (Kis. 7) lalu jemaat di Yerusalem menyebar ke seluruh Yudea dan Samaria (Kis. 8:1b). Filipus memberitakan Injil ke Samaria dan gereja di sana terbangun. Kemudian Petrus dan Yohanes diutus ke Samaria dan berdoa maka orang-orang Samaria dipenuhi Roh Kudus (Kis. 8:14-17). Perhatikan, di mana ada Roh Kudus, di situ gereja disatukan bukan gereja yang suka menghakimi gereja lain yang “tidak ada Roh Kudus”. Jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria dalam keadaan damai karena hidup takut akan Tuhan dan jumlahnya makin bertambah oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus (Kis. 9:31). Petrus pergi ke Kaisarea atas perintah Tuhan melalui penglihatan untuk memberitakan Injil kepada Kornelius, perwira pasukan Italia (orang kafir). Saudara dan sahabat-sahabat Kornelius (bangsa kafir) yang mendengarkan khotbah Petrus dipenuhi Roh Kudus (Kis. 10); mereka terintegrasi menjadi keluarga Allah dalam Nama Yesus. Terbukti pemberitaan Yesus, Anak Allah yang tersalib, menyatukan orang Israel dan orang kafir.

Lebih lanjut, Paulus dan Barnabas mengabarkan Injil kepada bangsa kafir di Antiokhia (Kis. 11). Paulus sempat menegur keras Petrus yang munafik, tidak sesuai dengan kebenaran Injil, karena bersikap pura-pura terhadap saudara-saudara yang bersunat (Gal. 2:11-14). Paulus kemudian mengajak Timotius (campuran orang Yunani dan Yahudi; Kis. 16:1-3) juga Titus (non-Yahudi) dalam pelayanan. Paulus menulis surat dan menyatukan jemaat Kolose menjadi manusia baru (Kol. 3:11). Rasul Yohanes menulis kepada tujuh jemaat di Asia Kecil dan semua bangsa kafir menyatu, mereka tidak pindah dari gereja satu ke gereja lainnya. Dalam penglihatan pula, Rasul Yohanes melihat orang yang tidak terhitung banyaknya dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa (bangsa kafir) memberi hormat kepada Allah dan Anak domba yang duduk di takhta (Why. 7:9-17). Mereka dituntun ke mata air kehidupan itulah Yerusalem baru.

Introspeksi: bagaimana dengan gereja sekarang? Harus diakui, imam-imam dan jemaat begitu mudah pindah ke gereja lain hanya karena tidak senang dan tersandung dengan sesama imam, jemaat atau pendetanya. Gereja Tuhan tidak boleh kompromi dengan model/ cara dunia hanya supaya terjadi “kesatuan”. Kita harus kembali pada Firman Tuhan, jangan terkontaminasi oleh budaya, kebiasaan atau ritual keagamaan.

  • “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita adalah satu” (ay. 22)

Siapa tidak suka kemuliaan? Bukankah para ilmuwan berlomba untuk meraih nobel supaya namanya terkenal di seluruh muka bumi? Namun hanya kemuliaan Yesus yang dapat mempersatukan kita semua. Oleh sebab itu kemuliaan yang diberikan Yesus harus kita estafetkan kepada siapa saja supaya terjadi kesatuan luar biasa.

Apa itu kemuliaan Allah? Yohanes 12:23-24 menuliskan, “…Telah tiba saatnya Anak manusia dimuliakan…..jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”

Ternyata kemuliaan yang Yesus berikan selalu dimulai dengan tanda penderitaan. Siapkah para murid (juga kita) menderita? Para murid tidak mengerti makna Anak manusia dimuliakan, ketika Yudas iskariot menjual Yesus dan serombongan orang suruhan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi menangkap-Nya, semua murid meninggalkan Dia dan melarikan diri (Mat. 26:47,56). 60 tahun kemudian Rasul Yohanes menulis kisah ini dan ia yakin itulah yang dimaksud dengan kemuliaan Yesus.

Marilah kita memiliki pikiran dan perasaan seperti yang terdapat dalam Yesus. Ia merendahkan diri menjadi manusia yang taat sampai mati di kayu salib (Flp. 2:5,8). Mana kemuliaan-Nya? Ketika Ia bangkit dari kematian, Bapa meninggikan/ memuliakan Dia dan mengaruniakan nama di atas segala nama (ay. 9).

Yesus memberikan Nama-Nya kepada para murid-Nya sehingga nama mereka tercantum di batu dasar dari tembok Yerusalem baru (Why. 21:14). Hendaknya nama kita juga ikut tercantum di dalam kota Yerusalem, dibangun dengan dasar Yesus Kristus dan kita terbuat dari bahan emas, perak, batu permata bukan dari kayu, rumput kering atau jerami (1 Kor. 3:11-12).

Pertanyaan: kemuliaan apa yang kita kejar? Apakah kedudukan tinggi, kekayaan melimpah, pendidikan tinggi dengan titel banyak untuk kemuliaan diri sendiri? Yesus beroleh kemuliaan dari Bapa bukan untuk dinikmati sendiri tetapi diteruskan kepada para murid dan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Sayang, banyak orang percaya kepada Yesus tetapi tidak berani mengaku sebab takut dikucilkan. Mereka lebih suka kehormatan/ kemuliaan manusia ketimbang kehormatan/ kemuliaan Allah (Yoh. 12:42-43). Jangan takut dinista karena nama Kristus sebab Roh kemuliaan Allah ada pada kita (1 Ptr 4:14). Buktinya, para rasul zaman dahulu ditangkap dan dijebloskan ke penjara, disiksa bahkan mati syahid demi Nama Kristus namun mereka tetap bersukacita karena dianggap layak dipercaya memberitakan Injil (bnd. 2 Tes. 2:2-4). Faktanya, gereja makin terpecah-belah karena pendetanya minta dihargai dan diperhatikan.

  • “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka sama seperti Engkau mengasihi Aku.” (ay. 23)

Perlu diketahui kesempurnaan tidak dapat lepas dari kasih Agape dan Allah adalah kasih (yang sempurna).

Introspeksi: bila terjadi pergesekan dan pertengkaran, kita harus periksa kasih macam apa yang kita miliki? Apakah ditandai dengan pengorbanan? Tahukah Allah mencurahkan kasih-Nya di dalam hati kita oleh Roh Kudus justru saat kita masih berdosa (Rm. 5:5,8)? Kondisi hidup yang porak poranda hanya dapat disatukan oleh kasih Allah sebab kasih manusia makin dingin (Mat. 24:12); buktinya, istri tidak tunduk kepada suami dan suami tidak mengasihi istri, anak memberontak kepada orang tua dst.

Sekarang kita mengerti yang mampu mempersatukan individu satu dengan yang lain, gereja satu dengan lainnya, hanyalah: (1) Nama Yesus → Mazbah Pembakaran Ukupan (2) Pemberitaan Firman Allah → Meja Roti Sajian (3) Kemuliaan salib-Nya → Kandil Emas (4) Kasih Allah (Agape) yang sempurna → Tabut Perjanjian.

Hendaknya gereja Tuhan memiliki kerinduan untuk bersatu di bawah kendali Tuhan Yesus sebagai Kepala gereja hingga kelak nama kita semua tercantum di Yerusalem baru dan tinggal bersama Dia, Mempelai Pria Surga, selamanya. Amin.

 

Anda dapat melihat rekaman Video Ibadah secara lengkap DISINI