YESUS TERANG YANG MENCELIKKAN


Lemah Putro, Minggu, 21 Juni, 2020
Pdt. Paulus Budiono


Shalom,

Hendaknya kita tetap mengagungkan kurban Kristus yang menyelamatkan dan membuat kita hidup serta mampu bertahan menghadapi kesulitan hidup di hari-hari yang penuh dengan ketidakpastian ini. Kita patut bersyukur masih dapat mempelajari Firman Tuhan yang hidup melalui Alkitab yang ada di tangan kita.

Yesus – Sang Firman – berkuasa melakukan mukjizat, mukjizat apa yang hendak Ia nyatakan hari ini? Masihkah mukjizat yang terjadi dalam Yohanes 9:1-41 berlaku bagi kita saat ini? Apa yang telah dilakukan Yesus saat itu, bagaimana respons orang buta tersebut dan apa maknanya bagi kita sekarang? “Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya sehingga ia dilahirkan buta?” jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”….Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia. Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya” “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam.” Siloam artinya: “Yang diutus”. Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.” (ay. 1-3, 5-7)

Ternyata para murid (juga kita) sering secara langsung/otomatis menilai dan mengaitkannya dengan karma atau akibat perbuatan dosa ketika melihat seseorang terkena musibah malapetaka sakit penyakit, kemalangan beruntun dll. tanpa menyadari bahwa diri sendiri juga orang berdosa. Namun dengan tegas Yesus menjawab bahwa itu bukan dosa dia atau dosa orang tuanya tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam orang itu. Jelas, Yesus bukan sekadar menyembuhkan orang buta itu tetapi mempunyai rencana lebih lanjut yaitu mau memakai orang tersebut untuk menyatakan pekerjaan-pekerjaan Allah.

Bagaimana dengan kita yang celik mata (fisik)? Yesus mengingatkan, “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi supaya barangsiapa yang tidak melihat (= buta – Red.) dapat melihat dan supaya barangsiapa yang dapat melihat menjadi buta” (ay. 39). Bagaimana reaksi orang-orang Farisi mendengar perkataan Yesus ini? “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” (ay. 40) Terbukti mukjizat yang dilakukan Yesus tidak berhenti pada kondisi jasmani tetapi berdampak lebih luas menyangkut (mata) rohani/batin/hati. Ini jauh lebih penting ketimbang buta fisik; itu sebabnya Ia datang mau menolong mereka yang “buta”.

Berbicara mengenai kondisi “buta”, Yesus datang untuk “menghakimi” dua macam manusia:
⊕ Orang buta dicelikkan untuk dapat melihat pekerjaan-pekerjaan Allah,
⊕ Orang melihat (fisik) menjadi buta (rohani) sehingga tidak dapat melihat pekerjaan-pekerjaan Allah yang besar.

Mengapa Yesus mengakhiri peristiwa ini dengan perkataan “keras”? Karena Ia mengetahui orang yang dicelikkan matanya ditolak dan diusir dari rumah ibadah sebab orang-orang Farisi marah Ia mengadakan mukjizat pada hari Sabat (ay. 34-35).

Yesus mengadakan mukjizat kesembuhan, pengusiran roh jahat bahkan menghidupkan orang mati dengan tujuan supaya orang yang dilawat-Nya itu menjadi saksi untuk menyatakan pekerjaan-pekerjaan Allah. Ironis, orang yang mengalami mukjizat ingin memuliakan dan menyaksikan pekerjaan Allah malah diusir dari Bait Allah.

Dari pengalaman orang buta yang dicelikkan matanya dapat disimpulkan:
♦ Orang buta (fisik) dicelikkan matanya untuk bersaksi tentang pekerjaan-pekerjaan Allah tetapi diusir dari rumah ibadah,
♦ Orang-orang Farisi yang melihat (fisik) tetapi buta rohani; akibatnya mereka tidak dipakai Yesus untuk menyatakan pekerjaan-pekerjaan Allah yang besar dan bermakna kekal.

Ternyata mukjizat yang dilakukan Yesus tidak selalu direspons positif. Buktinya? “Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis berkata: “Bukankah dia ini yang selalu mengemis?” Ada yang berkata: “Benar, dialah ini.” Ada pula yang berkata: “Bukan tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata: “Benar, akulah itu. (ay. 8-9)

Orang-orang dekat yang mengenal mantan orang buta tersebut tidak segera memuliakan Yesus tetapi malah meragukan apakah dia benar-benar mengalami mukjizat; oleh sebab itu diperlukan pengakuan dari orang yang dicelikkan matanya untuk meyakinkan mereka.

Menjadi tantangan bagi kita sebab Alkitab menyatakan bangsa kafir adalah orang buta rohani yang perlu dicelikkan matanya agar berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah (Kis. 26:15-18). Paulus, orang Farisi, sempat mengalami kebutaan (fisik) setelah melihat cahaya terang dari langit (Kis. 9:3,8-9). Seusai pertemuannya dengan Yesus, Paulus bertobat (mata rohaninya dicelikkan) dan dipakai Tuhan untuk memberitakan Nama-Nya kepada bangsa kafir, termasuk kita (Kis. 9:15). Sungguh kita beroleh kasih karunia dapat melihat dan membaca Firman Tuhan oleh sebab pelayanan Rasul Paulus yang mencelikkan mata rohani kita melalui karya tulisan-tulisannya.

Aplikasi: hendaknya mata (rohani) kita tidak buta melihat pekerjaan Tuhan karena masih banyak pekerjaan-Nya yang harus dinyatakan walau berisiko dihina, diejek bahkan ditolak.

Yesus mengatakan, “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Demikian pula dengan kita selama masih hidup di dunia, kita harus bekerja mencelikkan mata rohani orang-orang dekat kita (keluarga, tetangga, teman sekolah, rekan kerja) yang buta sehingga mereka dapat melihat pekerjaan Allah yang dinyatakan dalam diri kita melalui keubahan hidup yang telah kita alami. Jangan beribadah hanya karena rutinitas atau kebiasaan karena ini sama dengan melakukan pekerjaan agama! Gereja Tuhan yang sudah mengalami pencelikan mata rohani oleh kuasa Firman-Nya harus berani tampil menyaksikan pengalaman mukjizat pemulihan hidup seperti diakui oleh mantan orang buta yang mengalami perjumpaan langsung dengan Yesus dan merasakan sentuhan tangan-Nya pada matanya yang buta.

Lebih lanjut ketika ditanya bagaimana dapat melihat, mantan orang buta tersebut menyebut ada orang bernama Yesus yang mencelikkannya. Walau saat itu dia tidak dapat melihat, ingatan dan pendengarannya sangat tajam untuk merekam perkataan Yesus yang menyuruhnya pergi membasuh diri ke dalam kolam Siloam. Dia belum mengenal Yesus tetapi hanya mengetahui Nama-Nya. Siapa Yesus ini? Yesus dalam bahasa Ibrani berarti Allah Juru Selamat. Juga imannya timbul dari mendengarkan (perkataan) Firman Kristus (Rm. 10:17).

Mendengar orang tersebut menyebut Nama Yesus yang mencelikkan matanya, orang-orang Farisi makin tidak senang sebab lagi-lagi Yesus mengadakan mukjizat pada hari Sabat. Ketika mereka bertanya lagi kepada orang yang sudah celik mata itu, ia mengatakan Yesus adalah seorang nabi (yang mengetahui masa lalu, sekarang dan yang akan datang) dan yakin Yesus adalah nabi benar bukan nabi palsu yang suka membohongi orang lain. Orang-orang Farisi tetap tidak percaya dan mulai menanyai saksi lain yaitu orang tuanya tetapi mereka tidak berani mengakui pengalaman mukjizat anak mereka karena takut dikucilkan (ay. 18-22).

Orang-orang Farisi kembali menginterogasi orang yang sudah celik mata ini. Tanpa rasa takut dia mengatakan Yesus pasti orang saleh dan melakukan kehendak Allah serta datang dari (diutus) Allah; jika tidak, Ia tidak dapat berbuat apa-apa (ay.31-33). Pengenalan orang yang celik mata itu terhadap Yesus makin jelas dan meningkat. Orang-orang Farisi yang begitu fanatik terhadap Musa makin marah kemudian mengusirnya dari rumah ibadah (ay. 34).

Introspeksi: tahukah kita siapa Yesus yang kita sebut dalam doa kita? Sejauh mana kita mengenal Dia? Semakin meningkat pengenalan kita kepada Yesus, semakin siap pula kita menghadapi tekanan dan penolakan dari orang-orang yang membenci-Nya. Semakin sering kita membaca Alkitab, semakin kita menemukan rahasia pertolongan-Nya dan pengenalan kita makin jelas bahwa Yesus adalah Anak Allah, Penyelamat dosa dan Utusan Allah. Apapun yang terjadi, jangan kita menolak Yesus sebagai Penolong yang diutus oleh Allah walau kita menghadapi risiko nama kita dicoret dari organisasi gereja.

Bagaimana nasib orang yang celik mata itu setelah diusir keluar oleh orang-orang Farisi? Yesus menemuinya dan menanyakan apakah ia percaya kepada Anak Allah. Tanpa ragu-ragu dia percaya dan sujud menyembah ketika Yesus menjelaskan bahwa Dialah Anak Allah yang dimaksud (ay 37-38). Orang ini tidak lagi menjadi pengemis tetapi pasti bersaksi ke mana-mana tentang peristiwa yang dialaminya. Bukankah Rasul Paulus juga dikejar-kejar mau dibunuh oleh orang-orang Yahudi karena ia memberitakan Yesus adalah Anak Allah dan Mesias (Kis. 9:20-23)?

Terbukti pengusiran dan pengucilan dari rumah ibadah tidak menyusutkan iman orang percaya yang bersedia menyangkal diri dan memikul salib serta mengakui Yesus sebagai Anak Allah dan Mesias. Penyembahan yang dilakukannya tidak terbatas hanya di Yerusalem atau Samaria tetapi di mana pun asal menyembah Dia dalam roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24).

Percayakah kita bahwa mukjizat Yesus masih berlaku hingga sekarang? Mukjizat apa yang kita perlukan? Apakah mukjizat kesembuhan, pemulihan keuangan dll. yang kita butuhkan selama hidup di dunia ini? Kita membutuhkan mukjizat keubahan hidup untuk dapat menyatakan pekerjaan-pekerjaan Allah agar banyak orang menjadi percaya kepada-Nya dan beroleh keselamatan kekal di dalam Nama Yesus Kristus. Amin.

 

Video ibadah ini dapat disimak di Ibadah Minggu Raya - 21 Juni 2020 - Pdt. Paulus Budiono.