DI MANAKAH DIA DILAHIRKAN?

Lemah Putro, Kamis, 28 November 2019
Ibu Ester Budiono

Shalom,

Dalam perayaan natal umumnya kita menerima berkat makanan dan suvenir yang bersifat sementara dan cepat habis tetapi Firman Tuhan merupakan berkat kekal yang memelihara hidup kita di dunia ini maupun untuk hidup yang akan datang. Perhatikan, berkat Tuhan yang kita peroleh dapat berupa berkat yang menyenangkan tetapi juga dapat berupa berkat penderitaan batin, pikiran dll. untuk menguatkan iman kita dan membawa kita masuk dalam hidup kekal.

Berkat Firman Tuhan apa yang kita terima kali ini? Injil Matius 2:1-12 menuliskan, “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia." Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada. Ketika mereka melihat bintang itu sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Dan karena diperingatkan dalam mimpi supaya jangan kembali kepada Herodes maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.”

Ayat-ayat di atas terbagi menjadi dua pokok bahasan, yaitu:

 Ayat 1-8 berbicara tentang upaya gigih orang-orang Majus dalam mencari raja yang baru lahir.
Orang-orang Majus ini berupaya keras, bukan setengah hati, dalam mencari Raja orang Yahudi yang baru lahir. Mereka datang dari Timur pergi ke Yerusalem.
Lazimnya bila keluarga terhormat/ternama sedang menunggu kelahiran anak atau cucu, mereka sudah mempersiapkan penyambutan kehadiran bayi tersebut dengan luar biasa. Apa lagi yang lahir adalah anak raja! Namun apa yang terjadi dengan kelahiran Yesus? Dapat dikatakan hanya sedikit bahkan tidak ada orang memerhatikan kelahiran-Nya. Dengan kata lain, kelahiran-Nya tidak jelas dan tidak diperhitungkan oleh siapa pun. Beda dengan sekarang, memasuki bulan Desember banyak tempat sudah bersuasanakan Natal dengan menghias pajangan Natal serta memutar lagu-lagu Natal untuk merayakan hari kelahiran Yesus.

Sesungguhnya sikap tidak menganggap/memperhitungkan kelahiran Yesus sebagai Raja dan Juru selamat merupakan tanda awal penghinaan bagi-Nya dan ini membuktikan bahwa Yesus sejak awal (bayi) sudah mengosongkan diri-Nya. Sebagai Anak Allah yang datang ke dunia, Ia tidak disambut meriah bahkan orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima alias menolak-Nya (Yoh. 1:11). Semua itu karena Ia datang ke dunia untuk melaksanakan tugas dari Bapa-Nya yaitu menanggung dosa umat manusia. Tugas itu dilakukan-Nya dengan menyangkal diri dan meninggalkan kemuliaan-Nya.

Orang-orang pertama yang menaruh perhatian pada kelahiran Yesus yaitu gembala-gembala setelah malaikat memberitahukan mereka bahwa bayi Yesus, Sang Juru Selamat, lahir di kota Daud, dibungkus kain lampin dan terbaring di palungan (Luk. 2:8-12). Mereka cepat-cepat berangkat menjumpai Maria dan Yusuf serta bayi Yesus yang sedang berbaring di dalam palungan. Ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu dan semua orang yang mendengarnya heran (ay. 16-18).

Berikutnya Simeon dan Hana dalam pimpinan Roh Kudus berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem (ay. 25-38).

Apakah berita yang dideklarasikan oleh para gembala juga oleh Simeon dan Hana diterima oleh bangsa Yehuda dan penduduk Yerusalem? Ternyata tidak! Bayangkan, Yesus lahir di Betlehem dan jarak antara Yerusalem ke Betlehem hanya 7 mil (± 11 km) tetapi penduduk Yerusalem dan bani Yehuda tidak (mau) tahu tentang Yesus, Mesias yang dinanti-nantikan. Buktinya? Orang Majus datang ke Betlehem ketika Yesus sudah berusia ± 2 tahun; berarti selama 2 tahun tidak ada orang memerhatikan Yesus hingga kedatangan orang Majus. Ironis, bila Yesus sejak awal telah mengosongkan diri dan meninggalkan kemuliaan-Nya, kini banyak hamba Tuhan malah jor-joran memamerkan atribut-atribut kemuliaan diri sendiri dengan banyak gelar yang disandangnya dalam pelayanan.

Perlu diketahui orang-orang Majus datang ke Yerusalem saat Raja Herodes, orang Edom yang jahat dan keji, memerintah di Yerusalem. Siapa orang-orang Majus ini? Orang Majus (magoi = ahli sihir, ahli kekuatan gaib) datang dari Timur. Bagi orang Persia, para magi adalah ahli filsafat dan imam dan mereka tidak akan mengakui siapa pun sebagai raja bila orang tersebut tidak menjadi anggota magi terlebih dahulu. Mereka juga disebut orang bijak dan mengenal astrologi. Mereka termasuk para cendikiawan karena berurusan dengan ilmu perbintangan (astronomi). Namun ada pula yang beranggapan bahwa para magi berkaitan dengan ahli tenung. Contoh: Simeon, ahli sihir (Kis. 8:9-11); Baryesus/Elimas, tukang sihir (Kis. 13:6-8); tuan dari hamba perempuan, penenung (Kis. 16:16). Orang Yahudi tidak peduli dengan Yesus tetapi orang-orang dari bangsa-bangsa lain (non-Yahudi), orang Majus, malah mencari keterangan mengenai diri Yesus.

Perhatikan, Matius 8:11,12 menunjukkan rasa hormat yang ditunjukkan kepada Kristus dari orang-orang non-Yahudi.

Jadi, termasuk golongan apa pun orang-orang Majus itu tadinya, sekarang mereka menjadi orang-orang bijaksana yang sebenar-benarnya saat mereka berangkat mencari Kristus — para cendekiawan.

Aplikasi: hendaknya para cendekiawan (mereka yang berurusan dengan ilmu) yang membutuhkan keseriusan dalam meneliti dan menyelidiki dengan saksama menjadi orang Kristen yang baik.

Apa yang mendorong orang Majus pergi ke Yerusalem? Sebagai ahli perbintangan, mereka melihat bintang dari negeri mereka dan mengerti makna dari bintang yang belum pernah terlihat sebelumnya kemudian mereka memutuskan pergi ke Yerusalem tanpa memikirkan rintangan dan halangan untuk mencari Yesus. Tindakan mereka mendidik kita untuk bersikap tegas tidak ikut-ikutan dalam mencari Tuhan juga bukan sekadar mengagumi serta bersyukur akan keindahan semua ciptaan-Nya tetapi mengerti akan kehendak dan rencana-Nya.

Hendaknya kita mengerti kehendak Tuhan, jangan bersikap seperti orang Yerusalem dan bani Yehuda yang acuh tak acuh terhadap kelahiran bayi Yesus, Sang Mesias. Namun faktanya kita sering cuek dan tidak mau tahu rencana dan kehendak Tuhan; kita lebih menuruti pikiran dan kehendak diri sendiri. Bahkan tak jarang kita mengemukakan banyak alasan untuk tidak beribadah mencari Tuhan hanya karena halangan dan rintangan sepele seperti: macet, hujan, takut karena ada demo dll.

Orang Majus begitu yakin tidak tertipu akan petunjuk bintang, dibuktikan dari pertanyaan yang mereka ajukan: “di manakah Dia raja orang Yahudi yang baru dilahirkan?” bukan “apakah telah lahir seorang raja bangsa Yahudi?” Mereka tidak melulu mengandalkan perasaan tetapi juga pikiran mereka dalam memutuskan pergi ke Yerusalem. Mereka kemudian datang tidak dengan tangan kosong tetapi membawa persembahan untuk Yesus.

Jujur, wanita lebih sering mengandalkan perasaan tidak mau disinggung dan disakiti tetapi masa bodoh terhadap perasaan Yesus. Marilah kita belajar bersikap proaktif seperti dilakukan orang-orang Majus dengan mencari Yesus.

Ketika tiba di istana Herodes di Yerusalem, orang-orang Majus bertanya kepadanya di mana raja Yahudi dilahirkan. Herodes bahkan seluruh Yerusalem sangat terkejut mendengar pertanyaan tersebut. Demikian pula ketika mereka tiba di kota Betlehem yang padat penduduk; ternyata penduduk setempat tidak peduli terhadap keberadaan Yesus. Tindakan orang-orang Majus mencari Yesus bagaikan tindakan Sulamit yang mencari jantung hatinya tetapi tidak menemukannya (Kid. 3:2b-4).

Apa reaksi Herodes mendengar berita kelahiran raja Yahudi? Dia terkejut, risau, khawatir dan takut kedudukan/kekuasaannya terancam. Aneh, dia sudah berpengalaman memerintah selama 35 tahun tetapi takut tersaingi oleh raja yang masih anak-anak. Dia segera mengumpulkan semua imam kepala dan ahli Taurat lalu menanyakan di mana Mesias dilahirkan. Mereka serempak menjawab di Betlehem seperti tertulis dalam kitab nabi. Akal sehat Herodes tidak jalan, hatinya hanya dapat dipuaskan dengan darah dari (anak) Raja tersebut maka terjadilah pembunuhan semua anak di Betlehem yang berumur 2 tahun ke bawah (Mat. 2:16). Dia tidak lagi dapat berpikir waras bahwa dengan melukai bahkan membunuh Yesus, Anak Allah, ini sama halnya dengan melawan Allah. Nafsu jahat telah menguasai hati nuraninya. Jujur, kita juga manusia daging yang mana dapat berpenampilan manis tetapi tidak ada seorang pun tahu jika hati dipenuhi dengan iri hati dan kedengkian seperti Herodes. Dia mengajukan banyak pertanyaan baik dengan tujuan buruk.

Orang-orang Majus yang berpengetahuan tentang perbintangan dituntun oleh bintang akhirnya bertemu Yesus. Hendaknya kita memiliki ilmu pengetahuan tentang Firman Tuhan dan dari hati terbit Bintang Timur untuk serempak tidak beda-beda mengiyakan bahwa Yesus harus lahir di Bethlehem, kota Daud. Mereka yang memiliki pengetahuan Alkitab lebih banyak sebagai sarjana teologi dapat saling berbagi, berkomunikasi dengan mereka yang bukan sarjana teologi – sistem barter. Sistem ‘barter’ ini akan sangat menguntungkan bagi peningkatan pengetahuan bila kita saling mengomunikasikan apa yang kita ketahui.

Waspada, jika kita diperbudak oleh dosa, kita akan menjadi bodoh. Otak kita menjadi tumpul karena diperintah oleh dosa yang menjadi tuan kita (bnd. Rm. 6:16-17). Dosa memerintah kita untuk berbohong, marah, memfitnah, membenci, mendendam dll. Ingat, apa yang kita tabur, kita akan menuainya pula. Jadi, jangan kaget bila kita dikatai-katai orang, mungkin kita dahulu suka mengata-ngatai orang.

Mengapa Herodes dan penduduk menolak Yesus, Sang Raja? Karena mereka tidak mengenal siapa Yesus sebenarnya. Raja Herodes bertindak bodoh, dia menyuruh orang Majus pergi ke Betlehem untuk menyelidiki dengan saksama tentang Anak itu untuk segera memberi kabar kepadanya. Seharusnya Herodes dapat mengirim bawahannya untuk memata-matai orang Majus sehingga dia tahu di mana Anak itu berada untuk dibunuhnya. Ini membuktikan bahwa Tuhan tahu melindungi orang yang mencari Dia. Jadi tidak usah takut dengan orang yang akan berbuat jahat di belakang kita sebab Tuhan akan melindungi kita yang sungguh-sungguh mencari-Nya. Di zaman Elisa, bujang Elisa ketakutan dan bingung melihat tentara Aram berkuda mengelilingi kota tetapi Elisa menenangkan dan berdoa sehingga mata bujangnya melihat gunung penuh dengan kuda dan kereta berapi di sekeliling Elisa (2 Raja. 6:8-18).

Iblis sebagai penguasa di udara (Ef. 2:2) berusaha menganggu kita agar timbul hawa nafsu daging dan berpikiran bodoh tetapi di atas penguasa udara ini ada Yesus, Raja segala raja sekaligus penguasa seluruh bumi yang melindungi kita. Bila kita hidup hati-hati dan takut berbuat dosa, kita pasti diperhatikan dan dilindungi Tuhan dari jebakan-jebakan yang diluncurkan oleh si jahat (bnd. 2 Ptr. 2:1-3, 7-9).

Para imam kepala dan ahli Taurat tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab bahwa Mesias dilahirkan di Betlehem seperti tertulis dalam kitab nabi. Betlehem (= rumah roti) adalah tempat yang tepat bagi Yesus untuk dilahirkan sebab sesungguhnya Yesus adalah roti hidup yang turun dari Surga (Yoh. 6:35).

Orang-orang Majus sempat bingung mencari Betlehem karena padatnya penduduk – sepertinya mereka kehilangan arah – tetapi bintang yang mereka lihat di Timur muncul mendahului mereka dan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada. Mereka bersukacita melihat bintang itu. Dalam mengiring Kristus, kita mungkin suatu waktu seperti kehilangan jalan tidak tahu mau pergi ke mana tetapi bintang dari Tuhan akan memimpin kita untuk tidak salah jalan/pilih! Hendaknya kita bersedia dibimbing Tuhan melalui Firman dan Roh Kudus yang mendatangkan sukacita meskipun dihadapkan dengan banyak persoalan yang membingungkan untuk mencapai tujuan.

Raja Herodes begitu membenci (anak) Yesus yang tidak pernah dilihatnya hanya karena takut kedudukan/posisinya disaingi dan digantikan. Kedudukan tinggi bagaikan mahkota bagi kita tetapi bersifat fana. Jauh berbeda bila kita sungguh-sungguh mencari Firman, kita akan memperoleh mahkota kekal dari-Nya.

Ketika orang-orang Majus kembali ke negerinya, iman mereka membimbingnya melewati jalan lain. Demikian pula dengan kita, kalau hidup dipimpin Tuhan, kita tidak akan kembali pada jalan lama. Jangan kita mengikut Tuhan tetapi kita tetap berada di jalan (pikiran dan perasaan) kita sendiri. Bila kita sungguh-sungguh mencintai Firman Tuhan dan melakukannya, Tuhan memelihara dan melindungi kita dari jebakan-jebakan si Iblis yang berusaha menjatuhkan kita.

Introspeksi: apa yang ada dalam hati kita? Apakah ada sifat-sifat Herodes yang tersembunyi seperti: lebih suka memerintah daripada melayani, lebih suka memiliki daripada memberi, lebih suka dihormati daripada menghormati? Melihat orang lain sebagai ancaman bukan pribadi yang berharga di mata Allah? Marilah kita belajar suka melayani jiwa-jiwa yang menolak Yesus bukan melayani mereka yang mau menerima kita. Hendaknya kita juga mengakui keajaiban kelahiran-Nya dan dengan penuh sukacita merendahkan diri menyembah Dia bukan hanya sebagai Juru Selamat tetapi juga sebagai Tuhan atas hidup kita.

 Ayat 9-12 berbicara tentang orang-orang Majus menyembah Anak kecil (Yesus).
Orang Majus tidak canggung dan ragu-ragu masuk ke dalam rumah Yusuf-Maria dan melihat Anak itu bersama ibu-Nya. Mereka tidak merendahkan kondisi rumah Yesus (Sang Raja) yang mungkin jauh dari kemewahan istana raja kemudian mereka menyembah Dia.

Terbukti penampilan luar (tampak seperti rohani) tidak menentukan tetapi kesungguhan hati (dalam mencari Tuhan) yang dilihat oleh-Nya.
Siapa dapat membuat Herodes menjadi bodoh kalau bukan Sang Pencipta? Demikian pula dengan keluarga Yesus, sekalipun tinggal di rumah sederhana dan Maria, ibu-Nya menjadi satu-satunya “dayang” pengasuh Yesus, orang-orang Majus tetap menyembah Dia. Mereka lebih dahulu sujud menyembah (mempersembahkan hidupnya) baru kemudian mempersembahkan harta bendanya – emas, perak, mur.
Mengenai diri kita sendiri, kita menyerahkan segala yang kita miliki kepada Yesus Kristus. Jika kita sungguh-sungguh dalam penyerahan diri kepada-Nya, kita tidak akan keberatan untuk berpisah dengan apa yang paling kita sayangi dan hargai. Semuanya kepada Dia dan demi Dia.

Perhatikan: Persembahan kita tidak diterima kecuali kita terlebih dahulu mempersembahkan diri sebagai kurban yang hidup (Rm. 12:1,2 bnd. 2 Kor. 8:5,1-6).

Pertama-tama orang-orang Majus sujud menyembah Yesus! Kemudian membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur. Tuhan tahu Yusuf dan Maria memerlukan uang dan Ia mencukupi kebutuhan mereka sebab tak lama setelah itu mereka harus meninggalkan Betlehem. Sungguh Tuhan tahu bagaimana memelihara anak-anak-Nya!

Aplikasi: dalam melakukan pelayanan kasih apa pun, hendaknya kita lebih dahulu mempersembahkan diri kepada Tuhan untuk dipakai menjadi saluran berkat.

Kita tidak hanya mengenal Yesus melalui Alkitab tetapi juga menyerahkan hidup kepada-Nya. Bila kita mengasihi Dia lebih dari semua, kita tidak akan segan dan sayang atau takut dan merasa dirugikan untuk menyerahkan harta yang Tuhan percayakan, mempersembahkan dengan sukacita dan bersyukur masih diberi kesempatan untuk berbagi berkat yang mungkin sedang dibutuhkan oleh orang lain. Namun terlebih dahulu jadikan hidup ini sebagai persembahan berbau harum dan berkenan bagi-Nya maka kita berada dalam perlindungan dan pemeliharaan dari-Nya. Amin.