KEHIDUPAN PELAYAN TUHAN YANG MENELADANI KRISTUS

Lemah Putro, Minggu, 20 Oktober 2019

Pdm. Setio Dharma Kusuma

Shalom,

Umumnya ketika seseorang sedang menghadapi tantangan dan pergumulan hidup, dia sangat membutuhkan perhatian dan penghiburan dari orang-orang dekatnya untuk mendukung dan memberikannya solusi. Namun Rasul Paulus yang sedang dipenjara melakukan tindakan yang berbeda dari orang-orang pada lazimnya. Dia tidak mengasihani diri sendiri atau minta dikasihani orang; sebaliknya, dia malah berencana mengirim anak rohaninya, Timotius, kepada jemaat Filipi. Bukankah Paulus sendiri memerlukan Timotius untuk berada di dekatnya jika sewaktu-waktu dia membutuhkan pertolongannya? Paulus mengakui bahwa Timotius telah menolongnya seperti seorang anak menolong bapanya dan kesetiaannya teruji. Terdengar tidak masuk akal, orang yang dibutuhkan malah hendak diutus ke Filipi.

Apa yang menjadi dasar kekuatan Rasul Paulus mengirim Timotius ke Filipi? Filipi 2:19-24 menuliskan, “Tetapi dalam Tuhan Yesus (But I trust into Lord Jesus = tetapi aku percaya dengan pertolongan Tuhan) kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu. Karena tak ada seorang padaku yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri bukan kepentingan Kristus Yesus. Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya. Dialah yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera sesudah jelas bagiku bagaimana jalannya perkaraku; tetapi dalam Tuhan aku percaya bahwa aku sendiri pun akan segera datang.”

Jelas, sebagai pelayan Kristus, Paulus mengutamakan Dia. Apa ciri-ciri kehidupan pelayan Tuhan yang meneladani Kristus?

  • Mempunyai hati dan pikiran yang tertuju pada salib Kristus (Flp. 2:6-8).

Bagi orang dunia, ketika sedang menderita, mereka menginginkan penghiburan; ketika menghadapi tantangan, mereka butuh dukungan; ketika menghadapi masalah, mereka perlu pendamping/teman. Berbeda dengan Rasul Paulus, sebagai pelayan Kristus, hati dan pikirannya tertuju pada salib Kristus.

Apa yang diteladani Paulus dari Yesus Kristus? Apa pikiran Yesus saat Ia tergantung di kayu salib? Ia tidak memikirkan atau mengasihi diri-Nya sendiri tetapi memikirkan penyelamatan umat manusia dan penghapusan dosa saat tergantung di kayu salib. Ini menjadi teladan bagi Rasul Paulus dan ia belajar untuk tidak memikirkan diri sendiri sehingga dia bertekad mengirim Timotius ke Filipi. Bahkan Paulus memiliki semboyan hidup “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21) untuk menapak tilas Pribadi yang dikaguminya itulah Yesus Kristus.

Tentu tidak salah ketika kita menghadapi masalah atau dirundung duka, kita berusaha memikirkan penyelesaiannya. Namun apa reaksi kita ketika melihat saudara kita sedang membutuhkan pertolongan, apakah kita peduli dan memikirkan mereka? Atau kita fokus memikirkan masalah kita sendiri dan cuek terhadap kesusahan orang lain sebelum masalah kita beres? Memang orang dunia akan menganggap kita bodoh untuk memikirkan masalah orang lain sementara masalah kita sendiri belum selesai. Alkitab jelas mengatakan bahwa hati dan pikiran yang tertuju pada salib Kristus merupakan kebodohan bagi dunia (1 Kor. 1:18).

Perhatikan, kalau hati dan pikiran kita tidak tertuju pada salib Kristus, kita akan bersikap mengasihani diri sendiri dan minta diperhatikan saat kita berduka atau menghadapi masalah. Berbeda dengan Rasul Paulus yang berpikiran kalau harus hidup di dunia ini, itu berarti dia bekerja memberi buah (Flp. 1:22). Dia memberi buah kepada siapa? Yesus pernah memerintahkan pohon ara yang tidak berbuah untuk ditebang sebab percuma hidup tanpa menghasilkan buah (Luk. 13:6-7).

Kita hidup harus memberi buah kepada (1) Tuhan, dengan mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan kita, (2) Sesama, dengan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Mrk. 12:30-31).

Mengapa (hati) Rasul Paulus begitu terbeban kepada jemaat di Filipi? Gereja Tuhan/persekutuan orang percaya di Filipi didirikan oleh Paulus, Timotius, Silas, dan Lukas. Kisahnya, suatu malam dalam penglihatan Rasul Paulus melihat seorang Makedonia berseru kepadanya dan menyuruhnya menyeberang untuk menolong mereka. Mereka berempat sepakat pergi ke Makedonia dan kota pertama yang disinggahi ialah Filipi. Di kota ini mereka menetap dan memberitakan Injil. Suatu hari mereka menyusuri tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi (yang tidak percaya Yesus sebagai Juru Selamat). Rasul Paulus berbicara dengan perempuan-perempuan yang berkumpul di situ dan salah satunya bernama Lidia, penjual kain ungu. Tuhan membuka hati Lidia, berakhir dengan Lidia dan seisi rumahnya dibaptis (Kis. 16:9-15).

Tak lama kemudian ketika pergi ke tempat sembahyang, mereka bertemu dengan hamba perempuan yang mempunyai roh tenung. Paulus merasa sangat terganggu kemudian dia mengusir roh tenung dari hamba perempuan itu. Hal ini membuat tuan-tuan dari hamba perempuan tersebut marah karena penghasilan uang tenung mereka lenyap. Mereka menangkap Paulus dan Silas lalu membawanya ke pembesar kota. Akhirnya mereka dimasukkan penjara namun Tuhan membebaskan mereka dengan cara ajaib membuat kepala penjara dan seluruh keluarganya percaya kepada Injil kemudian dibaptis (ay. 16-33).

  • Terlibat dan mempunyai waktu untuk melayani Tuhan.

Berbicara mengenai misi pelayanan, dibutuhkan keterlibatan dari misionaris dan waktu yang diberikan. Contoh: pendeta Van Gessel datang ke Indonesia dan terlibat dalam pengajaran Tabernakel. Dibutuhkan cukup banyak waktu (bukan 1-2 hari) bagi beliau untuk meyakinkan orang-orang setempat percaya kepada Yesus.

Rasul Paulus mempunyai beban hati terhadap jemaat di Filipi karena sebelumnya dia sudah terlibat dengan mereka dan memberikan banyak waktu kepada mereka.

Apakah Kristus Yesus juga terlibat dan menyediakan waktu dalam misi-Nya? Allah mempunyai beban hati terhadap manusia; itu sebabnya Ia terlibat serta menyediakan waktu bagi kita. Buktinya? Ibrani 1:1-2 menuliskan, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.”

Ayat di atas menyebutkan waktu “zaman dahulu dan zaman akhir” juga keterlibatan “nabi-nabi dan Anak- Nya”. Di era Perjanjian Lama, Nabi Samuel menobatkan Saul menjadi raja (1 Sam. 10:1) dan menegurnya ketika Saul tidak dengar-dengaran terhadap perintah Allah (1 Sam. 15:13-23); Nabi Natan menegur Raja Daud yang berbuat zina (2 Sam. 12) dll. Di era Perjanjian Baru, Yesus menyediakan waktu-Nya (33 tahun) demi satu tujuan yaitu penyelamatan umat manusia.

Jelas kehidupan pelayan Tuhan yang meneladani Kristus mempunyai ciri keterlibatan dan menyediakan waktu untuk melayani-Nya. Kenyataannya, kita sulit mengatur waktu untuk terlibat dalam pelayanan Tuhan tetapi selalu ada waktu untuk mencari uang dan bersenang-senang (travelling, shopping dll.).

Kesaksian seorang pendeta: ada seorang pemuda yang sudah menikah menderita sakit kanker stadium 4. Dia tergeletak lemah di rumah sakit dengan tubuh kurus tinggal kulit pembalut tulang. Gembalanya menjenguk pemuda ini dan membawa sekuntum bunga mawar yang sudah layu. Pemuda yang dikelilingi oleh keluarganya menceritakan kondisinya dan Gembala duduk mendengarkannya. Kemudian pemuda ini mohon didoakan supaya kuat menjalani penderitaannya. Dengan senang hati Gembala mendoakan pemuda ini juga keluarganya kemudian Gembala pamit mau pulang. Baru beberapa langkah ke pintu, Gembala dipanggil oleh pemuda ini karena dia ingin bertanya mengapa Gembala datang membawa sekuntum bunga layu. Gembala meminta berbicara empat mata kemudian mulailah Gembala mengingatkan saat pemuda ini masih lajang gereja membutuhkan dia untuk memimpin kaum muda tetapi ditolak dengan alasan sibuk membuat skripsi. Setelah lulus, ibu gembala meminta pemuda ini untuk memimpin paduan suara tetapi permintaan ini ditolak dengan alasan mau fokus bekerja mengejar karir. Setelah menikah, pemuda ini diminta menjadi majelis karena gereja membutuhkan ide dan tenaganya. Lagi-lagi tawaran ini ditolak. Kini dalam kondisi tidak berdaya, pemuda ini berjanji jika Tuhan menyembuhkannya, dia akan melayani Tuhan. Mendengar cerita dari Gembala, meledaklah tangis pemuda ini. Peringatan bagi kita yang sehat, apakah Tuhan itu pengemis di pinggir jalan sehingga kita memberikan sisa-sisa tubuh yang sudah hancur kepada-Nya? Di kala kuat, kita sibuk mencari kesenangan dan berbuat dosa tetapi di kala sakit terbaring di rumah sakit, kita mencari Tuhan! Ingat, selagi kita masih mempunyai waktu dan mampu terlibat dalam pelayanan, gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya! Kalau gembala dan penatua meminta kita untuk terlibat dalam pelayanan, berdoalah sungguh-sungguh apakah memang ini yang Tuhan tetapkan. Jangan kelemahan/ kekurangan dan ketidakcakapan dijadikan alasan untuk menolak terlibat dalam suatu pelayanan! Bahkan bagi mereka yang lemah tubuh karena usia, masih ada pelayanan yang dapat dikerjakan yaitu terlibatlah dan adakan waktu untuk berdoa syafaat.

  • Mempunyai kepentingan Kristus.

Tak dapat disangkal, dalam pelayanan apa pun pasti bersinggungan dengan kepentingan namun yang diminta bukanlah kepentingan diri sendiri tetapi kepentingan Kristus Yesus (Flp. 2:20-21).

Hati-hati, kalau kepentingan diri sendiri mencuat dan mendominasi dalam pelayanan Tubuh Kristus, walau pikiran kita tertuju pada salib Kristus, kita terlibat aktif serta mempunyai waktu untuk melayani Tuhan, kita akan terhilang. Jangan bersikap seperti politisi-politisi di dunia politik yang mengatakan tidak ada lawan maupun kawan abadi; yang abadi hanyalah kepentingan partai/kelompoknya!

Ternyata Rasul Paulus mengalami hal serupa berkaitan dengan kepentingan diri sendiri dalam pelayanan. Dia mempunyai teman sekerja bernama Demas yang masih ikut terlibat dalam pelayanan di Kolose (Kol. 4:14) dan di Filemon (Fil. 1:24). Namun menjelang kematian Paulus, Demas meninggalkan pelayanan karena lebih mencintai dunia (2 Tim. 4:8). Bukankah Yudas Iskariot, murid Yesus, mempunyai kepentingan dalam pelayanan padahal dia dipakai Yesus dan diberi kuasa untuk mengusir roh jahat serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan (Mat. 10:1)? Di menit-menit terakhir Yesus mau disalib justru uang menjadi kepentingan Yudas.

Kata “kepentingan diri” dalam bahasa Inggris (KJV) dikatakan “strive”; dalam New American Standard Bible (NASB) dikatakan “dispute” = perselisihan, percekcokan; New International Version (NIV) menyatakan “selfish ambition” = ambisi bersifat egois

Waspada, “kepentingan diri sendiri” dapat membuat kita terhilang sebab termasuk perbuatan daging yang berakibat tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Gal. 5:19-21). Dengan kata lain, kepentingan diri sendiri menimbulkan perselisihan dan percekcokan. Jadi, ketika kita sibuk terlibat dalam pelayanan kemudian ada perselisihan/percekcokan, ini pasti karena adanya kepentingan diri sendiri yang kurang/tidak diperhatikan.

Apa ciri-ciri kita memiliki kepentingan Kristus?

  • Tidak mencari puji-pujian (Flp. 2:3a).
    Kalau kita mencari pujian dalam pelayanan, ini bukan kepentingan Kristus tetapi kepentingan diri sendiri.
  • Rendah hati.
    Ketika kita menjalankan kepentingan Kristus pasti ada kerendahan hati yang ditunjukkan dengan mengutamakan dan memerhatikan kepentingan orang lain (Flp. 2:3b-4).

Marilah kita mempunyai hati dan pikiran yang tertuju pada salib Kristus, menyediakan waktu dan terlibat dalam pelayanan. Layani Dia dengan mengutamakan kepentingan Kristus bukan kepentingan diri sendiri; itulah pelayan Tuhan yang meneladani Kristus dan dengan demikian kita mendapatkan bagian dalam Kerajaan-Nya. Amin.

 

Video ibadah ini dapat Anda simak di Ibadah Umum - "Hidup Pelayanan Tuhan Meneladani Kristus" - Pdm. Setio Dharma Kusuma.