HIKMAT KRISTUS MEMBERI PENGAMPUNAN


Minggu, Lemah Putro, 31 Mei, 2020
Pdt. Paulus Budiono


Shalom,

Kalau kita masih diberi kesempatan untuk beribadah walau on-line, ini merupakan anugerah dari Allah di hari Pentakosta yang kita rayakan pagi ini. Melalui pencurahan Roh Kudus Ia ingin menolong umat-Nya untuk dipulihkan kembali seperti kondisi semula di Taman Eden. Juga dengan membuka lembaran-lembaran Alkitab, kita dapat menemukan besarnya anugerah Allah untuk dapat bersyukur dan menyembah-Nya terutama dalam situasi mencekam hari-hari ini. Sungguh kita membutuhkan kekuatan Firman dan Roh Kudus-Nya dalam perjalanan hidup hari demi hari. Namun jangan lupa bahwa anugerah terbesar yang diberikan kepada kita ialah dikirimnya Anak-Nya yang tunggal, Yesus, ke dunia untuk menyelamatkan manusia berdosa melalui pengurbanan-Nya disalib.

Hari ini (Pentakosta) kita merayakan pencurahan Roh Kudus sebagai “hadiah” dari Bapa Surgawi berkaitan dengan ketritunggalan selain menganugerahkan Anak-Nya – Firman menjadi manusia. Namun patut disayangkan, karena begitu sering menerima kebaikan-nya, kita malah kurang menghargainya bahkan mudah melupakannya.

Apa yang terjadi pada pencurahan Roh Kudus di era gereja mula-mula? Dan apa kaitannya dengan Injil Yohanes 8 yang sedang kita pelajari minggu-minggu ini? Terbukti Yesus dalam keadaan manusia juga menerima kuasa Roh Kudus ketika menghadapi masalah jebakan tentang perempuan yang tertangkap basah berbuat zina.

Kita akan selalu dapat mengucap syukur bila Roh Kudus dan Firman-Nya ada dalam kita serta merindukan Yesus yang telah mati untuk segera datang kembali.

Kita mempelajari lebih jauh apa yang terjadi dalam pencurahan Roh Kudus seperti tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:36-38,41-42,46-47, “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus yang kamu salibkan itu menjadi Tuhan dan Kristus. Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat saudara-saudara?” Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus……Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa…..Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”

Terbukti percurahan Roh Kudus berdampak sangat besar, Petrus (juga rekan-rekannya) yang dipenuhi Roh Kudus menjadi berani dan lantang berkotbah memberitakan Yesus yang tersalib. Dampaknya? Orang-orang Yahudi yang berkumpul di Yerusalem untuk merayakan Pentakosta menjadi tertusuk hatinya. Mereka bertobat, memberi diri dibaptis, diampuni dosanya, menerima karunia Roh Kudus, dan menyebabkan orang lain juga diselamatkan (perbanyakan jiwa). Inilah makna dari pencurahan Roh Kudus sekaligus kerinduan Bapa Surgawi agar banyak orang diselamatkan. Jadi, pencurahan Roh Kudus bukan sekadar gerakan/action fasih berbahasa lidah dan semangat dalam puji-pujian.

Sebelum terangkat ke Surga, Yesus mengatakan kepada banyak orang yang berkumpul di Bukit Zaitun, “Tetapi kamu akan menerima kuasa (dunamis = strength, power) kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8) Jelas, Roh Kudus dicurahkan agar kita menjadi saksi-Nya.

Menjadi saksi Yesus tentang apa? Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada dua orang murid-Nya yang sedang berjalan ke Emaus. Mereka yang tadinya begitu muram berubah setelah mata mereka dibukakan dan mengenal Yesus (Luk. 24: 15-16, 30-31). Mereka kemudian kembali ke Yerusalem dan mendapati sebelas murid lainnya yang sedang berkumpul dengan teman-teman mereka. Dua murid Yesus bersaksi tentang apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia saat Ia memecah-mecahkan roti (ay. 33,35). Sementara mereka sedang bercakap-cakap, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “…..Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan (power) dari tempat tinggi.” (ay. 46-49)

Perhatikan, makna pemberian Roh Kudus ialah membuat orang lain – keluarga, teman dan bangsa kita bertobat selain memberikan jaminan untuk beroleh penebusan yang menjadikan kita milik Allah (Ef. 1:14). Kuasa Roh Kudus bertujuan untuk menyatakan yang salah, mengampuni dan menyelamatkan mereka yang salah.

Introspeksi: Roh Kudus berbicara apa dalam hati kita hari-hari ini? Waspada, sikap dan tindakan kita yang keliru malah membuat orang lain tidak bertobat dan menolak Yesus.

Apa yang dikerjakan Yesus dengan kuasa Roh Kudus terhadap perempuan berzina? Saat itu Yesus kembali mengajar di Bait Allah (Yoh. 8:1-6,10-11) setelah sebelumnya pengajaran-Nya ditolak ketika mengajar di Bait Allah oleh karena Ia tidak pernah belajar teologi (Yoh. 7:15). Yesus menegaskan bahwa ajaran-Nya berasal dari Allah yang mengutus-Nya dan Ia tidak mencari hormat atau popularitas (ay. 16-18). Dalam perayaan Pondok Daun, Ia mengundang siapa yang datang dan percaya kepada-Nya, dari dalam hatinya mengalir aliran-aliran air hidup (ay. 37-39). Injil Yohanes pasal 7 berbicara mengenai pengajaran Firman dan Roh Kudus yang mampu melepaskan dahaga kita.

Saat mengajar di Bait Allah, Yesus dihadapkan dengan masalah perempuan berzina yang ketangkap basah dan menurut peraturan Taurat perempuan itu harus dibunuh. Bila di hari Pentakosa ada pengampunan dosa, di perayaan Pondok Daun ada jebakan supaya Yesus tidak mampu menyelesaikan persoalan krusial mengenai problem nikah.

Ternyata ketika jemaat gereja mula-mula berkumpul, terjadi pula saling tuduh menuduh. Ini membuktikan bahwa orang yang masuk ke Bait Allah itu beraneka ragam. Siapa saja yang berkumpul saat itu? Orang Lewi yang melayani di Bait Allah, ahli Taurat, orang Farisi, perempuan berzina, murid-murid Yesus dan Yesus – Firman kebenaran yang penuh kasih karunia.

Implikasi: ketika seorang pergi ke gereja, tentu ia ingin mendapatkan sesuatu yang dibutuhkannya. Namun kenyataannya, ada yang pulang dengan sungutan karena tidak suka dengan jemaat lain atau si Pembicara, ada pula sinode yang beda persepsi tentang Roh Kudus dst. Apa pun yang kita lakukan dalam beribadah, kita menuai apa yang kita tabur.

Mengapa Yesus tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi? Sebab Ia tahu mereka tidak konsekuen dengan hukum Taurat. Sebenarnya mereka mengetahui dengan pasti kalau orang berbuat zina, baik si pria maupun perempuannya harus dihukum mati (Im. 20:10). Namun dalam kasus ini, mereka hanya membawa si perempuan untuk “diadili” oleh Yesus. Rasul Paulus mengakui bahwa hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan (1 Tim. 1:8) tetapi dia mengaku orang paling berdosa setelah bertemu Yesus. Terbukti para ahli Taurat dan orang Farisi sering memutarbalikkan kebenaran hukum Taurat alias munafik (bnd. Mat. 23:1-36).

Apa respons Yesus ketika para ahli Taurat dan orang Farisi terus menerus bertanya kepada-Nya? Jawab-Nya, Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.” (Yoh. 8:7-9)

Awalnya begitu banyak orang berkumpul di Bait Allah tetapi akhirnya tersisa Yesus – Sang Firman – dan perempuan berzina tersebut. Memang perempuan itu bersalah namun perkataan Yesus yang penuh dengan kuasa Roh Kudus membuka kedok mereka bahwa mereka semua juga orang berdosa.

Introspeksi: apa yang dilakukan oleh gereja hari-hari ini? Apakah gereja mampu menjungkirbalikkan hati manusia berdosa untuk beroleh keselamatan? Seharusnya Bait Allah/gereja tidak dipenuhi oleh orang-orang yang datang hanya karena tradisi atau memenuhi peraturan gereja karena pelayanan dll. yang kemudian mencari-cari kesalahan orang lain tetapi datanglah sebagai orang berdosa yang sangat membutuhkan Firman Tuhan dan Roh Kudus untuk beroleh pengampunan.

Terjadilah dialog antara Yesus dan perempuan berzina itu. Perempuan itu sedang menunggu vonis dari Yesus namun tak diduga dia beroleh vonis bebas dan diingatkan untuk tidak berbuat dosa lagi.

Aplikasi: hendaknya kita tidak takut datang kepada Yesus – Firman – yang datang bukan untuk menghukum kita tetapi membongkar semua kesalahan kita (betapapun besar karena makin tua makin banyak pelanggaran yang dibuat) untuk direstorasi. Bila kita percaya kepada-Nya, Roh Kudus memenuhi kita untuk memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13) yang memerdekakan kita (Yoh. 8:32).

Firman Tuhan memberi warning/peringatan agar kita tidak berbuat dosa lagi. Tentu kita tidak boleh hanya menginginkan kasih karunia tetapi tidak mau kebenaran atau sebaliknya, menginginkan kebenaran seluruhnya tanpa kasih karunia. Hanya Yesus yang dapat memberikan pengampunan juga kebenaran.

Perempuan berzina (juga kita) masih bisa berbuat dosa lagi; itu sebabnya perlu diingatkan oleh Yesus/Firman sebab tidak ada satu orang pun kebal/imun terhadap dosa. Namun jika kita berbuat dosa, kita mempunyai seorang Pengantara yaitu Yesus Kristus (1 Yoh. 2:1). Juga Yesus menyatakan diri-Nya sebagai terang dunia. Siapa mengikut Dia tidak berjalan dalam kegelapan (dosa) melainkan mempunyai terang hidup (Yoh. 8:12). Waspada, bila kita hidup dalam kebencian, kita masih berada di dalam kegelapan (1 Yoh. 2:9-11).

Hari Pentakosta sebagai pencurahan Roh Kudus merupakan karunia Allah luar biasa yang patut kita syukuri. Harus diakui kita masih dapat berbuat dosa tetapi Firman Tuhan dan Roh Kudus-Nya senantiasa mengingatkan agar kita tidak menuruti keinginan daging. Roh Kudus juga memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran yang memerdekakan kita serta memberikan jaminan untuk beroleh penebusan yang menjadikan kita milik Allah. Amin.

 

Video Ibadah ini dapat disimak di Ibadah Pentakosta - 31 Mei 2020 - Pdt. Paulus Budiono