YESUS POKOK ANGGUR YANG BENAR

 

Yohanes 15:1-17

Lemah Putro, Minggu, 13 September 2020 Pdt. Paulus Budiono

 

 

Shalom,

Hendaknya kita membiarkan Tuhan – Firman yang hidup – memegang tangan kita yang lemah dan sering keliru bertindak agar Ia berkarya di dalam kita. Jangan bertindak sebaliknya, jika kita memegang tangan-Nya, ada kemungkinan kita akan melepas tangan-Nya ketika kita tidak membutuhkan Dia; akibatnya kegagalan demi kegagalan menimpa kita.

Apa pesan Firman Tuhan saat ini untuk kita pegang teguh? Yohanes 15:1-17 menuliskan, Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya…..Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa…..Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku…Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”

Rasul Yohanes menulis bahwa Yesus adalah pokok anggur yang benar sementara Bapa-Nya adalah pengusahanya. Jelas di sini ada kaitan antara Anak dan Bapa. Jadi, bila kita ingin mengagungkan Bapa Surgawi, kita perlu mengenal anak-Nya sebab tidak ada seorang pun datang kepada Bapa tanpa melalui Yesus, Anak-Nya (Yoh. 14:6). Lebih lanjut Yesus menjelaskan bahwa kita adalah ranting-ranting-Nya.

Ucapan “Akulah (I am)..” bukanlah sekadar pengakuan diri tentang status-Nya sebab dari pengakuan “Akulah..” orang Yahudi dan Farisi menjadi marah. Ilustrasi: ketika kita memperkenalkan Bpk. X sebagai dokter gigi yang pintar kepada teman yang lagi sakit gigi, terserah teman mau percaya dan berobat kepada dokter gigi tersebut untuk disembuhkan sakitnya atau menolak dan pergi ke dokter gigi lain. Bagaimana kita merespons pengakuan Yesus sebagai pokok anggur yang benar? Sungguhkah kita mempercayai-Nya?

Injil Yohanes mencatat tujuh kali Yesus memperkenalkan diri dengan “Akulah..” yaitu:

  • Akulah roti hidup (Yoh. 6:35,48)
  • Akulah terang dunia (Yoh. 8:12; 9:5)
  • Akulah pintu (Yoh. 10:9)
  • Akulah gembala yang baik (Yoh. 10:11)
  • Akulah kebangkitan dan hidup (Yoh. 11:25)
  • Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6)
  • Akulah pokok anggur yang benar (Yoh. 15:1).

Setelah itu Yesus tidak lagi mengatakan “Akulah…” di pasal-pasal selanjutnya.

Bila kita perhatikan lebih cermat, perkataan Yesus tentang “Akulah (= I am)..” terkait dengan pertanyaan Musa kepada Allah tentang siapa Nama-nya ketika ia diutus untuk membawa umat-Nya (Israel) keluar dari Mesir. Allah menjawab, “AKU ADALAH AKU (= I AM WHO I AM)” (Kel. 3:14).

Dalam urapan Roh Kudus, Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes setelah ± 60 tahun mengikut Yesus. Apa reaksi dari pendengar ketika ia mengutip perkataan Yesus tentang “Akulah…”? Orang-orang yang mendengar-Nya belum/ tidak mengerti, bimbang bahkan tidak sedikit yang menolak-Nya. Contoh:

  • Waktu Yesus mengatakan, “Akulah roti hidup”, banyak murid-Nya mengundurkan diri tidak lagi mengikut Dia, tinggal 12 murid bahkan satu dari mereka (Yudas Iskariot) nanti mengkhianati-Nya karena sejak awal ia tidak percaya namun akhirnya semua murid meninggalkan-Nya ketika Ia ditangkap (Yoh. 6:48,66; Mat. 26:56).
  • Saat Yesus mengatakan, “Akulah terang dunia”, orang-orang Farisi menganggap kesaksian-Nya tidak benar (Yoh. 8:12-13).
  • Ketika Yesus mengatakan, “Akulah pintu bagi domba-domba dan Akulah gembala yang baik”, orang-orang Yahudi menganggap-Nya kerasukan setan dan gila (Yoh. 10:19-20).
  • Tatkala Yesus mengatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup” kemudian membangkitkan Lazarus dari kematian, terjadi kehebohan luar biasa. Imam-imam kepala dan orang Farisi memanggil Mahkamah Agama dan mereka berencana untuk membunuh Yesus termasuk Lazarus yang dibangkitkan (Yoh. 11:46-53; 12:9- 10).

Ternyata tidak mudah untuk meyakinkan orang percaya kepada Yesus walau mereka telah melihat mukjizat. Bagaimana dengan kita? Percayakah kita akan tujuh pernyataan Yesus tentang “Akulah…” atau hanya sebagian yang cocok bagi kita?

Apa target yang diinginkan Yesus ketika kita menjadi ranting-ranting-Nya? Berbuah banyak namun harus diperhatikan rasa buah anggur yang dihasilkan, apakah masam, cukup manis atau sangat manis. Bagaimana dapat menghasilkan rasa yang terlezat? Rantingnya rajin dibersihkan oleh Firman Tuhan (Yoh. 15:3) sementara yang tidak berbuah dikerat/dipotong dan dibuang. Dengan kata lain, kita tidak cukup hanya mengagumi Firman Tuhan dan memakai ribuan ayat untuk memberkati orang lain maupun diri sendiri atau memilah-milah ayat yang menguntungkan dan memopulerkan kita.

Tahukah perkataan Yesus tentang “Akulah roti hidup”, “Akulah terang dunia”, “Akulah Pintu”, “Akulah gembala yang baik”, “Akulah kebangkitan dan hidup” ditujukan kepada orang banyak (bersifat umum)? Kemudian “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” ditujukan kepada 11 murid-Nya sebab Yudas Iskariot telah pergi meninggalkan persekutuan sesudah menerima roti (Yoh. 13:27-30). Namun perkataan-Nya, “Akulah pokok anggur yang benar” bersifat perorangan/pribadi tidak lagi berlaku untuk orang banyak/ umum.

Aplikasi: masing-masing dari kita (perorangan) adalah ranting-Nya, bila kita tidak berbuah, kita tidak dapat menyalahkan orang lain yang berbuah tetapi kita pribadi langsung berhadapan dengan Bapa Surgawi sebagai pengusahanya.

Aneh, Allah menanam pokok anggur pilihan dengan benih murni tetapi yang tumbuh malah pohon berbau busuk dan liar (Yer 2:21), bagaimana mungkin hal ini terjadi? Bangsa Israel diibaratkan pokok anggur pilihan ditanam di lereng bukit yang subur, dirawat dan dijaga dengan baik tetapi hasil yang didapat malah buah anggur asam (Yes. 5:1-2). Di kesempatan lain, bangsa kafir (berasal dari pokok anggur Sodom dengan buah anggur beracun) mengaku bangsa Israel mengalami banyak musibah karena meninggalkan Allah yang telah memelihara mereka dengan gandum terbaik serta darah buah anggur berbuih lalu berpaling kepada allah asing yang membuat sakit hati-Nya (Ul. 32:9-16, 31-33).

Perhatikan, Allah tidak pernah gagal dan Ia pernah berjanji pada Nabi Yesaya (walau telah berlangsung 2.000 tahun lalu) bahwa bangsa Israel akan berakar, berkembang dan bertunas memenuhi muka bumi dengan hasil buahnya (Yes. 27:2-3,6). Walau sekarang bangsa Israel masih dilanda kekacauan, suatu saat janji Allah akan digenapi. Yesus sebagai pokok anggur yang benar berakar (ke dalam tanah) itulah tanda kurban-Nya bagaikan benih yang jatuh ke dalam tanah dan mati menghasilkan banyak buah (Yoh. 12:24).

Anggur berbicara mengenai hubungan nikah seperti diungkapkan oleh Sulamit dan Raja Salomo yang sedang mabuk cinta dan saling memuji. Mereka berbicara tentang kebun anggur mereka (Kid. 6:11; 7:12; 8:12) yang perlu dijaga agar tidak dirusak oleh rubah-rubah kecil (Kid. 2:13,15). Anggur berkaitan dengan nikah jasmani dan rohani; merupakan sukacita bagi Allah dan manusia (Hak. 9:13). Tentu Yesus tidak sembarang bicara, yakinlah bahwa kita, bangsa kafir, juga diberi kesempatan untuk terintegrasi pada pokok anggur yang benar ini sebab Ia mengatakan bukan kita tetapi Dia yang memilih kita supaya kita pergi dan menghasilkan buah (sukacita) yang tetap/kekal – memberikan kesegaran dan kehangatan di tengah dinginnya kehidupan rohani yang melanda banyak orang.

Apa yang terjadi waktu orang percaya berkumpul di satu tempat? “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya…..baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?" Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis." (Kis. 2:4,11- 13)

Mendengar beberapa orang menyindir bahwa mereka sedang mabuk anggur manis, Rasul Petrus dengan suara nyaring mengatakan mereka tidak mabuk oleh anggur tetapi “mabuk” oleh kasih-Nya Allah sebab Roh Allah dicurahkan ke atas mereka (ay. 14-18). Memang bahasa roh tidak mudah dimengerti oleh manusia kecuali mereka yang beroleh karunia menafsirkan bahasa roh itu (bnd. 1 Kor. 12:10). Orang yang berbahasa roh mengucapkan hal-hal rahasia kepada Allah dan membangun diri sendiri (1 Kor. 14:2,4). Apa yang dibangun? Hubungan erat dengan Pribadi Yesus, Mempelai Pria Surga.

Jangan lupa, ranting bersifat perorangan/pribadi tidak melibatkan banyak orang! Jika ranting hanya berdaun (kegiatan) lebat untuk mencari ketenaran nama sendiri atau tidak menghasilkan buah akan dipotong tetapi ranting yang berbuah akan dibersihkan. Tidak ada alasan ranting tumbuh di daerah tandus atau makmur, Tuhan mau ranting (kita) memiliki relasi pribadi yang serius dengan-Nya (pokok anggur).

Yesus sebagai pokok anggur tahu persis kondisi setiap ranting dan Bapa-Nya sebagai pengusaha mengutus “gunting rohani” (Firman-Nya; bnd. Ibr. 4:12) untuk memangkas/menyucikan ranting-ranting yang tidak perlu/ berguna. Semakin sering penyucian dilakukan semakin manis buah sukacita yang dihasilkan. Minimal yang merasakan buah sukacita (hasil relasi erat ranting dan pokok) ialah kita dan Yesus namun antara ranting satu dengan ranting lainnya (sesama) harus tetap saling mengasihi. Dengan demikian, kita sebagai ranting tidak perlu sombong karena berbuah banyak kemudian melecehkan ranting lain yang mengeluarkan buah sedikit.

Suatu peristiwa pohon-pohon pergi mengurapi yang akan menjadi raja atas mereka. Pohon zaitun dan pohon ara menolak menjadi raja; demikian pula pohon anggur menolak menjadi raja (kedudukan tinggi) karena tidak mau meninggalkan air anggurnya yang menyukakan hati Allah dan manusia (Hak. 9:8-13). Itulah pokok anggur Yesus yang tidak suka disanjung dan ditinggi-tinggikan.

Sangat jelas, perkataan yang keluar dari mulut Yesus membersihkan kita. Itu sebabnya jadikan Firman yang kita baca bersuara untuk menyucikan hati kita. Jujur, berapa banyak ayat di Alkitab yang kita aminkan? Setelah beriman bahwa kita adalah ranting-ranting-Nya, kita tingkatkan menjadi pengharapan dalam penyucian. Harus diakui Firman penyucian tidak gampang diterima, terkadang tidak cocok dengan pemikiran kita akibatnya banyak orang memilih “Firman” yang menyukakan telinga mereka (2 Tim. 4:3). Misal: maukah suami/istri menerima teguran istri/suami yang tajam untuk mengoreksi kesalahannya? Tidak ada cara lain kecuali Firman Tuhan yang tajam menyucikan kekurangan dan kesalahan kita! Sayang, kita begitu mudah tersinggung mendengar teguran Firman Tuhan kemudian meninggalkan persekutuan. Perhatikan, bila kita suka membaca, mendengar, menyimpan dan melakukan Firman Tuhan tiap hari, kita akan berbahagia (Why. 1:3; 22:7).

Bagaimana hubungan ranting satu dengan ranting lainnya? Kenyataannya, kita sering tersinggung dengan si A, tidak terima kalau disalahkan lalu menyalahkan orang lain dst. kemudian meninggalkan pelayanan bahkan pindah gereja. Oleh sebab itu Yesus mengingatkan agar kita saling mengasihi (Yoh. 15:17). Hal ini dapat dilakukan bila kita tinggal di dalam kasih-Nya (agape) dan menuruti perintah-Nya (ay. 9-16). Diperlukan suatu proses penyucian untuk dapat mengasihi bukan sekadar meminta Dia mencurahkan kasih-Nya sebab Firman Tuhan, Roh Kudus dan pengurbanan-Nya merupakan bukti kasih-Nya.

Yesus serius mengatakan “Akulah pokok anggur yang benar dan kamulah ranting-rantingnya”untuk menghasilkan buah yang kekal. Apa yang kekal? Nubuat, bahasa roh dan pengetahuan akan berhenti tetapi kasih tidak berkesudahan (1 Kor. 13:8).

Mengapa Yesus menganggap para murid-Nya sahabat bukan lagi hamba yang tingkatannya lebih rendah? Juga bertanya kepada Simon Petrus apakah ia mengasihi (agapao) Yesus? Ternyata dalam posisinya setingkat rasul, Petrus hanya mampu mengasihi (phileo = kasih sahabat) terhadap Yesus. Hingga tiga kali Yesus bertanya kepadanya dan Petrus hanya mampu mengasihi-Nya sebatas phileo.

Implikasi: Yesus tidak mengecilkan kasih phileo tetapi Ia ingin kita menghasilkan buah agape sebab perbuatan baik apa pun yang kita lakukan tetapi tanpa kasih (agape) semuanya akan sia-sia (1 Kor. 13:1-3).

Yesus ingin meningkatkan kasih (phileo) menjadi kasih (agape) sebab ditakutkan kasih (phileo) dapat membuat Petrus takut Yesus disalib (Mat. 16:21-23) bahkan menyangkal-Nya (Mat. 26:69-75). Dunia juga mempunyai kasih (phileo) dan menganggap mereka yang mengasihi dunia sebagai miliknya (Yoh. 15:18-19). Sebaliknya, demi mempertahankan kasih agape, Yesus disalib-mati-bangkit-hidup kekal. Jelas, buah kasih phileo tidak dapat dipercaya sepenuhnya, kita dapat bekerja sama kalau cocok dengan ide kita atau ide duniawi sebab kita masih suka bermain-main dengan dunia.

Ingat, ranting memiliki hubungan perorangan dengan pokok anggur tetapi ranting satu dengan ranting lainnya harus saling berhubungan, saling mendukung dan mendoakan. Contoh: jika suami (ranting) tidak berbuah, dia tidak dapat bergantung pada istri (ranting) yang berbuah banyak; suatu saat suami (ranting) akan dipotong dari pokok anggur. Oleh sebab itu suami-istri harus saling mendukung agar bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih. Suami-istri menikah kemudian mendapatkan anak bahkan cucu. Waspada, kalau suami/istri tidak berbuah sementara anak-cucu berbuah, suami-istri akan tertinggal sedangkan anak-cucu dibawa kepada kekekalan.

Sayang, pengakuan Yesus sebagai “Akulah…” (tujuh kali) tidak sepenuhnya direspons dengan baik, ada yang menolak, tidak menghargai, tidak tahu (seperti Tomas dan Filipus). Bagaimana respons kita, bangsa kafir? Marilah kita melepaskan semua atribut kita dan menjadi ranting yang melekat pada pokok anggur (Yesus) yang benar untuk menghasilkan buah kasih yang disediakan oleh-Nya. Setelah kita mengalami proses penyucian, jangan segan menolong (ranting) orang lain agar setelah melihat hasil penyucian yang kita alami mereka juga terintegrasi pada (pokok anggur) Yesus untuk semuanya menghasilkan buah kekal bersama. Amin.

 

Anda dapat melihat rekaman Video Ibadah secara lengkap DISINI