ANUGERAH TERINDAH


Lemah Putro, Minggu, 12 Januari 2020
Pdm. Setio Dharma Kusuma


Shalom,
Ketika seseorang meninggalkan kita (meninggal) dan kita tidak lagi bertemu dengan dia selama-lamanya, kita akan sangat menghargai pesan yang ditinggalkannya entah melalui perkataan atau tulisan (surat). Demikian pula sebelum Yesus naik ke Surga, Ia meninggalkan amanat agung kepada para murid-Nya juga kita sekarang untuk meneruskan pemberitaan Injil keselamatan hingga ke ujung bumi.

Apa pesan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi juga kita sekarang untuk ditindaklanjuti? Filipi 4:21-22 menuliskan, “Sampaikanlah salamku kepada tiap-tiap orang kudus dalam Kristus Yesus. Salam kepadamu dari saudara-saudara yang bersama-sama dengan aku. Salam kepadamu dari segala orang kudus khususnya dari mereka yang di istana Kaisar.”

Dalam penelitian Alkitab, tidak ada kepastian mutlak di mana tepatnya Surat Filipi ditulis karena ada penelitian yang menyebutkan surat ini ditulis di Kaisarea dekat Yerusalem namun King James version jelas mengatakan surat ini ditulis di Roma kemudian dibawa oleh Epafroditus ke Filipi. Bagaimanapun juga jangan hal ini menjadi polemik karena bukan hal tersebut yang menjadi fokus pengamatan dan penelitian (sejarah penulisan) yang telah dilakukan ribuan tahun lalu. Namun ada indikasi Surat Filipi ini ditulis oleh Rasul Paulus di Roma sebab ada kata “istana” di Filipi 1:13; 4:22.

Kali ini yang menjadi perhatian dan fokus kita ialah salam dari Paulus yang disampaikan saat ia dalam keadaan menderita di penjara. Kata “salam’ tersebut meningkat menjadi kalimat yang tertulis di ayat 23,Kasih karunia (the grace) Tuhan Yesus Kristus menyertai rohmu!”

Rasul Paulus menuliskan “kasih karunia” di awal suratnya (Flp. 1:1-2) dan diakhir surat (Flp. 4:23) seakan-akan mengingatkan bahwa semua orang kudus di Filipi disertai oleh kasih karunia Allah.

Apa yang dimaksud dengan kasih karunia? Apakah terdiri dari dua kata: kasih dan karunia? Bahasa Yunani dari kasih karunia (grace) ialah charis yang berarti anugerah, pemberian. Dengan demikian, pemberian/anugerah dari Tuhan Yesus harus beserta kita bahkan menyertai roh kita.

Anugerah apa yang Tuhan berikan kepada jemaat Filipi (juga kita)? Filipi 1:29 menuliskan, “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus melainkan juga untuk menderita untuk Dia.”

Jelas hanya ada dua poin berkaitan dengan anugerah, yaitu: (1) percaya kepada Kristus dan (2) menderita untuk Dia. Jadi, percaya kepada Kristus dan menderita untuk Dia merupakan anugerah yang menyertai kita. Bukankah kita hadir dalam ibadah karena kita percaya kepada Kristus dan mempersembahkan hidup kita kepada-Nya?

Jujur, kata “menderita untuk Dia” terasa mengganggu kita, apakah ini berarti kita diajari teologi penderitaan? Yesus sendiri mengatakan, “…Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk. 9:23)

Perhatikan, jangan mengikut Tuhan kalau motivasi kita hanya ingin memperoleh berkat sebab Yesus sendiri telah mengingatkan setiap orang yang mau mengikut Dia harus menyangkal diri dan memikul salib setiap hari (bukan sehari dua hari atau sesaat).

Lebih lanjut kalimat “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai rohmu” agak sedikit ‘membingungkan’ sebab kita belum/tidak hidup dalam dunia roh namun yakinlah suatu kali kelak kita akan berada di dunia roh saat kita dipanggil Tuhan dan hidup bersama-Nya. Walaupun saat ini kita belum hidup dalam dunia roh, tanda-tanda bahwa kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kita saat ini dapat pelajari dan dihidupi.

Tanda-tanda pribadi yang percaya kepada Kristus dan menderita untuk Dia ialah:

♦ Selama hidup senantiasa memberi buah dan mati adalah keuntungan (Flp. 1:20b-22).

Dunia tidak mempunyai konsep mati adalah keuntungan namun di dalam Tuhan sebaliknya. Tuhan menginginkan saat kita masih hidup, kita memberi buah. Jika tidak, kita tidak ada tanda beroleh anugerah untuk percaya dan menderita bagi Kristus. Jangan semasa hidup tidak pernah memberi buah tetapi malah terfokus untuk diberi buah/berkat!

Buah apa yang dapat kita beri/bagikan kepada sesama? Makin maju dan bersukacita dalam iman serta bermegah dalam Kristus (Flp. 1:25-26).

Ketika kita melayani Tuhan (berkhotbah, main musik, menyanyi dalam paduan suara, dll.), kegiatan tersebut membawa orang yang melihat dan mendengarnya makin maju dan bersukacita dalam iman bukan malah membuat mereka tambah jauh dari Tuhan. Juga melalui pelayanan kita, mereka bermegah dalam Kristus bukan memuji dan mengagungkan si pengkhotbah, paduan suara, pemain musik, penerima tamu dst.

Aplikasi: pelayanan di mana pun dan apa pun yang kita lakukan hendaknya membawa orang tambah dekat kepada Tuhan; bukan pelayanan yang fokus mencari pujian untuk diri sendiri. Dengan kata lain, memberi buah itu berdampak bagi orang lain makin beriman kepada Tuhan; bukan untuk kemegahan diri sendiri. Itu sebabnya pakailah kata-kata sederhana dalam berkhotbah maupun dalam puji-pujian agar mudah dimengerti oleh orang awam.

♦ Bermegah karena mengenal Kristus daripada mengandalkan hal-hal lahiriah (Flp. 3:7-8).

Rasul Paulus mempunyai banyak kelebihan lahiriah untuk dibanggakan (ay. 4b) baik dari sisi kesukuan (orang Israel dari suku Benyamin, orang Ibrani asli), kepandaian dalam teologi (orang Farisi), pelaku hukum Taurat tanpa cacat (disunat hari kedelapan, penganiaya pengikut-pengikut Kristus) tetapi semua atribut yang menjadi kebanggaan dianggapnya sampah (dung = kotoran binatang) setelah mengenal Kristus Yesus. Dia tidak lagi membanggakan kesukuannya sebab dia dan kita berkewargaan Surga dan sedang menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat (Flp. 3:20).

Introspeksi: masihkah kita membanggakan kesukuan kita lebih baik dari suku-suku lainnya sebab kita berdarah biru, berdarah Tionghoa, dll.? Jangan mengandalkan perkara-perkara lahiriah sebab Tuhan tidak melihat banyaknya gelar yang kita sandang juga tidak melihat dari suku mana kita dilahirkan untuk mengenal Dia.

♦ Senantiasa bersukacita di dalam Tuhan (Flp. 4:4).

Dunia tidak akan pernah mengerti bagaimana seorang yang menderita dapat bersukacita. Rasul Paulus senantiasa bersukacita ketika mengingat jemaat Filipi walau dia sedang menderita dalam penjara (Flp. 1:3-4). Bahkan dia tetap bersukacita meskipun darahnya dicurahkan pada kurban dan ibadah iman mereka (Flp. 2:17-18). Untuk itu dia lebih cepat mengirim Epafroditus kepada jemaat Filipi agar mereka bersukacita pula (ay. 28). Paulus tidak memikirkan diri sendiri tetapi berusaha menguatkan iman orang lain. Jelas, konsep dunia sangat berbeda dengan konsep Tuhan. Konsep dunia hanya berfokus pada diri sendiri tanpa peduli/memikirkan kondisi orang lain.

Aplikasi: kita patut bersukacita bila pelayanan kita berdampak bagi orang lain. Inilah sukacita sejati. Waspada, jika kita bersukacita karena mendapat banyak pujian, benih perpecahan sudah mulai terindikasi.

♦ Tidak ada kekhawatiran (Flp. 4:6-7).

Jujur, kita sering kali dilanda perasaan khawatir akan masa depan kita dan anak-anak kita. Jika anugerah Tuhan meliputi kita, sesungguhnya kekhawatiran itu lenyap. Alkitab bicara banyak tentang kekhawatiran dan Yesus sendiri menegaskan agar kita tidak khawatir akan apa yang dimakan, diminum dan dipakai sebab burung yang tidak menanam dan menuai diberi makan oleh Bapa Surgawi (Mat. 6:25-26).

Ternyata sandang dan pangan dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah tetapi Ia tahu kita memerlukannya (ay. 31-32). Rasul Paulus juga bicara tentang kekhawatiran dangan mengatakan ia tahu apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan; segala sesuatu bukan rahasia baginya baik dalam hal kenyang maupun hal kelaparan (Flp. 4:12). Lebih lanjut dia memberikan solusinya yaitu menyatakan semua keinginan kepada Allah dalam doa permohonan dan ucapan syukur (Flp. 4:6b).

Harus diakui doa kita lebih banyak berisikan permohonan minta pertolongan Tuhan ketimbang doa ucapan syukur atas pengurbanan dan kebaikan-Nya. Seharusnya baik di dalam kekurangan maupun kelimpahan, kita tetap memanjatkan doa permohonan dan ucapan syukur.

Bagaimana Raja Salomo menggambarkan kondisi orang benar yang khawatir dan goyah di hadapan orang fasik? Mereka bagaikan mata air keruh dan sumber/sumur yang kotor (Ams. 25:26). Jadi, selama kita terus diliputi rasa kekhawatiran, kita seperti mata air keruh dan sumber yang kotor di hadapan Tuhan. Kita terlena hanya meminta pertolongan Tuhan dan tidak pernah bersyukur kepada-Nya walau Ia telah mengabulkan doa permohonan kita step-by-step.

♦ Dapat menanggung segala perkara (Flp. 4:13).

Konteks “dalam segala perkara” berkaitan dengan pelayanan dan bukan hasil perbuatan dosa seperti dialami Paulus yang dipenjara bukan karena tindakan kriminal tetapi karena Kristus. Jangan karena kita korupsi, selingkuh, tidak komitmen dalam pelayanan dll. kemudian kita yakin Tuhan akan memberi kita kekuatan untuk menanggungnya. Tuhan akan memberi kita kekuatan dalam menanggung segala perkara selama tindakan dan perilaku kita berada dalam jalur kebenaran Firman-Nya.

Sudahkah anugerah Allah menyertai kita? Sungguhkah kita percaya kepada Kristus dan bersedia menderita bagi-Nya? Apakah lima tanda di atas ada pada kita? Marilah kita memeriksa kelemahan kita terletak di mana, apakah kita selalu bangga dengan pelayanan kita yang berhasil? Apakah kekhawatiran mendominasi hidup kita? Sesungguhnya jika kita sudah all-out dalam pelayanan di jalur yang benar juga telah mengomunikasikannya dengan baik tetapi masih diremehkan dan dihujat, itulah tanda anugerah Tuhan. Kita tidak perlu kecil hati sebab Tuhan memberi kekuatan kepada kita untuk menanggungnya. Biarlah anugerah/kasih karunia Tuhan Yesus Kristus senantiasa menyertai kita. Amin.

 

Video Ibadah ini dapat disimak di Ibadah Umum - Anugerah Terindah - Pdm. Setio Dharma.