DIPERSATUKAN OLEH YESUS KRISTUS, ANAK TUNGGAL BAPA


Lemah Putro, Minggu, 28 Juni 2020
Pdm. Jusuf Wibisono

 


Shalom,

Yakinlah di mana pun kita berada saat beribadah online, Tuhan memberkati kita dengan damai sejahtera dan kasih karunia dari Pribadi Yesus Kristus. Hendaknya kita membuka hati dan mempersilakan Dia tinggal bahkan menyatu dengan kita. Bagaimana caranya? Jangan biarkan hati kosong tetapi hendaknya dipenuhi oleh Pribadi Yesus – Sang Firman – dan Roh Kudus-Nya.

Karena dosa, tidak ada satu orang pun mampu mengangkat atau memperbaiki dirinya sendiri sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia; segala kemuliaan hanya bagi-Nya sampai selama-lamanya (Rm 11:36). Jadi, segala sesuatu termasuk dapat beribadah dan menerima Yesus dalam hidup kita adalah karena anugerah-Nya semata. Oleh sebab itu jangan menyombongkan diri karena kaya, pandai dan kuat tetapi belajarlah rendah hati dan memohon kepada-Nya agar Ia senantiasa menyucikan hati kita dan memenuhinya dengan air kehidupan dari Surga.

Bagaimana kondisi kita dahulu sebelum mengenal Kristus? Efesus 2:12-16 menuliskan, “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus, kamu yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah yaitu perseteruan sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya dan dengan itu mengadakan damai sejahtera dan untuk memperdamaikan keduanya di dalam satu tubuh dengan Allah oleh salib dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.”

Ingat, karena dosa, manusia sudah keluar dari Taman Firdaus dan menjauh dari tempat yang penuh dengan sukacita juga jauh dari Pribadi Allah Bapa. Namun karena kasih-Nya, Ia mengutus Anak Tunggal-Nya ke dunia supaya kita yang jauh dari-Nya menjadi dekat kembali oleh darah Kristus.

Bagaimana kita dapat menerima Pribadi Yesus? Dengan merendahkan diri, kita memohon agar Ia tinggal dalam kita. Jangan malah menyalahkan Dia bila Ia tidak segera menolong kita! Sebaliknya, bersikaplah seperti salah satu penjahat yang disalib di sebelah Yesus; dengan rendah hati ia mengaku patut dihukum setimpal dengan perbuatannya namun ia memohon kepada Yesus untuk ingat kepadanya apabila Yesus datang sebagai Raja (Luk. 23:41-42). Ajaib, Yesus mengatakan kepadanya bahwa saat itu pula ia akan bersama-sama dengan-Nya di dalam Firdaus (ay. 43); artinya ia menjadi dekat dengan Allah dan masuk kembali ke Taman Firdaus. Waspada, jangan mengabaikan kemurahan Tuhan yang memberi kesempatan bagi kita yang dahulu jauh sekarang menjadi dekat dengan-Nya oleh sebab pengurbanan-Nya.

Apa dampak dari suatu pengakuan? Amsal 28:13-14 menegaskan, “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi. Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka.”

Bukankah karena dosa kita menjadi seteru Allah? Namun kalau kita mengakui segala dosa dan pelanggaran yang telah kita perbuat lalu menjauhi/meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa tersebut, kita akan beruntung dan disayangi oleh-Nya. Kita juga akan berbahagia bila kita takut kepada-Nya, dibuktikan dengan menjauhi kejahatan. Dunia saat ini diserang oleh malapetaka (virus COVID-19) sehingga banyak yang sakit dan mati dalam hitungan hari. Jangan kita mengeraskan hati dan tetap berkecimpung dalam dosa yang menyebabkan kita jauh dari-Nya bahkan menuju maut sebagai upah dari dosa (Rm. 6:23)! Datanglah kepada Yesus yang menjadi Manusia untuk mati disalib, akui semua kesalahan kita maka Ia mampu menyucikan hati kita dengan darah-Nya.

Yesus datang ke dunia untuk dekat dengan manusia agar hati manusia yang kosong diisi dengan air hidup dari-Nya (Yoh. 4:10) juga Pribadi-Nya (= roti hidup; Yoh. 6:48) sehingga kita dimampukan untuk merenungkan Perintah-Nya siang dan malam; hasilnya, apa saja yang kita perbuat ditandai dengan keberhasilan (Mzm. 1:2-3). Jauh berbeda dengan kehidupan orang fasik, mereka bagaikan sekam yang tidak tahan dalam penghakiman (ay. 4-6).

Mengapa orang benar ditandai dengan keberhasilan? Karena dalam segala aktivitasnya dia tidak jauh dari nasihat Firman Tuhan yang ditaruh di dalam hatinya juga karena ia menyatu dengan Pribadi-Nya. Sebaliknya, hati yang kosong bagaikan sekam tidak berisi yang gampang diterbangkan angin dan dikumpulkan untuk dibakar.

Sungguh, kita patut berbahagia bila dialiri oleh air kehidupan yang ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba. Hidup kita bagaikan pohon yang berbuah (menghasilkan) dan daunnya dapat menyembuhkan bangsa-bangsa (Why. 22:1-4).

Aplikasi: bangsa-bangsa di dunia saat ini menjerit memerlukan pertolongan, hendaknya (daun) aktivitas-aktivitas kita menjadi berkat bagi mereka (keluarga, tetangga, teman, masyarakat) yang membutuhkan.

Jujur, hidup kita bagaikan bejana yang rapuh dan fana; untuk itu kita sangat membutuhkan Pribadi-Nya, Firman-Nya, kasih-Nya juga Roh Kudus-Nya maka hidup kita akan diproteksi/dilindungi saat menghadapi banyak tantangan (2 Kor. 4:7-11). Dengan menghargai Firman Allah, hidup kita bagaikan harta tak ternilai yang membuat kita menjadi kuat dan tahan menghadapi ujian persoalan yang berusaha menindas kita. Hendaknya kekuatan yang kita terima dari-Nya dapat menjadi berkat bagi sesama dimulai dari yang terdekat yaitu rumah tangga.

Lebih lanjut Tuhan menegaskan bila kita menuruti Firman-Nya dan tekun menantikan-Nya, Ia berjanji melindungi kita dari hari pencobaan yang melanda seluruh dunia (Why. 3:10-11). Hari-hari ini negara-negara di seluruh dunia menghadapi kondisi mencekamkan menyangkut kesehatan, perekonomian dll. namun Tuhan berjanji memberikan kekuatan, sukacita dan perlindungan bagi anak-anak-Nya yang tetap setia menaati Firman-Nya.

Rindukah kita akan Kerajaan Allah? Bagaimana kita dapat berpijak di dalam Kerajaan-Nya? Bila kita hidup berkenan pada Allah dengan hidup dalam kebenaran (Firman-Nya), dalam damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm. 14:17-18).

Sungguh kita sangat berbahagia karena dahulu kita hidup tak berpengharapan dan di bawah hukuman mati kekal namun Yesus, Anak Tunggal Bapa Surgawi, menyelamatkan dan mempersatukan kita kembali dengan Allah Bapa. Bahkan Ia berjanji memberikan perlindungan dan kekuatan saat dunia dilanda malapetaka bila kita tekun menantikan kedatangan-Nya yang tak lama lagi. Marilah kita tetap teguh menaati Firman-Nya dan hidup berkenan kepada-Nya hingga satu saat kita kembali berkumpul dengan-Nya di dalam Kerajaan-Nya untuk selama-lamanya. Amin.

 

Video ibadah ini dapat disimak di Ibadah Minggu Raya - 28 Juni 2020 - Pdm. Jusuf Wibisono.