PERJUMPAAN YANG MENGUBAHKAN


Lemah Putro, Minggu, 29 Maret 2020
Pdm. Budy Avianto


Shalom,

Hari-hari ini seluruh belahan bumi baik di negara makmur, negara miskin, negara yang percaya Tuhan maupun yang ateis dst. mengalami problem serius berkaitan dengan virus Corona sehingga diberlakukan social distancing bahkan ada yang lockdown total; tak terkecuali gereja-gereja untuk sementara waktu beribadah via live streaming untuk memutus penyebaran COVID-19 ini. Apa pun dan bagaimana pun keadaan kita, Tuhan hadir bila dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Nya (Mat. 18:20).

Tak seorang dapat memprediksi dengan tepat kapan badai virus ini segera berlalu tetapi kita patut bersyukur dalam kondisi sulit pun kita masih dapat mencari dan menemukan Pribadi-Nya. Karena ada waktunya manusia akan kelaparan dan kehausan untuk mendengarkan Firman Tuhan. Mereka mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari Utara ke Timur mencari Firman Tuhan tetapi tidak mendapatkannya; bahkan anak-anak dara dan teruna rebah lesu karena kehausan (Am. 8:11-14). Bahayanya, orang yang hatinya kosong tidak ada Firman Tuhan (= Pribadi Allah; Yoh. 1:1) akan melakukan banyak tindak kejahatan walau kondisi negara dalam keadaan ‘aman’. Bukankah kejahatan dan pembunuhan dilakukan oleh mereka yang tidak takut akan Tuhan?

Sesungguhnya, betapapun buruk kondisi kita, selama kita masih dapat membaca dan mendengarkan Firman Tuhan yang menimbulkan iman (Rm. 10:17) walau dengan upaya keras, hati kita menjadi tenang, kuat dan berpengharapan. Terlebih lagi, kita juga menghadapi musuh-musuh yang tidak kelihatan kasatmata itulah pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia gelap ini, roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12).

Tak perlu diragukan bahwa Tuhan sangat mengasihi kita; bila kita mau datang dan percaya kepada-Nya, kehidupan rohani kita akan bertumbuh dan iman kita menjadi kuat untuk dapat mengasihi-Nya seperti dialami oleh perempuan Samaria. Apa yang terjadi dengan perempuan ini?

♦ Hidupnya dipuaskan dengan air hidup (Yoh. 4:1-15).
Setelah mengadakan pelayanan di Yudea, Yesus bersama para murid-Nya kembali ke Galilea melintasi daerah Samaria dan berhenti di Sikhar di mana ada sumur Yakub di sana. Mereka lapar dan para murid pergi ke kota membeli makanan sementara Yesus yang letih duduk di pinggir sumur.

Datanglah perempuan Samaria hendak menimba air. Yesus bertanya kepadanya, “Berilah Aku minum.” (ay. 7) Kata perempuan itu, “Masakan Engkau, seorang Yahudi minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)” (ay. 9)

Perempuan Samaria ini tidak mengenal Yesus (orang Yahudi) dan tahu bahwa ada gap antara orang Yahudi dan orang Samaria. Memang ada perbedaan kasta, orang Yahudi merasa superior/lebih tinggi sebagai umat pilihan Allah kemudian merendahkan bangsa-bangsa lain. Namun Yesus berinisiatif membuka percakapan walau sebenarnya ada larangan keras.

Yesus menjawab,“Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! Niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” (ay. 10)

Tampak jawaban Yesus “tidak nyambung” dengan pertanyaan perempuan Samaria ini, membuatnya bingung. Awalnya Yesus meminta air minum dari sumur (fisik) tetapi kemudian beralih topik mengenai karunia Allah dan air hidup.

Apa itu karunia/pemberian Allah? Bila kita bertobat dan dibaptis dalam Nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa, kita menerima karunia Roh Kudus (Kis 2:38). Roh Kudus ini murni pemberian dari Allah yang tidak dapat diberikan oleh manusia siapa pun dan Yesus adalah Pembaptis Roh Kudus (Mrk. 1:8).

Terjadi dialog yang tidak seimbang, perempuan Samaria berbicara perkara jasmani bersifat sementara sedang Yesus berbicara mengenai dunia Roh. Ilustrasi: semakin kita mengenal seseorang, semakin kita dapat
mempercayainya. Sayang, perempuan Samaria ini tidak mengenal Yesus; itu sebabnya dia berbicara sebatas perkara jasmani bersifat sementara. Padahal Yesus adalah Alfa dan Omega yang ada, sudah ada dan akan datang serta berkuasa (Why. 1:8). Kita yang sudah mengenal Dia melalui Firman-Nya hendaknya tetap minta kemurahan agar tidak ditinggal oleh-Nya. Beda dengan perempuan Samaria yang tidak mengenal Yesus, dia tidak akan merasa kehilangan jika meninggalkan Yesus sebab dia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh-Nya.

Jujur, kita sering tidak mengerti ketika membaca dan mendengarkan Firman Tuhan tetapi jangan mudah menyerah! Tetaplah mendengar dan percaya pada Firman Tuhan yang adalah Pribadi Allah (Yoh. 1:1) dan berdiam/bertabernakel di antara kita (ay. 14) maka makin hari kita makin mengenal Siapa Dia. Percayalah bahwa Ia – Sang Firman – ada, sudah ada dan akan datang serta memiliki kuasa.

Beruntung perempuan Samaria ini tidak beranjak meninggalkan Yesus walau dia tidak mengerti apa yang dimaksud dengan air hidup yang dibicarakan oleh-Nya. Dia tetap mendengarkan penjelasan Yesus dan meminta air hidup tersebut supaya dia tidak haus dan tidak perlu lagi datang ke sumur menimba air.

Memang kita membutuhkan perkara-perkara jasmani selagi hidup di dunia tetapi jangan melupakan hati yang membutuhkan air hidup agar kita dapat bertahan sampai pada kehidupan kekal. Kalau kita terus berkutat pada kebutuhan jasmani untuk mempertahankan hidup sehari-hari, kita tidak akan mengalami kepuasan, contoh: banyak orang kaya masih ngotot menumpuk kekayaan (dunia) karena tidak puas dengan aset yang dimilikinya. Jika Tuhan memanggil jiwanya malam ini, untuk siapa harta itu nanti (Luk. 12:20)?

Apa yang dimaksud Yesus dengan air hidup itu? Pada puncak perayaan Pondok Daun, Yesus mengundang barangsiapa haus untuk datang dan percaya kepada-Nya maka dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup itulah Roh Kudus (Yoh. 7:38-39). Setelah Yesus mati, bangkit dan dimuliakan naik ke Surga, Bapa mengirimkan Roh Kudus sebagai Penolong yang menyertai kita selamanya (Yoh. 14:16,26).

Logikanya, air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Untuk dapat dipenuhi Roh Kudus, diperlukan sikap rendah hati dalam mencari Firman Tuhan agar makin mengenal Dia. Terbukti perempuan Samaria ini rendah hati, dia tetap mendengarkan perkataan Yesus (Sang Firman) walau tidak mengerti untuk makin mengenal-Nya.

Apa fungsi dan tugas dari Roh Kudus? Setelah Yesus pergi kepada Bapa yang mengutus-Nya, Roh Kudus diutus sebagai Penghibur untuk menginsafkan dunia akan dosa, memimpin ke dalam seluruh kebenaran dan akan adanya penghakiman (Yoh. 16:7-15). Kalau ada Roh Kudus dalam hati, kita mengalami keubahan demi keubahan karena Ia mengingatkan akan kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Ia juga menghibur di kala kita susah serta membimbing kita untuk mengerti akan Firman Tuhan dan percaya Yesus memberikan keselamatan (Yoh. 3:16). Kehidupan yang dibarui akan mengalami kepuasan. Roh Kudus yang mengalir dari hati memancar dan diekspresikan melalui pikiran, perkataan dan perbuatan sehingga kita tidak hidup berjalan dalam daging lagi membuat kita dapat bertahan hingga beroleh hidup kekal.

Aplikasi: ketika kita membaca dan mendengarkan Firman Tuhan dengan rendah hati kemudian percaya, hati kita dimeteraikan oleh Roh Kudus untuk beroleh hidup kekal. Roh Kudus juga menjadi tanda kepemilikan Allah atas hidup kita (Ef. 1:13-14). Waspada, orang yang keras hati tidak mau berubah ketika diingatkan Roh Kudus akan dosa yang diperbuatnya, tidak mau dibimbing untuk hidup dalam kebenaran juga tidak percaya adanya penghakiman sehingga dia tidak berhenti berbuat dosa berakibat pada kebinasaan.

Siapa Yesus itu? Ia adalah Alfa dan Omega yang memberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan. Orang percaya dan ada Roh kudus di dalam hidupnya akan mengalami keubahan demi keubahan hingga tak bercacat cela untuk satu kali kelak bertemu dengan Sumber air kehidupan. Namun orang-orang penakut, orang-orang tidak percaya (berarti tidak ada kerendahan hati sehingga tidak ada meterai Roh Kudus), orang-orang keji dll. akan mendapat bagian di dalam lautan api sebagai kematian kedua (Why. 21:6-9).

Perempuan Samaria awalnya tidak mengenal dan tidak mengerti perkataan Yesus tetapi ada kerendahan hati untuk tetap mendengarkan perkataan-Nya sehingga timbul percaya kemudian meminta air hidup yang dibutuhkannya.

♦ Pengenalannya terhadap Yesus meningkat dan mengakui-Nya sebagai Nabi (ay. 16-19).
Saat bertemu Yesus, perempuan Samaria ini mengalami keubahan dari rasa ketidakpuasan yang digumulinya. Dia mengaku dengan jujur tentang ketidakpuasan dalam hidup nikahnya ketika ditanya oleh Yesus. Yesus tahu persis masalah nikah perempuan ini yang pasti disembunyikan menjadi rahasia karena sangat memalukan.

Pandangan perempuan ini berubah dan mengakui Yesus sebagai nabi. Kita tahu nabi banyak ditemukan dalam Perjanjian lama. Nabi adalah orang pilihan Allah dan bertugas sebagai penyambung lidah-Nya. Contoh: Musa menulis Kitab Kejadian padahal dia belum ada saat penciptaan alam semesta. Nabi juga berbicara tentang perkara yang akan datang seperti Nabi Amos. Ada pula nabi yang dipakai Tuhan untuk mengadakan mukjizat seperti Nabi Elia yang mendatangkan api dari Surga untuk menyambar habis kurban bakaran, kayu api bahkan air di parit (1 Raja. 18:36-38).

Dalam kitab para nabi di Perjanjian Lama ada nabi besar dan nabi kecil sementara dalam Perjanjian Baru Yesus juga Yohanes disebut nabi. Apa pengertiannya? Yesus diutus Allah dan perkataan-Nya mengandung kuasa jika kita mempercayainya. Contoh:

- Ketika Yesus memberi makan 5.000 orang laki dengan 5 roti jelai dan 2 ikan bahkan ada kelebihannya, Ia dipanggil Nabi karena mengadakan mukjizat (Yoh. 6:14).
- Dua murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus memberitahu Yesus (yang tidak dikenalnya setelah bangkit dari kematian) bahwa Yesus adalah nabi yang berkuasa dalam perkataan dan perbuatan (Luk. 24:13-14,19). Ia mengubah air menjadi anggur di perkawinan di Kana (Yoh. 2:1-11); menyembuhkan hamba perwira yang sakit (Luk. 7:1-10); membangkitkan Lazarus yang mati (Yoh. 11:17,39-44) dll. sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk. 1:37).

Perempuan Samaria memanggil Yesus Nabi sebab Ia mampu menjelaskan masa lampaunya, masa sekarang dan yang akan datang.

Sering Firman Tuhan datang untuk mengajar, menyatakan yang salah, memperbaiki kelakuan, mendidik dalam kebenaran (2 Tim. 3:16), bagaimana reaksi kita? Hendaknya kita rendah hati dan percaya akan Firman-Nya, kembali kepada-Nya dan bersedia diubahkan bukan malah salah paham lalu menyalahkan Firman yang terlalu keras atau mengelak ketika kesalahan kita ditegur. Perhatikan, (hati) orang yang lapar akan Firman Tuhan cenderung bertindak ngawur dan mata gelap.

Penyembahannya dikoreksi oleh Yesus. Penyembahan tidak lagi dilakukan di atas gunung atau di Yerusalem kepada allah yang tidak dikenal tetapi menyembah kepada Bapa dalam roh dan kebenaran (ay. 20-24).
Hati yang didiami oleh Roh Kudus dan Firman Tuhan berpengaruh pada penyembahan. Tadinya perempuan ini menyembah di tempat tertentu kepada allah yang tidak dikenalnya tetapi Yesus menegaskan bahwa Allah yang hidup adalah Roh dan kita dapat menyembah Dia di mana pun dalam roh dan kebenaran.

Introspeksi: siapa yang kita sembah? Memang kita tidak menyembah berhala fisik seperti patung-patung dan jimat tetapi tanpa sadar kita masih terikat pada ‘berhala-berhala’ yang kita ‘sembah’ (antara lain: hobi dan pekerjaan) melebihi Tuhan yang hidup. Tentu tidak salah kita harus bekerja keras karena Alkitab mengingatkan jika kita tidak bekerja janganlah makan (2 Tes. 3:10) juga menyalurkan hobi tetapi jangan memberhalakannya. Jangan pula terikat dengan situasi, kondisi dan perasaan untuk menyembah-Nya (misal: harus di gereja, dilakukan dalam sekelompok orang baru merasakan Tuhan hadir). Ada hikmah yang diperoleh dari social distancing, kita diajar mandiri untuk tidak bergantung pada orang lain dalam menyembah Tuhan. Firman Tuhan dan Roh Kudus yang ada dalam hati mengingatkan dan mendorong kita untuk suka menyembah

Dia dalam roh dan kebenaran di mana pun dan kapan pun.

Hamba Tuhan yang benar akan menolak untuk disembah seperti dilakukan oleh malaikat yang hampir disembah oleh Rasul Yohanes (Why. 19:10; 22:8-9). Hamba Tuhan betapapun hebatnya hanya bertugas menyampaikan dan memaparkan Firman-Nya. Bila pendengar dapat mengerti akan penjelasan Firman yang disampaikan, itu karena Roh Kudus yang mengungkapkan pengertiannya.

Perhatikan, bila kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan mengenal-Nya dengan baik, hati akan dipenuhkan oleh Firman dan Roh Kudus sehingga kehidupan kita diubahkan dari hari ke hari. Kita dapat menyembah Dia dalam roh dan kebenaran tanpa dibatasi oleh tempat, waktu, kondisi maka Allah Tritunggal tinggal di dalam kita. Amin.

 

Video ibadah selengkapnya dapat disimak di Ibadah Umum - "Perjumpaan Yang Mengubahkan" Pdm. Budy Avianto.