HIDUP MENUJU KESERASIAN

Johor, Minggu, 15 Desember 2019
Pdm.Harijono

Shalom,

Kiranya kasih karunia, damai sejahtera dan sukacita dari Bapa selalu ada dalam hati karena ini yang memampukan kita melalui hari-hari dari awal 2019 hingga hampir tiba di pengujung tahun. Banyak halangan dan rintangan telah kita alami tetapi selama kita berpaut dan mengasihi Firman Tuhan, kita dapat melaluinya oleh sebab kasih-Nya dinyatakan kepada kita.

Tuhan sangat menginginkan adanya kesatuan, keserasian dan sehati sepikir dalam kita bergereja agar kita yang sudah hidup dalam penggembalaan Firman Tuhan mengalami penyucian dan kelepasan dari segala akar kepahitan, persaingan, iri hati dll. yang membelenggu kita.

Apa nasihat Firman Tuhan melalui surat Filipi 4:2-3 bagi kita? “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati supaya sehati sepikir dalam Tuhan. Bahkan kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.”

Ternyata Euodia dan Sintikhe perlu dinasihati dalam pelayanan mereka berdua karena terdapat roh persaingan, roh iri hati dan roh mau menang sendiri. Mereka adalah orang Filipi yang hebat, cerdas, berpengaruh dan terpandang. Kita harus hati-hati terhadap roh tidak baik ini yang dapat menggerogoti kerendahan hati kita sehingga kita menjadi orang sok tahu dan susah diatur berakibat merugikan orang lain.

Rasul Paulus sedang dipenjara dan ia menganggap penting masalah yang melanda Euodia dan Sintikhe sehingga dia meminta bantuan/pertolongan dari Sunsugos, rekan sekerja yang lebih dewasa rohani daripada Euodia dan Sintikhe.

Perlu diketahui jemaat Filipi menikmati kuasa Firman Tuhan melalui hamba-hamba-Nya termasuk Rasul Paulus yang sedang dipenjara. Kehidupan rohani mereka bertumbuh meskipun bertahap buktinya mereka bertambah berani berkata-kata tentang Firman AllahTuhan tanpa rasa takut (Flp. 1:14). Bahkan Rasul Paulus mengatakan apa yang terjadi dengannya (dipenjara) justru menyebabkan kemajuan Injil (ay. 12).

Walau dalam segala keterbatasan karena Rasul Paulus dipenjara, terjadilah kemajuan Injil dan peningkatan pengetahuan akan Kristus sehingga jemaat berani bersaksi tentang Firman Allah dan bersukacita dalam iman. Dengan kata lain, iman jemaat Filipi makin maju dan mantap.

Rasul Paulus mengharapkan pertumbuhan rohani jemaat Filipi mengarah pada hidup berpadanan dengan Injil Kristus dan teguh berdiri dalam satu roh serta sehati sejiwa berjuang untuk iman (ay.27).

Tak dapat dipungkiri, ada jemaat yang giat hidup berpadanan dengan Kristus dan mengalami keubahan hidup karena Injil namun di sisi lain ada pula jemaat yang enggan menyalibkan diri tetapi lebih memilih kesukaan duniawi – mereka lebih memilih kenyamanan dan kemakmuran – akibatnya mereka menjadi seteru salib Kristus. Waspada, orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus berakhir dengan kebinasaan sebab Tuhan mereka ialah perut mereka dan pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi (Flp. 3:18-19).

Tentu Rasul Paulus tidak membiarkan kondisi jemaat Filipi yang menjadi seteru salib Kristus. Dengan penuh kerendahan hati ia berusaha mengingatkan dan mendorong mereka untuk kembali kepada kuasa Firman dan kasih Tuhan.

Aplikasi: pemimpin rohani memegang peran penting dalam menumbuhkan iman jemaat agar mereka mencintai Firman Tuhan dan mampu melepaskan diri dari keinginan duniawi.

Euodia dan Sintikhe perlu dinasihati sebab mereka tidak sehati sepikir sehingga menimbulkan perselisihan dan perpecahan. Mereka orang terpandang dan cerdas; mungkin saja karena kecerdasannya, mereka tidak memerlukan konfirmasi atau persetujuan saat memutuskan sesuatu yang belum tentu selalu tepat. Mungkin pula ketidaksatuan hati disebabkan karena adanya roh iri hati atau roh persaingan. Seharusnya mereka menyadari segala yang mereka miliki berasal dari belas kasihan dan kemurahan hati Tuhan (Rm. 9:15-16). Amat disayangkan karena mereka berdua merupakan bagian dari kawan sekerja/seperjuangan Paulus yang telah bekerja giat dalam pelayanan. Rasul Paulus sangat peduli dengan kondisi ketidaksatuan mereka dan berusaha mendamaikannya melalui bantuan Sunsugos.

Sebenarnya dalam Kristus ada nasihat, penghiburan Kasih, persekutuan Roh, kasih mesra dan belas kasihan (Flp. 2:1). Nasihat dari Kristus – Sang Firman – ini yang dibutuhkan oleh Euodia dan Sintikhe untuk dapat menyatukan kembali pikiran mereka yang berbeda.

Awalnya Euodia dan Sintikhe menggabungkan diri dengan Paulus untuk berjuang mengabarkan Injil dan mereka sangat berguna. Mereka tidak langsung menyampaikan Firman tetapi melengkapi/menyediakan tugas-tugas pelayanan. Belakangan tindakan mereka merisaukan jemaat karena pelayanan mereka dapat menimbulkan blok-blokan. Tentu tindakan mereka tidak boleh dibiarkan terus; untuk itu Paulus meminta Sunsugos sebagai mediator untuk menyatukan mereka kembali. Dibutuhkan kerendahan hati bagi keduanya untuk dapat menerima nasihat yang mungkin menyakitkan. Mereka harus bersedia diperbaiki, berani menyalibkan diri agar hidup mereka tertolong.

Perselisihan akibat tidak sepikir, Euodia dan Sintikhe tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena akan merugikan gereja maupun diri mereka sendiri sebab mereka sudah mengenal kebenaran Firman dan mengalami kuasa Firman. Seandainya ketidaksatuan mereka dibiarkan, keadaan mereka akan menjadi lebih buruk dan jahat daripada sebelum melayani Tuhan diumpamakan seperti anjing kembali lagi ke muntahnya dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya (2 Ptr. 2:20-22). Yang dibutuhkan dari mereka adalah kerendahan hati mau mengakui kelemahan/kesalahannya dan ada penyesalan bukan bertahan pada kebenaran diri sendiri (egois – 1 Yoh. 1:9).

Aplikasi: hendaknya kita tidak mempertahankan kebenaran diri sendiri dan menolak nasihat yang sakit bagi daging. Bila demikian, kita bisa kembali ke cara hidup lama dan kesudahannya kondisi kita lebih buruk dan jahat daripada sebelumnya.

Marilah kita semua – jemaat, imam-imam dan pemimpin rohani – sehati sepikir untuk bertumbuh bersama di dalam Tuhan. Juga hendaknya kita saling mengingatkan jika ada sesuatu yang melenceng.

Kenyataannya, hidup ini penuh perjuangan bukan hanya untuk hidup (sementara) di dunia ini tetapi lebih jauh menyangkut hidup dalam kekekalan. Untuk itu perbarui ibadah kita dengan penuh kesadaran mengakui bahwa ibadah itu adalah kebutuhan.

Hendaknya kita sehati sepikir, saling tolong menolong dan jangan mempertajam perbedaan. Jujur, tidaklah mudah untuk melakukannya namun mintalah belas kasihan Tuhan maka Ia akan memampukan kita sebab Ia yang telah memanggil kita akan melengkapi dan menguatkan kita walau untuk itu kita menderita sesaat lamanya (1 Ptr. 5:10) namun berakhir dengan kebahagiaan sebab Ia akan membawa kita pada kemuliaan kekal selamanya. Amin.