YESUS TELADAN PELAYANAN SEMPURNA

 

Yohanes 12:20-36

Lemah Putro, Minggu, 2 Agustus 2020, Pdm. Budy Avianto

 

 

Shalom,

Kita harus yakin di mana pun kita beribadah (online) saat ini, Tuhan hadir sebab Ia adalah Roh dan di mana pun kita berada Ia ada. Hendaknya kita menggunakan kesempatan hidup ini untuk melayani Tuhan walau dalam segala keterbatasan situasi dan kondisi hari-hari ini. Namun jangan kita sibuk dengan banyak kegiatan pelayanan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Untuk itu Alkitab memberikan kita petunjuk kepada siapa kita harus meneladani karena pelayanan-Nya sempurna adanya. Siapakah Dia yang dimaksud dan ditulis dalam Alkitab? Injil Yohanes 12:20-23 menuliskan, “Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Filipus yang berasal dari Betsaida di Galilea lalu berkata kepadanya: “Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.” Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. Tetapi Yesus menjawab mereka, katanya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.”

YESUS ADALAH TELADAN SEMPURNA DALAM PELAYANAN

Bila kita menyimak ayat-ayat di atas, tampak jawaban Yesus atas pemberitahuan Filipus dan Andreas tidak “nyambung”. Apakah Yesus salah dengar sehingga keliru menjawab? Tidak mungkin! Sebab Yesus – Sang Firman – adalah sempurna. Namun dari jawaban-Nya, teladan apa yang telah Yesus berikan kepada kita?

Saat itu Yesus sedang menuju Yerusalem untuk merayakan Paskah dan banyak orang mengikuti-Nya karena percaya setelah menyaksikan Yesus melakukan banyak mukjizat seperti: air diubah menjadi anggur di pesta perkawinan Kana, menyembuhkan anak pegawai istana, memperbanyak lima roti dan dua ikan untuk makan 5.000 orang laki, berjalan di atas air, menyembuhkan orang buta sejak lahir, membangkitkan Lazarus yang mati dst. Begitu banyaknya orang yang mengikuti Yesus sehingga orang-orang Farisi mengatakan “seluruh dunia datang mengikuti Dia” (Yoh. 12:19).

Di antara mereka yang mengikuti Yesus, ada beberapa orang Yunani (non-Yahudi) ingin bertemu/melihat Yesus tetapi karena tidak dapat mendekat secara langsung mereka minta tolong murid-Nya untuk bertemu dengan-Nya.

Introspeksi: bagaimana dengan kita, masihkah ada kerinduan untuk bertemu Yesus dan melihat-Nya lebih jelas dari dekat? Memang kita tidak dapat melihat Yesus secara kasatmata tetapi Ia adalah Firman yang dapat kita baca dan dengar setiap hari. Semakin kita membaca Firman Tuhan, semakin kita digairahkan untuk mengenal Dia lebih dalam.

Siapa Yesus yang datang ke dunia ini? Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1). Firman telah menjadi manusia dan diam/ bertabernakel di antara kita (ay. 14). Terang sesungguhnya yang menerangi setiap manusia sedang datang ke dalam dunia (ay. 9) kepada milik kepunyaan-Nya tetapi orang- orang kepunyaan-Nya tidak menerimanya (ay. 11). Siapa mereka yang menolak Dia? Orang Israel diakui sebagai anak sulung-Nya (Kel. 4:22); bahkan dikatakan Israel adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang (Rm. 11:28).

Kita patut bersyukur karena penolakan dari orang-orang kepunyaan-Nya (orang Israel/Yahudi), semua orang yang menerima-Nya (percaya dalam Nama-Nya) diberi kuasa menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Jadi, sebenarnya Yesus datang bukan mencari kita karena kita bukan anak sulung dan kekasih-Nya. Kita adalah bangsa kafir yang tidak berkewargaan Israel, tanpa Kristus, tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan, tanpa Allah (Ef. 2:12). Namun kita yang dahulu jauh sudah menjadi dekat oleh sebab darah Kristus (ay. 13). Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Rasul Paulus menuliskan rahasia untuk kita ketahui yaitu sebagian dari orang Israel menolak Yesus sebagai Mesias bahkan menyalibkan-Nya sehingga Allah beralih kepada bangsa-bangsa lain untuk diselamatkan dengan tujuan membuat Israel cemburu sebab Allah tetap mengasihi dan setia kepada Israel (Rm. 11:25-36,11).

Jadi, jawaban Yesus “telah tiba saatnya Anak manusia dimuliakan” tidak salah ketika Filipus dan Andreas mengatakan ada beberapa orang Yunani (non-Yahudi) ingin bertemu dengan-Nya. Lebih lanjut dalam doa-Nya kepada Bapa, “Telah tiba saatnya permuliakanlah Anak-Mu supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau” (Yoh 17:1).

Apa misi Yesus sebagai Utusan Allah? Ia diberi kuasa atas segala yang hidup dan akan memberikan hidup kekal kepada mereka yang mengenal Allah sebagai satu-satunya Allah yang benar juga percaya kepada-Nya yang diutus oleh Bapa-Nya (ay. 2-3). Bukankah Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal (Yoh. 3:16)?

Jelas sebagai Utusan Allah, Ia datang ke dunia untuk memperkenalkan Bapa-Nya, Sang Pencipta alam semesta. Kemudian Ia memperkenalkan diri-Nya bukan untuk memamerkan kehebatan-Nya tetapi untuk menjalankan misi-Nya hingga tuntas (ay. 4) dengan mati disalib. Yesus tahu kapan misi-Nya telah diselesaikan oleh-Nya (ay.5) yaitu ketika bangsa-bangsa lain (termasuk bangsa Yunani) percaya dan menerima-Nya.

Hati-hati, jangan di dalam segala kesempatan kita membesarkan diri meski dipakai Tuhan luar biasa sebab sikap semacam ini tidak cocok dengan teladan yang Yesus berikan.

Kapan Yesus dipermuliakan? Di atas kayu salib di mana Ia mengatakan, “Sudah selesai” (Yoh. 19:30). Apa yang terjadi saat Ia menyerahkan nyawa sebab misi-Nya sudah selesai? Ia menanggung dosa kesalahan orang-orang Yahudi yang menyalibkan-Nya dan berdoa kepada Bapa memintakan ampun bagi mereka (Luk. 23:34). Para murid- Nya yang sebelumya selalu dekat dengan-Nya meninggalkan Dia, Petrus menyangkal, Yudas Iskariot mengkhianati- Nya berakhir dengan bunuh diri. Namun kepala pasukan (non-Yahudi) memuliakan Allah dan percaya Yesus adalah Orang benar (ay. 46-47).

Teladan lain yang Yesus berikan kepada kita ialah jangan suka membalas dendam tetapi berikan pengampunan bagi orang-orang yang telah menyakiti kita.

Apa yang Yesus lakukan setelah Ia bangkit dari kematian? Ia datang ke tempat berkumpulnya murid-murid yang ketakutan terhadap orang-orang Yahudi dan memberikan damai sejahtera (Yoh. 20:19). Seperti yang pernah dikatakan-Nya jika biji gandum jatuh ke dalam tanah dan mati akan menghasilkan banyak buah (Yoh. 12:24-25). Terbukti kematian-Nya menghasilkan banyak buah. Ia menyuruh Petrus menggembalakan domba-domba- Nya. Petrus menyesali penyangkalannya dan Yesus memberinya kekuatan baru untuk mampu menanggung penderitaan (mati) dalam memuliakan Allah (Yoh. 21:18-19). Petrus melanjutkan pelayanan dengan melihat teladan Gurunya yang telah melayani dengan sempurna hingga Ia dipermuliakan.

PELAYANAN YESUS YANG SEMPURNA MENJADI TELADAN PARA MURID

“Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.” (Yoh. 12:26-27)

Yesus telah menuntaskan misi-Nya dan pelayanan-Nya menjadi teladan bagi para murid-Nya (termasuk kita). Selama hidup-Nya di dunia (± 3½ tahun), Ia telah merekrut para murid dan mengetahui semua kelemahan daging mereka. Ia ingin pelayanan-Nya menjadi contoh; itu sebabnya sebelum mati Ia menjelaskan kepada mereka, “di mana pun Aku berada, di situ pelayan-Ku akan berada”. Dengan kata lain, para murid (termasuk kita) tidak melayani menurut kemauan sendiri tetapi mencontoh apa yang telah dilakukan oleh-Nya.

Terbukti setelah Yesus dipermuliakan dan kembali ke Surga, para murid berubah – mereka tidak lagi takut tetapi memberitakan Injil dengan penuh keberanian bahkan rela mati syahid.

Bagaimana dengan pelayanan kita terutama dalam situasi dan kondisi tidak enak hari-hari ini? Apakah kita menjadi lemah dan hidup dalam ketakutan karena tidak dapat bebas beraktivitas dan beribadah gara-gara COVID-19?

Yesus mengasihi kita hingga rela mati demi menanggung semua dosa manusia. Ia ingin kita mempunyai pikiran dan perasaan seperti Dia (Flp. 2:5). Untuk membuktikan kasih-Nya, Ia mengosongkan diri-Nya bahkan menjadi hamba untuk melayani kita (ay. 7). Sebagai Manusia (tanpa dosa), pasti Ia juga mengalami rasa takut, sedih, marah, lapar dll. tetapi Ia belajar taat kepada Bapa yang mengutus-Nya untuk meyelamatkan orang-orang yang mengasihi-Nya. Oleh sebab ketaatan-Nya, Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan nama di atas segala nama supaya di dalam Nama Yesus segala yang ada di langit dan di bumi bertekuk lutut kepada-Nya dan segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan (ay. 9-11).

Yesus meninggalkan teladan ketaatan kepada kita; selain itu Ia rindu kita memiliki pikiran dan perasaan seperti Dia di dalam pelayanan. Itu sebabnya ketika ibu dari Yakobus dan Yohanes meminta kepada-Nya supaya kedua anaknya boleh duduk di dalam kerajaan-Nya, satu di sebelah kiri dan satu lainnya sebelah kanan, membuat 10 murid lainnya marah mendengar permintaan ini (Mrk. 10:35-37,41), Yesus menjawab, “Barangsiapa ingin menjadi besar/terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu/hamba karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani… (ay. 43-45).

Sangatlah wajar orang ingin meraih kedudukan tinggi dan berhasil tetapi sistem Kerajaan Surga bertolak belakang dengan sistem dunia. Yesus telah menuntaskan tugas pelayanan-Nya dan mengestafetkan tugas-Nya kepada para murid (termasuk kita) menggunakan rumus “gandum yang mati” untuk berbuah banyak dan beroleh kemuliaan.

Selama mengikut Yesus, para murid telah menyaksikan pelayanan-Nya dalam mengadakan banyak mukjizat dan mengenal ajaran-ajaran-Nya dalam memperkenalkan Bapa-Nya. Pelayanan Yesus diawali dengan dibaptis di Sungai Yordan kemudian para murid mengikut ke mana Ia pergi melayani di Galilea, Yudea, Samaria dan Yerusalem; setelah berdoa di taman Getsemani, Ia ditangkap dan berakhir di bukit Golgota untuk mati disalib.

Sebelum naik ke Surga, Yesus memberitahu para murid-Nya untuk menjadi saksi-Nya di Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Ia mengutus mereka untuk meneruskan pelayanan-Nya dan Roh Kudus yang dicurahkan ke atas mereka (Kis. 2:1-4) membuat mereka menjadi militan memberitakan Kerajaan Surga serta Pemiliknya, satu-satunya Allah yang benar. Dan sekarang kita, orang non-Yahudi, dapat mendengar dan membaca Alkitab berkat misionaris yang datang ke Indonesia memberitakan Injil. Hendaknya kita juga menjadi pelayan Tuhan dengan meneladani Dia yang telah memberikan teladan sempurna. Kita harus ada kerinduan untuk bertemu/melihat Yesus lebih dekat melalui pembacaan Firman Tuhan yang ditulis dalam Alkitab.

Kita yang telah diselamatkan oleh darah Kristus diperlengkapi dengan Firman Allah dan Roh Kudus yang diutus Bapa menjadi Penolong sekaligus Penghibur (Yoh. 14:26) untuk meneruskan pelayanan Yesus dengan melihat teladan-Nya. Pelayanan kita dimulai dari Yerusalem (= damai) tidak perlu jauh-jauh tetapi kepada orang-orang dekat dalam rumah tangga dan keluarga (suami, istri, anak, cucu, ayah, ibu, saudara) yang masih belum/tidak mengenal Tuhan agar mereka juga menerima kabar baik dan beroleh keselamatan. Pelayanan ini kemudian kita kembangkan dengan memberitakan Injil kepada tetangga dan teman dst. Tentu kita yang sudah beroleh keselamatan tidak akan bersikap egois hanya ingat keselamatan diri sendiri!

Marilah kita meneruskan pelayanan yang telah dirintis oleh Yesus dengan mengikut teladan-Nya, ditandai dengan rendah hati, taat, setia, penuh tanggung jawab dan berani menderita hingga pada akhirnya kita dikatakan sebagai hamba baik yang layak ikut dalam kebahagiaan Tuannya (Mat. 25:21-23,29). Jangan takut mengestafetkan misi pemberitaan Injil terutama menghadapi kondisi yang tidak enak sebab kita tidak ditinggal sendirian tetapi Kristus Yesus menjadi Pembela kita sehingga kita akan keluar lebih daripada pemenang (Rm. 8:31-39). Amin.

 

Video ibadah selengkapnya: Ibadah Minggu Raya - 2 Agustus 2020 - Pdm. Budy Avianto.