MENJADI KAWAN ATAU SETERU SALIB KRISTUS?

Lemah Putro, Minggu, 8 Desember 2019
Pdt. Paulus Budiono

Shalom,

Ketika kita menyanyikan lagu “Kau berfirman dan sembuhkanku, Kau bersabda dan s’lamatkanku, tiada yang mustahil bagi-Mu, Yesus kupercaya pada-Mu”, sungguhkah kita percaya akan janji Firman-Nya? Dan masihkah kita percaya akan janji kedatangan-Nya kembali padahal lebih dari 2.000 tahun telah berlalu dan Ia belum juga datang?

Tak dapat dipungkiri dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus kembali, kita diliputi dengan perasaan gembira penuh harapan sekaligus cemas karena kita diserang oleh banyak halangan dan gangguan. Untuk itu Rasul Paulus mengingatkan, “Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.” (Flp. 3:17-19)

Saat itu Rasul Paulus berada di penjara dan menulis surat kepada jemaat Filipi meminta mereka memilih untuk mencontoh/mengikuti teladan dia juga orang-orang yang hidupnya sama seperti dia. Mengapa? Karena ada orang-orang yang menjadi seteru salib Kristus; berarti Rasul Paulus adalah kawan dari salib. Ilustrasi: ketika kita harus memilih dua orang (A dan B) yang berseteru, kita tidak dapat bersikap netral atau memilih dua-duanya. Kalau kita memilih A yang kita anggap baik, B pasti menganggap kita seterunya. Demikian pula bila kita berpihak kepada salib Kristus, dunia pasti membenci kita; sebaliknya, kalau kita berpihak kepada dunia, kita menjadi musuhnya salib Kristus (Yoh. 15:18-19).

Lebih lanjut Rasul Paulus menasihati agar kita berdiri teguh dalam Tuhan (Flp. 4:1). Nasihat “berdiri teguh” menyiratkan agar kita tetap teguh walau mendapat serangan cukup kuat yang dapat membuat kita goyah bahkan tumbang. Teladan apa yang dapat kita contoh/tiru dari Rasul Paulus? Menjadi kawan dari salib Kristus.

Rasul Paulus begitu meninggikan salib Kristus hingga dia mengatakan, “Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus yaitu Dia yang disalibkan!” (1 Kor. 2:2).

Mengapa salib Kristus layak ditinggikan/diagungkan?

  • Petrus atas ilham Roh Allah dapat menjawab dengan tepat pertanyaan Yesus tentang siapa Dia (Anak manusia), yaitu Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat. 16:15-16). Segera Yesus mengatakan, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (ay. 18)

Gereja Tuhan tidak akan runtuh jika berdiri teguh di atas batu karang Kristus (1 Kor. 10:4). Kemudian Yesus memberitakan kepada para murid-Nya bahwa Ia harus ke Yerusalem untuk menanggung banyak penderitaan bahkan dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga (Mat. 16:21). Mendengar hal ini, Petrus langsung menarik Yesus ke samping sambil mengatakan, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” (ay. 22)

Apakah Yesus senang mendengar ‘pembelaan’ Petrus? Yesus berpaling kepada Petrus dan berkata, Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (ay. 23)

Ironis, Petrus baru saja mendapatkan ilham Roh Allah tetapi dengan cepat beralih beroleh ilham dari Iblis. Jelas, Iblis memasuki pikiran Petrus untuk menolak salib Kristus. Iblislah musuh/seteru dari salib Kristus. Iblis dapat memasuki hati Yudas Iskariot untuk menjual Gurunya (Mat. 26:14-16), memasuki hati Ananias dan Safira untuk berdusta kepada Roh Kudus (Kis. 5:1-11).

Terbukti Iblis paling takut akan salib dan menjadi musuh/seteru utama dari salib Kristus Yesus. Jangan salah arti ketika Iblis gusar kemudian mendorong bangsa Yahudi untuk menyalibkan Yesus karena saat Yesus berada di atas kayu salib (meskipun ini terjadi atas dorongan emosi orang Yahudi), imam-imam kepala, pemimpin-pemimpin dan rakyat menyuruh Yesus turun dari salib (Mrk. 15:29-32). Tanpa sadar mereka telah menolak salib Yesus; bahkan Pilatus dan Herodes menyarankan agar Yesus dibebaskan tidak perlu disalib (Mrk. 15:9-15; Luk. 23:13-16).

Seandainya Yesus menuruti omongan mereka lalu turun dari salib, keselamatan bagi manusia tidak akan pernah terjadi. Yesus sangat mengetahui mengapa Ia harus disalib; itu sebabnya Ia rela menderita luar biasa untuk menuntaskan misi-Nya.

Introspeksi: bersediakah kita menerima Kristus dengan konsekuensi ditolak oleh orang-orang di sekitar kita? Jujur, hal ini tidak mudah hari-hari ini sebab suatu saat kita akan diperhadapkan untuk memilih salib Kristus Yesus atau dunia yang berarti kita menjadi musuh salib Kristus (Yak. 4:4)? Tidak ada pilihan, kita harus meninggalkan sistem dan cara hidup duniawi bila kita ingin berkawan dengan salib-Nya.

Di tengah mayoritas yang meminta Yesus turun dari salib, ada orang yang tidak ingin Ia melakukannya itulah salah satu penjahat yang disalib di sebelah Yesus. Dia tidak ikut berteriak-teriak tetapi memanfaatkan momentum tersebut dan percaya bahwa Yesus datang sebagai Raja (Luk. 23:42). Yesus langsung mengatakan, “Hari ini juga engkau akan bersama dengan Aku di dalam Firdaus.” (ay. 43)

Mengapa Iblis paling takut dengan salib Kristus? Karena kematian-Nya memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut dan membebaskan mereka yang diperhamba oleh rasa takut kepada maut (Ibr. 2:14-15).

Memang pengalaman salib ditandai dengan kematian/maut tetapi mengandung kuasa kehidupan/kebangkitan. Bila kita memilih salib Kristus, Iblis dengan kuasa mautnya tidak berdaya lagi; dampaknya, kita tidak mudah terjerat oleh godaan Iblis, dunia dan keinginan daging (bnd. 1 Yoh. 2:15-16). Faktanya, sering gereja menjadi hancur oleh karena ulah manusia yang menolak/memusuhi salib Kristus. Gereja bergejolak karena sibuk memikirkan kedudukan, kekayaan dan perkara-perkara duniawi.

Risiko apa yang harus ditanggung bila kita memilih salib Kristus? Pemberitaan salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan ini adalah kekuatan Allah (1 Kor. 1:18). Ternyata orang-orang Yahudi menghendaki tanda sementara orang-orang Yunani mencari hikmat (ay. 22). Jadi, kita harus siap dihina bodoh dan tidak diterima oleh banyak pihak bila kita memberitakan salib Kristus. Bagaimanapun juga, kita harus tetap memberitakannya di mana pun dan kapan pun apa pun risikonya sebab gereja Tuhan akhir zaman ini terlalu didesak oleh kepentingan ekonomi dll. sehingga bobot pemberitaan Yesus dan pengurbanan-Nya disalib berkurang bahkan berita kedatangan-Nya kembali tidak serius diantisipasi. Mereka melaksanakan ibadah sekadar ritual, akibatnya gereja hanyalah sebuah agama.

Rasul Paulus mengingatkan siapa yang menjadi milik Kristus Yesus (memilih salib Kristus), dia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Gal. 5:24). Paulus memilih tidak mau bermegah selain dalam salib Kristus; dengan demikian dunia telah disalibkan baginya dan dia bagi dunia (Gal. 6:14). Bukankah sebelum mengenal dan menerima Yesus, kita hidup menuruti keinginan daging sehingga hidup bermusuhan Yesus (Kol. 1:21-22)? Kini, setelah hidup di dalam Dia, kita dapat menghargai Perjamuan Tuhan yang memberitakan kematian hingga kedatangan-Nya kembali (1 Kor. 11:26). Hidup kita juga dipenuhi Roh Kudus berbuahkan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).

Ternyata Rasul Paulus meminta jemaat Galatia, Efesus, Filipi dll. untuk mencontoh dirinya bukan dengan maksud lain kecuali supaya pro salib Kristus. Paulus sendiri mencontoh Kristus bukan dalam hal kebaikan-Nya tetapi dalam penderitaan kematian-Nya (Flp. 3:10); itu sebabnya dia rela melepaskan semua atribut yang menjadi keuntungan dan kebanggaannya (ay. 4-8). Dia rela kehilangan semuanya demi Kristus.

  • Enam hari sebelum Paskah, Yesus bersama para murid-Nya diundang dalam perjamuan di rumah Lazarus. Kemudian Maria, saudara Lazarus dan Marta, meminyaki kepala dan kaki Yesus dengan minyak narwastu yang mahal harganya (300 dinar) dan menyeka dengan rambutnya. Bau minyak semerbak meliputi seluruh rumah. Maria memberikan seluruh uangnya kepada Yesus melalui pencurahan minyak narwastu. Melihat hal ini, Yudas Iskariot berkomentar lebih baik minyak tersebut dijual dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin. Yesus menjawab bahwa orang miskin selalu ada tetapi biarlah Maria berbuat hal demikian untuk mengingat hari penguburan-Nya/kematian-Nya (Yoh. 12:1-7). Terbukti Yudas Iskariot membenci salib Yesus tetapi akhirnya dia membuat Yesus tersalib dengan menjual Dia seharga 30 keping perak (Mat. 26:14-15).

Minyak narwastu yang semerbak wanginya dikurbankan untuk menyeka kepala Yesus (Kepala gerja) dan kaki-Nya yang menuju salib. Maria melepaskan hartanya untuk Yesus sementara Yudas Iskariot malah mencari harta/uang dengan menjual Gurunya. Tindakan Maria diingat sepanjang zaman tetapi Yudas binasa dengan uangnya. Bila kita rela berkurban untuk menerima salib, kita akan menerima keselamatan bukan kebinasaan karena mempertahankan harta.

  • Puncak dari salib Kristus ialah tujuh perkataan yang diucapkan Yesus saat tergantung disalib, yaitu:

- Ucapan pengampunan.

“Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” (Luk. 23:34)

Pengampunan dosa dilakukan oleh Yesus agar kita beroleh keselamatan di dalam Dia. Jelas, perbuatan dan amal baik kita tidak dapat menebus dosa tetapi karena kasih karunia Allah kita diselamatkan oleh iman (Ef. 2:8-9).

Setelah dipenuhi Roh Kudus, Petrus yang sempat menyangkal Yesus mengatakan dengan berani, “Yesus yang kamu salibkan itu menjadi Tuhan dan Kristus.” (Kis. 2:36b) juga, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12

Jadi, kita mampu berbuat baik setelah kita diampuni lebih dahulu. Oleh sebab itu jangan bangga jika kita dapat berbuat baik sebab tidak ada seorang pun baik di hadapan Tuhan (Rm. 3:12).

- Ucapan keselamatan.

“Sesungguhnya, hari ini juga kamu akan bersama Aku di dalam Firdaus.” (Luk. 23:43)

Yesus memberikan jaminan kepada penjahat yang bertobat menjelang ajalnya tentang pengampunan dan keselamatan kekal.

- Ucapan kasih.

“Ibu, inilah anakmu!” – “Inilah ibumu!” (Yoh. 19:26-27)

Terjadilah keeratan antara orang tua dan anak – orang yang tua dan yang muda – oleh sebab karya salib Kristus. Bila kita menerima Yesus, rumah tangga akan menyatu bukan terpecah-belah. Dengan kata lain, perpecahan terjadi (bahkan dalam gereja pun) karena berposisikan sebagai seteru salib Kristus. Perhatikan, Yesus disalib dan darah-Nya mempersatukan orang-orang Yahudi dengan orang-orang non-Yahudi (Ef. 2:13). Waspada, jika kita terpecah-belah, kita sedang memusuhi salib-Nya sebab Allah di dalam Yesus Kristus selalu mengerjakan kesatuan.

- Ucapan pengharapan.

“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46; Mrk. 15:34)

Tiga perkataan pertama diucapkan Yesus di siang hari yang terang benderang tetapi ucapan keempat ini diucapkan-Nya saat kegelapan meliputi siang hari selama tiga jam.
Perjanjian Lama menegaskan Allah menyembunyikan diri terhadap orang berdosa yang cemar dengan kejahatan (Yes. 59:2-3). Yesus yang tidak berdosa sedang dilumuri dosa manusia. Ia menanggung seluruh dosa dari zaman Adam hingga dosa zaman ini. Itu sebabnya Allah Bapa meninggalkan-Nya untuk sesaat.

Bukan suatu kebetulan terjadi fenomena alam yang mana kegelapan supranatural menyelimuti wilayah penyaliban itu. Di balik ini, fajar pengharapan segera terbit. Gelap gulitanya Golgota segera diganti oleh Yesus Kristus, Terang dunia, yang memberikan karunia kehidupan yang kekal.

- Ucapan penderitaan jasmani.

“Aku haus!” (Yoh. 19:28)

Manusia sangat memerlukan air untuk dapat bertahan hidup dan ± 80% tubuh manusia terdiri dari air. Kehausan Yesus adalah derita badani yang dialami-Nya. Namun Ia menolak minum anggur asam yang dapat meredakan rasa sakit sebab Ia tidak mau menjalani siksaan salib setengah-setengah karena efek dari minuman itu. Ia rela menjalani siksaan yang berujung pada kematian untuk penebusan dosa manusia.

- Ucapan kemenangan.

“Sudah selesai.” (Yoh. 19:30)

“Sudah selesai” merupakan seruan kemenangan karena Yesus telah menyelesaikan tugas pengampunan dengan tuntas untuk menggenapi seluruh tuntutan Taurat. Ia sudah mempersembahkan hanya satu kurban saja karena dosa (Ibr. 10:12).

Ia mengasihi (agape) kita dan kita seharusnya mengasihi Dia bukan setingkat fileo tetapi sampai pada akhirnya seperti dialami oleh Petrus yang awalnya hanya memiliki kasih fileo tetapi akhirnya dia membuktikan kasihnya kepada Yesus dengan mati disalib tetapi dalam posisi terbalik.

- Ucapan penyerahan.

“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Luk. 23:46)

Ketika Yesus menyerukan kata penyerahan, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan kita dapat masuk ke dalam Tempat Mahakudus – menghampiri takhta Kasih karunia – dengan penuh keberanian untuk mendapatkan pertolongan pada waktunya (Ibr. 4:15-16).

Sungguh kita sangat berbahagia bila kita menjadi kawan salib Kristus, kita dijanjikan hidup penuh pengharapan itulah hidup kekal bersama-Nya walau untuk itu kita harus bayar harga dibenci oleh dunia tetapi jangan takut sebab Ia berada di pihak kita untuk mengayomi kita (bnd. Rm. 8:16-18). Amin.

 

Video ibadah ini dapat disimak di Ibadah Umum - Menjadi Kawan atau Seteru salib Kristus? - Pdt. Paulus Budiono.