JAMINAN KEHIDUPAN KEKAL


Lemah Putro, Minggu, Januari 19, 2020
Pdt. Paulus Budiono


Shalom,


Hendaknya kita makin mencintai Firman Tuhan dan tidak memilah-milah pemberitaan Firman, misal: Firman penginjilan harus disampaikan pada ibadah raya hari Minggu sementara Pendalaman Alkitab pada hari Jumat kalau kita mau belajar lebih dalam tentang Firman. Apa benar hari Minggu tidak boleh menyampaikan Pendalaman Alkitab dan hari Jumat tidak boleh memberitakan Firman penginjilan? Apakah Yesus membeda-bedakan kapan memberitakan penginjilan dan pengajaran? Ternyata Alkitab tidak pernah menuliskan pembatasan pelayanan Yesus, para murid dan rasul lainnya. Contoh: ketika Yesus berada di muka bumi, Dia mengajar, menginjil dan berdoa tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu. Ia mengajar juga menginjil di sinagoge, berdoa di Taman Getsemani, berkhotbah di pinggir danau, mengajar di atas perahu, menjelaskan seluruh Kitab Suci kepada dua murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus dst. Bagi-Nya, penginjilan atau pengajaran tidak harus dipisahkan atau dilakukan hanya pada event tertentu. Ingat, iman kita menjadi kuat bukan karena fasihnya pengkhotbah atau bagusnya model ibadah tetapi kuasa Firman Tuhan yang disampaikan dalam bentuk apa pun.

Pembelajaran: hendaknya kita tidak terkungkung dengan peraturan gereja yang kaku sehingga kita tidak mengenal siapa Tuhan sesungguhnya; akibatnya kita menjadi malas beribadah dan bosan membaca Alkitab.

Mulai Minggu ini kita mempelajari Injil Yohanes dan sebagai introduksi dari Injil ini kita membaca Yohanes 1:14 yang menyatakan, Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih karunia dan kebenaran.”

Siapa Firman menjadi manusia? Yesus datang ke dunia sebagai manusia melalui proses kelahiran (Luk. 2:7) dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1). Ia berada di dunia ± 33½ tahun kemudian kembali ke Surga setelah melewati kematian disalib dan dibangkitkan pada hari ketiga. Berapa umur Yesus sekarang? Apakah Dia sudah tua sekali berumur lebih dari 2.000 tahun seperti manusia mengalami pertambahan usia tiap tahun? Umumnya dengan makin bertambah tua, penampilan tidak lagi tampan atau cantik serta kuat seperti di usia muda, suami/istri sudah luntur cinta mula-mulanya terhadap pasangan hidupnya dan kehidupan nikah menjadi monoton. Apakah kita masih mengasihi Yesus yang sudah ‘tua renta’? Sungguhkah Yesus berubah tua? Yesus Kristus – Sang Firman – tidak pernah berubah baik kemarin, hari ini dan sampai selamanya (Ibr. 13:8). Mengapa kita makin lama makin bosan dan tidak senang membaca Alkitab? Padahal dengan membaca Alkitab kita menemukan Pribadi Yesus yang tidak pernah mengecewakan tetapi selalu mengayomi kita!

Perlu diketahui, zaman dahulu Alkitab yang berbentuk gulungan tanpa pasal dan ayat ditulis oleh lebih dari 40 penulis dengan latar belakang (budaya, pendidikan, status sosial dll.), tempat dan waktu berbeda yang mencakup 1.500 tahun. Tak dapat dipungkiri, kitab gulungan ini hasil dari aneka ragam pikiran dan perasaan para penulis tetapi ajaibnya semua mengarah pada satu tujuan yang kemudian dikanonisasi oleh bapak-bapak gereja pada abad 3 – 4 menjadi Alkitab pegangan kita hingga sekarang. Apakah mudah menyatukan pikiran bapak-bapak gereja yang menemukan dan menyelidiki gulungan-gulungan kitab tersebut? Dapat dipastikan dalam berkomunikasi, mereka berdebat menimbulkan gesekan-gesekan selama ratusan tahun namun akhirnya tercapai satu kesatuan bukan hasil kerja ketua umum atau sinode terbesar tetapi semata-mata karya Roh Kudus (cuma satu) yang mengendalikan mereka.

Kita meyakini Allah Tritunggal yang Esa memiliki hanya satu tujuan. Allah Bapa sebagai konseptor/penyusun gagasan, Yesus (Allah Anak) melaksanakan tugas Bapa dan Roh Kudus berkarya mengubah kehidupan kita menjadi manusia Ilahi.

Kita juga harus percaya bahwa Alkitab ini Firman Allah dan apa yang tertulis di dalamnya menyatakan Pribadi-Nya. Contoh: Injil Yohanes menulis tentang Yesus dan segala pekerjaan yang dilakukan-Nya.

Ketika membaca sebuah buku, kita selalu menjumpai apa tujuan si penulis dalam membuat buku tersebut. Demikian pula Rasul Yohanes mempunyai tujuan ketika menulis Injil Yohanes, yaitu, “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya yang tidak tercatat dalam kitab ini tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh. 20:30-31)

Rasul Yohanes menyatakan Yesus yang dikenalnya di dalam tulisannya. Tentu tidak salah dia menulis tentang kegiatan Yesus saat dia mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan oleh Gurunya selama di dunia (± 3½ tahun). Namun dari semua tulisan tentang Yesus, Yohanes bertujuan agar kita percaya bahwa Yesus, Anak Allah adalah Mesias yang memberikan kita hidup kekal di dalam Nama-Nya.

Pertanyaan: apa tujuan Tuhan menolong kehidupan nikah kita? Apakah hanya untuk menyatu di bumi yang bersifat sementara waktu? Apa yang terjadi setelah kita meninggal?

Para murid Yesus, termasuk Yohanes, menjadi saksi hidup melihat tanda-tanda yang diperbuat Yesus bahkan mereka menerima Roh Kudus dari embusan napas-Nya (Yoh. 20:22). Yohanes mengakui tidak semua tanda yang dilihat mereka dicatat di dalam kitabnya (ay. 30); bukan berarti karena dia tidak lulusan teologi kemudian tidak dapat menulis secara sistematik untuk meliput seluruh aktivitas Yesus. Dia menekankan agar kita memercayai apa yang telah tertulis dalam Alkitab. Dengan kata lain, kita tidak perlu mencari tahu kegiatan Yesus yang ditulis di buku-buku di luar Alkitab yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Misal: ada buku yang mengisahkan Yesus mengambil lempung, membuat bentuk burung kemudian meniupnya menjadi burung lalu terbang.

Yohanes menegaskan tujuan akhir iman kita bukanlah sekadar menjadi orang Kristen atau percaya akan agama Kristen tetapi percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Raja yang diurapi, dan kita beroleh hidup (kekal) di dalam Dia. Kesaksian yang ditulisnya itu benar adanya (Yoh. 21:24-25).

Aplikasi: hendaknya kesaksian kita dalam bentuk apa pun (khotbah, kesaksian hidup, nyanyian dll.) yang dilihat dan didengar orang itu benar dan tidak bombastis. Dengan demikian, kita makin berhati-hati dalam bertutur kata maupun bertindak.

Kita harus belajar mempunyai pemikiran yang menerobosi kemanusiaan kita. Jangan terlalu main perasaan sungkan atau kesengsem dengan tulisan seseorang sekalipun best seller tetapi diragukan kebenarannya! Kita harus kembali ke Alkitab yang kebenarannya tidak dapat diragukan.

Kita mengenal adanya empat Injil – Matius, Markus, Lukas, Yohanes – yang ditulis oleh empat orang dan semuanya menuliskan tentang Pribadi Yesus, Anak Allah, dan perbuatan besar yang dilakukan-Nya. Sebenarnya hanya ada satu Injil tentang Yesus Kristus Anak Allah (Mrk. 1:1) namun ditulis oleh empat orang yang diurapi Roh Kudus dengan gayanya sendiri-sendiri untuk menunjukkan betapa kayanya Firman Tuhan. Bila diperhatikan lebih saksama, Injil Yohanes agak beda dari tiga Injil lainnya. Tiga Injil – Matius, Markus, Lukas – memiliki kesamaan pandangan dan disebut Injil Sinopsis. Mereka mengupas Yesus dari sisi kemanusiaan-Nya (silsilah kelahiran-Nya sebagai keturunan Raja, pelayanan-Nya sebagai Hamba yang disertai mukjizat, penderitaan yang dialami-Nya sebagai manusia) sementara Injil Yohanes berbicara dari sisi keilahian-Nya tentang siapa Yesus sesungguhnya.

Injil Yohanes diawali dengan “Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Mengapa Injil Yohanes ditulis? Karena pada abad satu ada ajaran dalam kalangan Kristen yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah. Mereka menganggap Yesus adalah Allah kecil/minor. Itu sebabnya Rasul Yohanes dalam usia tua menulis untuk mempertanggungjawabkan siapa Yesus dalam usaha menangkis dan mengantisipasi mereka yang mengatakan Yesus bukan Allah tetapi diciptakan oleh Allah seperti dianut oleh saksi Yehuwa.

Kita tahu orang Yahudi sangat mengenal dan mengagungkan lima kitab Musa yang dianggap sebagai awal dari semua kitab. Terbukti ada kemiripan antara Kitab kejadian (PL) dengan Injil Yohanes (PB), yaitu:
Kejadian 1:1 menuliskan, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”

Yohanes 1;1 menuliskan, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”

Rasul Yohanes pasti sangat mengerti tentang kitab Perjanjian Lama. Meskipun mirip, apa juga perbedaan antara Kejadian 1:1 dengan Yohanes 1:1. Kitab Kejadian menyebutkan “Pada mulanya Allah menciptakan”, siapa itu Allah? Ada pertanyaan konyol yang menanyakan “kalau Allah menciptakan lalu siapa yang menciptakan Allah?” Kitab Yohanes menjawab siapa Allah sebenarnya. Jelas adanya benang merah antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan ini tidak dapat dipisahkan. Jadi, kita tidak boleh berhenti hanya pada Perjanjian Lama sehingga terkesan Allah itu kejam karena menghukum fisik jika Ia murka. Allah menciptakan alam semesta dan isinya dengan tertib. Ia juga menciptakan waktu tetapi Ia sendiri tidak butuh waktu. Nanti di Yerusalem baru, tidak lagi ada matahari dan bulan yang menunjukkan waktu (Why. 21:23); artinya, semua kembali pada semula yaitu Allah yang tidak berawal dan berakhir alias kekal.


Kitab Kejadian menyatakan Allah menciptakan melalui Firman (ay. 3,6,9, dst.) dan segala sesuatu dijadikan oleh-Nya, tanpa Dia tidak ada satu pun jadi (Yoh. 1:3). Jelas, masalah apa pun yang kita hadapi dapat diselesaikan oleh Dia melalui Firman-Nya.

Pada hari keenam, Allah melihat segala yang diciptaan-Nya sungguh amat baik (Kej. 1:31). Kalau kita menginginkan hidup nikah yang baik, kembalilah kepada Allah, Pencipta nikah. Ia tidak hanya menciptakan materi untuk kita nikmati di bumi ini. Di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia (Yoh. 1:4). Allah-Yesus-Roh Kudus itu terang dan kita pun masuk di dalam terang bahkan beroleh hidup kekal bila kita percaya bahwa Yesus adalah Mesias.

Hendaknya kita percaya bahwa Yesus, Anak Allah, adalah Mesias maka kita beroleh hidup kekal di dalam Nama-Nya. Cintai Firman Tuhan dengan tekun merenungkannya siang dan malam sebab Firman-Nya mampu menopang hidup kita hingga satu kali kelak kita kembali berkumpul bersama-Nya tanpa dibatasi waktu di Yerusalem baru. Amin.

Video Ibadah ini dapat disimak di Ibadah Umum - Introduksi Injil Yohanes - Jaminan Kehidupan Kekal - Pdt. Paulus Budiono.