TINDAKAN IMAN YANG KONSISTEN


Lemah Putro, Minggu, 10 Mei 2020
Pdt. Paulus Budiono


Shalom,

Logikanya, kita akan terpaku dan fokus pada sosok atau sesuatu yang kita rindukan. Kita akan bersikap beda jika tidak tertarik atau tidak menyukainya, kita akan enggan bahkan malas memikirkan atau membahasnya. Masihkah mata kita tertuju kepada Yesus yang membawa iman kita kepada kesempurnaan (Ibr. 12:2)? Mampukah kita menyenangkan hati-Nya karena Ia senantiasa menyertai dan memelihara kita? Apakah iman kita tetap konsisten tidak mudah goyah diterpa tiupan angin ujian dan masalah terutama saat-saat ini ketika virus COVIC-19 yang mematikan menyerang seluruh belahan bumi? Apakah dengan adanya problem berat (wabah Corona, gempa bumi, longsor dll.) memacu kita untuk mencari Dia tetapi setelah semua berakhir iman kita juga ikut mereda? Iman yang tak tergoncangkan berasal dari Kristus sebab Ia sendiri tidak tergoncangkan.

Injil Yohanes diawali dengan pada mulanya adalah Firman; Firman itu adalah Allah dan menjadi manusia serta berdiam/bertabernakel di antara kita (Yoh. 1:1,14). “Bertabernakel” berarti tidak diam di tempat (mandeg) tetapi bergerak. Bukankah Yesus – Sang Firman – bergerak/berjalan ke gunung memberikan ketenangan dan ke lembah bayang-bayang maut penuh ketakutan juga berjalan di tengah-tengah kita saat ini untuk memberikan iman? Waktu itu Yesus berjalan (fisik) di daerah Palestina tetapi sekarang Firman yang hidup tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, masihkah kita percaya kepada-Nya untuk beroleh iman (Rm. 10:17)?

Ketika mempelajari Injil Yohanes, kita harus tahu siapa penulisnya dan tahun berapa dia menulis supaya kita tidak meragukan setiap ayat yang tertulis di dalamnya. Ternyata Rasul Yohanes menulis Injil Yohanes 60 tahun setelah Yesus, Gurunya, mati-bangkit dan naik ke Surga. Fokus dari Injil ini ialah Yesus – Firman menjadi manusia. Dalam pelayanan-Nya, Yesus banyak mengadakan mukjizat antara lain: air menjadi anggur di perkawinan di Kana (Yoh. 2:1-11), menyembuhkan anak pegawai istana (Yoh. 4:46-54), perbanyakan lima roti dan dua ikan (Yoh. 6:1-13). Sangat ironis, awalnya orang banyak berbondong-bondong mengikut Dia namun begitu Yesus memperkenalkan diri sebagai Roti hidup dari Surga (Yoh. 6:35) mereka meninggalkan Dia (ay. 66) tersisa 12 murid (ay. 67) bahkan Yudas Iskariot juga nantinya mengkhianati Yesus.

Apa yang terjadi dengan pengikutan terhadap Yesus? Yohanes 7:1-9? Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi yaitu hari raya Pondok Daun. Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: “Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. Sebab tidak seorang pun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian tampakkanlah diri-Mu kepada dunia.” Sebab saudara-saudara-Nya sendiri pun tidak percaya kepada-Nya. Maka jawab Yesus kepada mereka: “Waktu-Ku belum tiba tetapi bagi kamu selalu ada waktu. Dunia tidak dapat membenci kamu tetapi ia membenci Aku sebab Aku bersaksi tentang dia bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ karena waktu-Ku belum genap.” Demikianlah kata-Nya kepada mereka dan Ia pun tinggal di Galilea.”

Di pasal 7 ini tampak makin meruncingnya inkonsistensi pengikutan terhadap Yesus. Makin banyak orang tidak menyukai Yesus bahkan orang-orang Yahudi berusaha membunuh-Nya. Lebih menyedihkan lagi, saudara-saudara Yesus sendiri tidak memercayai Dia. Penulisan Injil Yohanes semakin jelas mengungkapkan adanya dua kelompok yang selalu kontradiktif – kelompok orang Yahudi dan Yesus.

Implikasi: hendaknya kita tetap konsisten memercayai Yesus sebagai Sumber iman di tengah-tengah banyaknya orang yang meninggalkan iman percaya kepada-Nya.

Makin banyak orang-orang yang sebelumnya begitu antusias mengikut Yesus meninggalkan-Nya tetapi Yesus – Sang Firman – yang mengalami kondisi ditolak, ditinggalkan bahkan mau dibunuh tetap konsisten tidak mau kompromi dengan cara-cara mereka.

Pasal 7 dimulai dengan kata “Sesudah itu”; berarti sesudah peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya. Peristiwa-peristiwa apa yang telah dilakukan Yesus, membuat orang-orang Yahudi mau membunuh-Nya?

♦ Ia menyembuhkan orang lumpuh di kolam Betesda pada hari Sabat (Yoh. 5:1-9). Orang Yahudi berusaha membunuh Dia sebab Ia tidak hanya meniadakan hari Sabat tetapi juga mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya berarti Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah (ay. 18). Memang Yesus tidak fasih berkata-kata, Ia mengatakan apa adanya dan orang Yahudi tidak dapat menerimanya.

♦ Lebih lanjut Yesus mengatakan bahwa Ia adalah roti yang telah turun dari Surga (Yoh. 6:41). Orang Yahudi bersungut-sungut makin gusar sebab mereka tahu Yesus adalah anak Yusuf yang ibu bapa-Nya mereka kenal; bagaimana mungkin Ia turun dari Surga (ay. 41-42).

Perhatikan, orang-orang yang mengikut Dia karena kebutuhan sandang, pangan dan papan (jasmani) tidak akan konsisten, cepat atau lambat akan meninggalkan Dia dan Firman-Nya (kekal) yang memberikan iman.

Konflik demi konflik terus terjadi. Mendekati hari raya Pondok Daun, banyak orang Yahudi dari seluruh pelosok datang ke Yerusalem untuk merayakan hari besar itu. Saudara-saudara Yesus sendiri yang tidak percaya kepada-Nya mengejek kalau Yesus mau popular hendaknya Ia mempromosikan diri di tengah keramaian itu. Memang Yesus sibuk dalam pelayanan menyembuhkan orang sakit dll. hingga Ia lupa makan. Ia bekerja diam-diam tidak untuk mencari nama namun orang menganggap-Nya gila (Mrk. 3:20-21). Bukankah umumnya seseorang melakukan segala macam cara dalam memamerkan diri sendiri agar dikenal orang banyak dan menjadi populer? Faktanya, praktik semacam ini tidak hanya dilakukan oleh orang-orang duniawi tetapi juga berlaku dalam gereja dan pekerjaan Tuhan.

Seharusnya adik-adik Yesus tahu siapa Dia sebab mereka telah hidup bersama dengan-Nya cukup lama. Kenyataannya, mereka tidak mendukung tetapi malah tidak percaya dan mengejek-Nya. Yesus mengatakan bahwa waktu-Nya belum tiba, apakah ini berarti Ia tidak ingin dikenal? Waktu Ia masuk Yerusalem, orang mengenalnya sebagai nabi Yesus dari Nazaret (Mat. 21:10-11). Ketika mau ditangkap di Taman Getsemani, Yesus bertanya kepada sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang lengkap dengan lentera, suluh dan senjata atas suruhan imam-imam kepala dan orang-orang Farisi siapa yang mereka cari. Jawab mereka, “Yesus dari Nazaret.” (Yoh. 18:3-5) Berarti mereka tidak mengenal Dia. Yesus tidak suka pamer, Ia senang bekerja dalam kesenyapan dan Ia tahu banyak orang membenci-Nya.

Aplikasi: hendaknya kita tidak suka menonjolkan diri tetapi iman kita kepada Yesus – Sang Firman – mengarah pada salib. Jangan pikir bahwa Firman Tuhan yang kita imani mudah diterima oleh orang yang mendengarnya (bnd. 2 Kor. 4:5, 3-6).

Makin mendekati hari raya Pondok Daun juga hari Paskah makin tinggi intensitas kebencian orang-orang kepada Yesus dan mereka berencana membunuh-Nya. Bagaimanapun juga Yesus konsisten dengan kepribadian-Nya yang tidak mudah tergoncangkan.

♦ Ternyata Yesus pergi ke Yerusalem waktu perayaan berlangsung dan mengajar di Bait Allah (ay. 14-18). Orang-orang Yahudi heran bagaimana mungkin Yesus mempunyai pengetahuan tanpa belajar. Ketidaksenangan mereka terhadap-Nya makin meningkat walau mereka menyangkal ketika Yesus terang-terangan bertanya, “Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?” Orang banyak itu menjawab, “Engkau kerasukan setan; siapakah yang berusaha membunuh Engkau?” (ay. 19-20) Namun penyangkalan mereka disanggah oleh beberapa orang Yerusalem yang mengatakan, “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?” (ay. 25-26)

Yesus yang datang dari Allah tidak menginginkan pujian dari manusia. Waspada, orang yang tidak percaya kepada-Nya akan suka berbohong. Mereka menolak Yesus juga perkataan-Nya (Yoh. 12:48-50); mereka tidak tahu bahwa Yesus adalah Teolog di atas segala teolog dunia karena Ia adalah Firman itu sendiri.

Faktanya, Firman Tuhan makin lama makin tidak disukai; buktinya sampai hari ini berapa orang yang percaya kepada Yesus dan berapa banyak yang menolak-Nya? Orang yang tidak memercayai bahkan menolak Firman Tuhan dapat diuji dari kejujurannya.

Perhatikan, manusia cenderung menolak Seseorang atau sesuatu yang bukan dari manusia (bumi) karena keterbatasan pengetahuannya. Itu sebabnya Yesus mengingatkan agar kita tidak menghakimi menurut apa yang tampak/fisik (Yoh. 7:24). Mindset Paulus berubah total setelah bertemu dengan Yesus. Kasih Kristus menguasainya sebab Kristus mati untuk semua orang supaya mereka hidup bukan lagi untuk diri sendiri tetapi untuk Dia. Oleh sebab itu Paulus tidak lagi menilai Kristus menurut ukuran manusia juga tidak lagi menilai seorang menurut ukuran manusia karena siapa yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru (2 Kor. 5:1217).

Sungguh Firman Tuhan memberikan kita hidup kekal dan membawa kita makin jauh dari pemikiran duniawi untuk mengalami keubahan demi keubahan. Tentu keubahan hidup tidak berlaku secepat membalik telapak tangan tetapi melalui proses. Oleh sebab itu tetaplah teguh mengikut Dia dan iman kita tetap konsisten walau menghadapi banyak tantangan dan halangan yang berusaha melemahkan iman hingga suatu saat kita bertemu dengan-Nya dan tinggal bersama Dia selamanya di Yerusalem Baru. Amin.

 

Ibadah ini dapat disaksikan di Ibadah Umum - 10 Mei 2020 Pdt. Paulus Budiono.