HIDUP TEGUH SEBAGAI WARGA SURGA

Lemah Putro, Minggu, 01 Desember 2019
Pdt. Paulus Budiono


Shalom

Kita sudah masuk bulan Desember dan suasana Natal mulai terasa meskipun hujan belum turun. Lagu-lagu Natal mulai dikumandangkan untuk memperingati hari kelahiran Yesus lebih dari 2.000 tahun lalu. Namun jangan kita terpaku hanya pada kelahiran-Nya kemudian lupa akan kedatangan-Nya kembali. Apa yang harus kita perbuat dan persiapkan menjelang kedatangan-Nya? Surat Filipi 3:17 – 4:1 menasihati, “Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu. Karena seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya. Karena itu saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan hai saudara-saudaraku yang kekasih!”

Dapat dibayangkan bekas-bekas tetesan air mata Rasul Paulus dalam penjara di atas batu yang dingin, di lantai yang kotor atau di lukanya! Ia menangis bukan karena sakit yang dideritanya atau karena merenungi nasib tetapi karena ketakutan kalau jemaat yang dilayaninya terpengaruh oleh orang-orang yang menjadi seteru salib Kristus. Dia menangis melihat adanya “dua macam” orang Filipi, yaitu: orang Filipi yang keduniawian dan jemaat Filipi berkewarganegaraan Surga.

Sadarkah kita memiliki dua kewarganegaraan, yakni: warga negara Indonesia sekaligus warga Kerajaan Surga? Tentu kita tidak boleh mengabaikan negara kita selama kita masih hidup di dunia ini kemudian hidup di awang-awang menjadi warga negara Surga! Namun harus ada keseimbangan: kita mencintai negara dan pemerintahan Indonesia tetapi ada garis pemisah yang jelas dan tegas antara gelap dan terang tidak mungkin bersatu. Secara lahiriah kita adalah warga negara Indonesia yang mematuhi hukum dan tata tertib pemerintah tetapi Tuhan juga mau kita memiliki karakter warga negara Kerajaan Surga. Sebagai warga negara Indonesia kita tidak butuh menantikan Indonesia karena kita sudah berada di Indonesia. Kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat sebab kita belum tinggal di dalam Surga dan menjadi warga Kerajaan-Nya.

Mengapa Yesus mengajarkan kita berdoa mengundang Kerajaan Surga datang ke bumi tempat kita tinggal (Mat. 6:10)? Ternyata Kerajaan Surga belum eksis di bumi sebab masih banyak ditemukan korupsi, perselingkuhan, pembunuhan dll. Itu sebabnya jangan berhenti berdoa memohon Kerajaan Surga datang di bumi, lebih kecil lingkupnya datang dalam rumah tangga kita.

Kenyataannya, aktivitas, reaksi dan pandangan kita tentang Kerajaan Surga sering dikaburkan oleh daya tarik dunia yang makin semarak, menggoda dan menggiurkan. Jikalau mata dan hati kita sedikit lengah tidak lagi serius terhadap Firman Allah, hati dan mata kita akan mudah dipengaruhi dunia dengan teknologinya yang canggih. Waspada jika kita hanya mengundang Kerajaan Surga datang di gereja, negara-negara di seluruh dunia akan hancur karena hanya Kerajaan Surga yang mampu memulihkan kerajaan-kerajaan dunia yang sudah hancur. Ingat, Kerajaan Surga tidak pernah hancur/rusak, Rajanya, Yesus Kristus, tidak pernah berubah dan Ia Pencipta sekaligus Pemilik langit, bumi dan segala isinya.

Proses apa yang terjadi pada kita selama menanti kedatangan Yesus Kristus kembali?

  • Kita berpengharapan tubuh fana kita diubah menjadi mulia serupa dengan tubuh-Nya yang mulia (Flp. 3:20-21).

“Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.” (Flp. 3:20-21)

Kalau kita sekadar menantikan Tuhan tanpa ada motivasi apa pun, kita akan menjadi bosan membaca Alkitab juga malas menjaga tubuh untuk hidup dalam kekudusan. Itu sebabnya banyak yang menjadi seteru Tuhan Yesus, mereka lebih memikirkan perkara duniawi serta menjadikan perut mereka adalah Tuhan mereka.

Berbeda kalau kita mempunyai pengharapan bahwa tubuh kita yang hina akan diubah menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. Kita akan termotivasi untuk mempersiapkan diri dalam menanti kedatangan-Nya. Yang dimaksud keubahan tubuh bukanlah perubahan bentuk tubuh melalui operasi plastik yang marak dilakukan sekarang tetapi keubahan karakter hidup lama yang ditandai penuh dosa.
Rasul Paulus menekankan soal tubuh sebab sesungguhnya tubuh kita adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kita (1 Kor. 6:19). Tubuh bukan untuk percabulan melainkan untuk Tuhan (ay. 13); oleh sebab itu baik pemuda/i lajang maupun yang sudah menikah harus menjaga kekudusan tubuh/hidup. Ingat, kita sudah dibeli dengan harga mahal dan lunas dibayar. Jelas, tubuh kita milik Allah; karena itu muliakan Dia dengan tubuh dan roh kita (ay. 20). Jangan hidup penuh kepura-puraan, di gereja kita tampak suci dalam pelayanan tetapi di luar gereja, kita merusak tubuh dengan perbuatan-perbuatan jahat dan najis.

Bagaimana respons kita dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus? Apakah kita antusias atau cuek karena kita tidak begitu mengenal Dia? Percayakah Dia mampu mengubah kehidupan kita? Masing-masing dari kita pasti mempunyai kepentingan-kepentingan berbeda terhadap Yesus tetapi hendaknya kerinduan dan kebutuhan kita akan kedatangan-Nya sama. Memang kita tidak mengenal Yesus Kristus sebab kita tidak pernah berjumpa dengan-Nya secara kasatmata. Berbeda dengan Rasul Paulus yang melihat Yesus dalam perjalanan menuju Damsyik (Kis. 9:3-5). Dalam kesaksiannya, Paulus mengatakan bahwa Yesus menampakkan diri kepadanya sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Paulus merasa paling hina dari semua rasul tetapi beroleh kasih karunia dapat melihat Dia (1 Kor. 15:8-10).

Bagaimanapun juga jangan berkecil hati, kita dapat mengenal Pribadi Yesus melalui Alkitab yang memaparkan dengan lengkap tentang kedatangan-Nya ke dunia pertama kali, tentang misi yang diemban-Nya juga tujuan kedatangan-Nya untuk kedua kalinya. Pertama kali datang, Ia – Sang Firman – menjadi manusia dan bertabernakel di antara kita (Yoh. 1:14). Inilah awal kita mengenal Yesus melalui pembacaan Firman Allah untuk kemudian kita memperkenalkan Pribadi Yesus kepada orang lain.

Bila kita sungguh-sungguh menantikan Tuhan Yesus Kristus, kita akan menuruti perintah Firman-Nya dengan mematikan segala sesuatu yang duniawi berdampak kita mengalami keubahan dari hari ke hari untuk mengenal Sang Pencipta, Yesus Kristus (Kol. 3:5-10).

  • Kita diperkaya dalam perkataan, pengetahuan dan karunia untuk persatuan dan kesatuan (1 Kor. 1:4-9).

“Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan sesuai dengan kesaksian tentang Kristus yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.”

Hendaknya kita memanfaatkan karunia yang Tuhan berikan dengan tepat. Tuhan membuat jemaat Korintus yang miskin menjadi kaya (2 Kor. 8:9) dalam segala hal – karunia hikmat, pengetahuan, kesembuhan, iman, bahasa lidah, menerjemahkan dll. (1 Kor. 12). Firman Tuhan telah mengingatkan bahwa semua karunia ini bertujuan untuk persatuan dalam membangun tubuh Kristus (bnd. 1 Kor. 1:9-10). Sayang, jemaat Korintus menyalahgunakan karunia-karunia berakibat terjadinya perpecahan di antara mereka, buktinya ada golongan-golongan yang pro Paulus, Apolos, Kefas, Kristus (ay. 12).

Introspeksi: sudahkah kita menggunakan karunia yang Tuhan berikan atau kita menolak pelayanan dengan alasan tidak mempunyai karunia? Apakah kita menggunakan karunia-karunia dari Tuhan demi kesatuan tubuh atau malah menimbulkan perpecahan karena merasa karunia kita lebih hebat kemudian melecehkan jemaat/gereja lain? Ilustrasi: setiap anggota tubuh tumbuh bersamaan dan tidak saingan, misal: tangan kanan tidak tumbuh lebih dahulu kemudian disusul dengan pertumbuhan tangan kiri dst.

  • Kita melayani Allah agar terlepas dari murka yang akan datang (1 Tes. 1:9-10).

“Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.

Kita melayani Allah yang hidup dalam penantian kedatangan Yesus kembali supaya kita terlepas dari murka yang akan datang. Dunia sudah siap dibinasakan dengan api yang menghanguskan (2 Ptr. 3:10) dan kita sedang menantikan langit dan bumi baru – Yerusalem Baru (Why. 21).

Siapa yang terkena murka Allah? Bangsa-bangsa, raja-raja di bumi, pembesar-pembesar serta perwira-perwira, orang kaya serta orang berkuasa, semua budak dan orang merdeka meratap karena ketakutan akan murka-Nya (Why. 1:7–8; 6:15-17). Sudahkah kita memperkenalkan Yesus Kristus kepada mereka supaya mereka terhindar dari murka Allah? Kita bertanggung jawab atas darah mereka jika kita tidak pernah memberitakan Yesus kepada mereka. Kalau mereka tetap menolak berita keselamatan, itu urusan mereka; yang penting kita telah memberitakan kabar baik kepadanya. Berapa banyak penduduk Indonesia (714 suku dan 1001 bahasa) yang sudah mengenal Tuhan Yesus dan tahu Ia akan datang kembali? Dan berapa banyak dari keluarga, famili dan teman kita telah mengenal Dia? Senangkah kita masuk Surga sementara mereka meratap tangis penuh kengerian mengalami panasnya api pehukuman?

Sungguh tak seorang pun dapat bertahan atas murka Allah bila kita tidak mengasihi Dia dan melakukan Firman-Nya. Oleh sebab itu selama kita masih diberi waktu dan kesempatan, kenali Dia dan tekunlah membaca Alkitab. Jangan berpegang pada filosofi Tionghoa yang mengatakan manusia mengalami lahir – tua – sakit – mati. Hidup manusia tidak habis setelah meninggal, memang fisik/tubuhnya mati tetapi rohnya tetap hidup untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat selama masih hidup. Untuk itu roh kita harus senantiasa berkomunikasi dengan Roh Kudus supaya Roh Kudus menjadi saksi bahwa kita adalah anak-anak Allah (Rm. 8:15-16). Siapa Roh kudus itu? Ia adalah Allah sendiri.

Jelas sekarang kita melayani Tuhan bukan untuk diberkati menjadi kaya, tenar, makmur tetapi agar kita terhindar dari murka Allah yang akan datang.

  • Kita dibebaskan dari segala kejahatan dan dikuduskan menjadi umat kepunyaan-Nya yang rajin berbuat baik (Tit. 2:11-14).

“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat kepunyaan-Nya sendiri yang rajin berbuat baik.

Kita dibebaskan/dilepaskan dari segala kejahatan dan dikuduskan untuk rajin berbuat baik dan siap menyambut kedatangan Yesus.

  • Kristus datang kedua kalinya bukan lagi untuk menanggung dosa tetapi membawa keselamatan bagi mereka yang menantikan Dia (Ibr. 9:27-28).

“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan dia.”

Siapa mereka yang menantikan kedatangan-Nya? Mereka tidak lagi berurusan dengan dosa karena dosanya telah diampuni. Jika mereka belum mati waktu Tuhan datang, mereka akan diangkat menyongsong Dia di angkasa (1 Tes. 4:17).

Kepada perempuan berzina yang berada di ambang hukuman kematian, Yesus tidak menghukum dia tetapi mengingatkan agar tidak berbuat dosa lagi (Yoh. 8:11).

Semua dari kita telah berbuat dosa (kecil atau besar), jangan disimpan karena dosa sekecil apa pun kalau dipelihara akan membawa maut (Yak. 1:15). Dosa harus dibasmi dan hati menjadi sumber dari segala kejahatan dan kenajisan (Mat. 15:19) bahkan hati manusia lebih licik dari segala sesuatu (Yer. 17:9). Untuk itu relakan hati kita yang penuh kelicikan ini dibersihkan oleh darah Kristus.

Sekarang kita mengerti apa yang terjadi selama penantian kedatangan Yesus Kristus kedua kalinya. Kita mengalami proses keubahan hidup dari hari ke hari, diperkaya dengan karunia-karunia untuk kesatuan Tubuh Kristus, terhindar dari murka Allah dan tidak berbuat dosa lagi. Kita berkewajiban memberitakan kedatangan-Nya kembali kepada orang-orang yang belum/tidak mengenal Tuhan agar mereka juga diselamatkan dan bersama dengan kita dijemput Dia untuk tinggal bersama-Nya di Yerusalem baru. Dan orang yang menantikan (Pribadi) Tuhan mendapat kekuatan baru, dia tidak mudah lesu dan lelah saat beraktivitas (Yes. 40:31) hingga Ia datang kembali. Amin.

 

Video selengkapnya dapat disimak di Ibadah umum - Hidup Teguh sebagai Warga Surga - Pdt. Paulus Budiono.