JESUS IS THE AUTHOR OF OUR LIVES

Lemah Putro, Minggu, 22 Maret 2020
Pdt. Stephen Pandir Manurung


Shalom,

Kali ini ibadah agak berbeda, sebagai warga negara yang baik kita berusaha mematuhi anjuran pemerintah untuk mengurangi penularan virus Corona yang menyebar masif dan cepat dengan beribadah via live streaming. Tahukah kita bahwa Tuhan mahahadir saat kita mencari wajah-Nya dan mendekat bila kita datang kepada-Nya dengan segenap hati? Apa yang ada dalam hati dan pikiran Tuhan? Ingin selalu dekat dengan umat-Nya dan mereka berada di dalam hati-Nya. Ketika jatuh ke dalam dosa, manusia terpisah dari-Nya (Yes. 59:2). Allah terus berpikir bagaimana dapat dekat kembali dengan manusia dan puncaknya Yesus mati di kayu salib untuk memperbaiki jarak pemisah Allah dan manusia yang begitu jauh.

Kalau sekarang pemerintah menerapkan social distancing oleh karena virus Corona (COVID-19), dahulu dosa telah membuat jarak antara Allah dan manusia. Namun Ia tetap berkarya sampai sekarang agar kita menjadi warga Kerajaan Surga sebab kita adalah milik-Nya.

Bagaimana wujud kepemilikan Yesus atas hidup kita?

1. Yesus sendiri yang menyucikan hidup kita (Yoh. 3:22-27).

“Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon dekat salim sebab di situ banyak air dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis….Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: “rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya. Jawab Yohanes: “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil (receive = menerima/beroleh) sesuatu bagi dirinya kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.”

Salah satu dari sekian banyak program yang dikerjakan oleh Allah dan upaya yang dilakukan-Nya agar kita menjadi milik-Nya terlihat pada segmen/bagian ayat-ayat ini. Apa itu? Bahwa Pemilik kita adalah Yesus sendiri dan hanya Dia yang berhak menyucikan hidup kita.

Terjadi perselisihan mengenai penyucian dihubungkan dengan baptisan air yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis dan ‘ditengarai’ dilakukan pula oleh Yesus. Tidak heran, dari dahulu masalah doktrin sudah menjadi akar perselisihan. Bukankah para pendeta lebih disibukkan dengan masalah doktrin (walau perlu) hingga timbul sengketa karena merasa doktrinnya lebih hebat dan benar sementara Yesus sibuk memberitakan Kerajaan Surga yang kekal?

Murid Yohanes bingung mengapa Yesus juga membaptis. Benarkah Ia yang membaptis? Ternyata ini hoax dan Iblis tertawa senang. Perhatikan, jika hamba Tuhan dan jemaat sibuk berselisih karena masing-masing mengunggulkan doktrin dan gerejanya, tanpa sadar Iblis berhasil menyebarkan virus perselisihan sehingga energi, waktu serta uang mereka terkuras habis hanya untuk masalah yang tidak begitu penting.

Murid-murid Yohanes bingung ketika muncul a rising star (Yesus) yang ‘membaptis’ karena selama itu baptisan air telah menjadi ‘monopoli’ pekerjaan Yohanes bahkan baptisan air menjadi trade mark Yohanes sehingga ia dijuluki Yohanes Pembaptis. Mereka berupaya menjaga nama baik gurunya (senior) dan brand baptisan tetap dipegang oleh Yohanes.

Dari perselisihan yang timbul dapat disimpulkan bahwa topik pertikaian berkisar pada (1) siapa yang paling hebat dan layak mengajarkan/melaksanakan ritual penyucian (2) kesenioritasan dan (3) pengikut siapa yang terbanyak.

Kalimat “rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.” (ay. 26) kelihatan mendukung tetapi sangat provokatif. Mengapa? Karena mengandung unsur hoax sebab yang membaptis bukanlah Yesus tetapi para murid-Nya (Yoh. 4:2). Juga pelayanan diidentikkan dengan sebuah kompetisi. Hati-hati, pelayan/hamba Tuhan akan menjadi nyaman/tidak nyaman bila dipuji/direndahkan.

Mendengar pernyataan para muridnya, Yohanes menjawab dengan tepat bahwa tidak ada seorang pun menerima/beroleh sesuatu kalau bukan dari Surga/Tuhan. Artinya, penyucian itu sepenuhnya hak (cipta) dari Mesias dan dilakukan oleh-Nya. Jawaban pelayan Tuhan senior ini (Yohanes) hendaknya menjadi guidance bagi para hamba Tuhan bahwa (berita) penyucian bukan untuk pribadi atau golongan tertentu alias tidak boleh ada monopoli pengajaran. Siapa saja yang mengklaim sebagai miliknya sama dengan melanggar hukum Surga. Dengan demikian tidak lagi terjadi pengelompokan/pengotakan antarhamba Tuhan. Bukankah hoax dan pengelompokan memecah belah dan merusak hubungan satu sama lain?

Berbicara tentang penyucian, Yohanes mengatakan bahwa dia bukan Mesias tetapi diutus untuk mendahului-Nya. Maksudnya, dia hanya melakukan tugas membaptis orang tetapi penyucian merupakan hak Yesus sepenuhnya.

Aplikasi: hamba Tuhan dapat menyampaikan Firman pengajaran yang kuat, mendoakan orang sakit dll. tetapi kalau orang ditolong karena Firman yang didengarnya dan sembuh karena doa yang dipanjatkan semua ini bukan karena hamba Tuhan tersebut sakti tetapi Tuhan bekerja dengan kuasa-nya. Contoh: ketika Petrus menyembuhkan orang lumpuh di pintu gerbang Bait Allah, orang banyak sangat heran lalu mengerumuni Petrus dan Yohanes. Petrus berkata kepada mereka, “Hai orang Israel, mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? …Yesus yang kamu serahkan dan tolak..telah kamu bunuh tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati…Nama Yesus telah memberi kesembuhan kepada orang ini..” (Kis. 4:11-16)

Jangan mencuri kemuliaan Tuhan dengan membanggakan diri dipakai Tuhan dengan hebat – merasa mampu memperbaiki kehidupan nikah yang bobrok dan doanya manjur menyukseskan usaha di tengah kelesuan bisnis! Jemaat juga tidak boleh membanding-bandingkan antarhamba Tuhan sebab gembala/pendeta yang ditempatkan di sebuah gereja lokal itu sesuai dengan kebutuhan jemaat setempat dan era di sekitarnya sehingga masing-masing bertumbuh dewasa dan saling melengkapi sebagai kesatuan Tubuh Kristus.

Pola kerja Tuhan bervariasi sesuai dengan zamannya. Di masa lampau Ia turun tangan langsung tetapi sekarang Ia memakai hamba-hamba-Nya tetapi semua otoritas tetap ada di dalam tangan-Nya. Jadi tidak ada pendeta sakti/hebat yang dapat menguatkan iman kita atau menyucikan hidup kita.

Yohanes Pembaptis membalikkan cara pikir para muridnya. Dia tidak tersanjung ketika dipuji pekerjaannya namun apa katanya?

2. Yesus sendiri Pemilik kekal hidup kita (ay. 28-30).

“Kamu sendiri dapat memberi kesaksian bahwa aku telah berkata: aku bukan Mesias tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan ialah mempelai laki-laki tetapi sahabat mempelai laki-laki yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil.”

Ilustrasi: ketika seorang suami disuruh memilih beberapa orang yang paling dekat dengannya (istri, anak, kakak, adik, paman, bibi), dia akan memilih istri walau tidak ada hubungan darah sebab yang lain akan meninggalkan dia ketika mereka membentuk keluarga sendiri. Istri menjadi bagian dari hidupnya namun tetap ada batas waktu karena istri akan meninggalkannya ketika dipanggil kembali oleh Tuhan.
Jauh berbeda dengan Yesus yang memilih kita untuk menjadi milik-Nya. Semua yang ada di bumi ini adalah kepunyaan-Nya tetapi semua fana akan binasa kecuali satu itulah kita yang akan hidup bersama-Nya di dalam kekekalan.

Yohanes Pembaptis menggunakan satu loncatan istilah yang begitu tiba-tiba dan sangat cepat — dari istilah Mesias ke istilah Mempelai Laki-laki – namun saling berhubungan.

Mesias (= Yang diurapi) → tanda pengesahan

Mempelai laki-laki → tanda kepemilikan kekal

Singkatnya, kita sah menjadi milik-Nya sebagai Mempelai wanita bagi Dia, Mempelai laki-laki Surga.

Bila kita perhatikan dengan cermat, seluruh gelar yang disematkan pada jemaat seperti: gereja-Nya, tubuh Kristus, ranting, domba dll. Namun puncak dari peristilahan berhenti dalam Kitab Wahyu dengan sebutan: Mempelai perempuan dan Pengantin perempuan (Why. 21:9; 22:17).

Jadi, Tuhan tidak mencari mereka yang melihat dia sebagai Yehova Rapha (Allah yang menyembuhkan), Yehova Jireh (Allah yang menyediakan), Yehova Nissi (Allah panji kemenangan) dll. tetapi Ia merindukan mereka menyebut-Nya Mempelai Pria Surga.

Yohanes tidak merasa rugi ketika murid-muridnya meninggalkan dia untuk mengikut Yesus sebab dia tahu persis Siapa Yesus itu. Dia hanya bertugas sebagai hamba Tuhan yang memperkenalkan Yesus sebagai Mempelai Pria Surga yang berhak memiliki gereja sebagai Mempelai perempuan-Nya.

Sayang, kita sering mempertahankan perkara-perkara yang tidak kekal lalu mengabaikan yang kekal oleh sebab rasa takut, khawatir, cemas yang menguasai hati dan pikiran kita terlebih saat-saat ini ketika wabah virus COVID-19 melanda seluruh dunia membuat kepanikan luar biasa. Ingat, Ia Pemilik hidup kita, jalani hidup apa adanya dan beriman bahwa Ia memelihara hidup kita, bukankah kita lebih dari burung-burung di udara yang dipelihara oleh-Nya (Mat. 6:25-26)? Hati yang gembira adalah obat yang manjur tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang (Ams. 17:22). Sering terjadi kita sakit bukan karena penyakit tetapi karena kecemasan yang berkelebihan. Tentu kita harus tetap bekerja dan berdoa namun yakinlah Yesus Pemilik kita, keluarga dan masa depan kita. Peristiwa pandemi virus Corona menjadi momen indah bagi kita untuk makin dekat kepada-Nya.

Yohanes mengatakan bahwa sukacitanya penuh dan menegaskan biar Yesus makin besar dan dia makin kecil. Sangat jelas, hatinya jauh dari iri hati melihat pelayanan Yesus makin tenar dan fokus utama dalam pelayanannya ialah Yesus makin dipermuliakan. Alangkah indahnya jika dalam pelayanan, hamba Tuhan senior/tua tidak melecehkan tetapi menghargai hamba Tuhan junior/muda!

Hendaknya pelayanan apa pun yang kita lakukan berfokus pada Tuhan dan memperkenalkan Dia sebagai Pemilik hidup kita yang satu kali kelak bersanding dengan Dia, Mempelai Pria Surga, di dalam Kerajaan-Nya yang kekal. Amin.

 

Video ibadah ini dapat disimak di Ibadah Umum - "Jesus is the author of our lives" - Pdt. Stephen Manurung.