PERSEKUTUAN YANG SEHAT

Lemah Putro, Minggu, September 15, 2019
Pdt. Paulus Budiono

Shalom,

Sungguhkah kata-kata indah dari lirik lagu yang kita nyanyikan keluar dari lubuk hati atau kita sekadar menyanyi tanpa perasaan? Tuhan sangat mengenal hati kita. Demikian pula saat mendengarkan Firman Tuhan, apakah kita memilah-milahnya dan mengaminkan hanya yang cocok dengan selera dan kebutuhan kita? Ingat, seluruh (janji) Firman Allah itu “ya” dan “amin” (2 Kor. 1:20).

Bagaimana dengan tulisan Rasul Paulus kepada jemaat Filipi yang ditulis saat ia dipenjara dan sudah dikanonisasi menjadi Firman Tuhan? Filipi 1:21-26 menuliskan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus – itu memang jauh lebih baik tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku apabila aku kembali kepada kamu.”

Bila kita rangkumkan, ayat-ayat di atas terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu:

  • Ayat 21-23 menunjukkan kebimbangan hati Paulus ketika harus memilih pergi (mati) dan diam bersama Kristus atau tetap tinggal di dunia.
  • Ayat 24-26 menunjukkan keyakinannya akan keluar dari penjara dan tinggal bersama jemaat Filipi. Pasti Rasul Paulus mempunyai tujuan hidup walau dia mendekam di penjara, terbukti dia berkeinginan untuk tetap hidup dan tinggal bersama jemaat Filipi. Kita tahu Yakobus dipenjara dan tidak pernah bebas hingga kematiannya dieksekusi, Petrus juga masuk penjara tetapi dibebaskan kemudian melanjutkan pelayanan, banyak hamba Tuhan dipenjara kemudian dibebaskan dengan ajaib lalu mereka kembali memberitakan Firman hidup tetapi khusus untuk Paulus, dia berkeinginan dan yakin akan tinggal bersama jemaat Filipi.

Kita harus mempunyai keyakinan/iman akan Firman Tuhan yang ditulis oleh pelbagai penulis atas ilham Roh Kudus. Kalau kita tidak mengimannya, tanpa sadar kita sedang mendukacitakan Roh Kudus. Jujur, kita tidak mampu mengimani tanpa pertolongan Roh Kudus akibat kesalahan fatal yang telah diperbuat oleh nenek moyang kita.

Apa tujuan Rasul Paulus tinggal bersama (bersekutu dengan) jemaat Filipi? Waspada, banyak persekutuan terjadi tetapi berakhir dengan perselisihan dan perpecahan; jauh berbeda dengan persekutuan yang Rasul Paulus rindukan yaitu supaya jemaat Filipi makin maju dan bersukacita dalam iman. Paulus sangat peduli kepada jemaat Filipi yang paling getol memberikan sumbangan dan support pada pelayanannya (Flp. 4:14-17) sementara jemaat-jemaat lain yang dibangun oleh Paulus tidak pernah memedulikannya. Bahkan kepada jemaat Korintus, Paulus menyatakan bahwa dia berjerih lelah dan bekerja berat untuk mencukupi dirinya juga memelihara semua jemaat (2 Kor. 11:27-28).

Rasul Paulus mempunyai alasan dan persiapan ketika dia keluar dari penjara yaitu bekerja memberi buah. Tentu tidak mudah baginya (sebagai orang beriman) membuat persiapan saat dipenjara karena semua gerak geriknya diawasi. Dia tidak memikirkan diri sendiri dan berpikiran hendak "membalas dendam‟ kepada siapa yang memenjarakannya tetapi fokus bagaimana membuat jemaat makin maju dan bersukacita dalam iman ketika diberi kesempatan untuk hidup di dunia.

Jujur, setiap dari kita takut mati tetapi apa yang menjadi alasan kita untuk hidup (bebas tidak terbelenggu seperti Paulus)? Sebagai orang percaya, kita hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus (Rm. 6:11) dan bekerja memberi buah.

“Bekerja memberi buah” berkaitan dengan pohon/tanaman. Ilustrasi: ketika kita menanam pohon berbiji, kita tidak puas melihat tanaman itu berdaun rindang dan berbunga banyak tetapi hingga berbuah lebat. Untuk menghasilkan buah lebat tidak cukup kita mengandalkan sinar matahari, angin, cukup air (hujan) tetapi kita juga harus bekerja dan mempersiapkan: memberi nutrisi yang penting bagi pertumbuhan, mengontrol suhu dan kelembapan yang pas, mengantisipasi hama dan penyakit sejak dini, menggunting/memangkas ranting-ranting yang kering dll. Dengan kata lain, untuk menghasilkan “buah” kita harus bekerja. Bukankah untuk berhasil dalam pekerjaan/bisnis, kita harus mempersiapkan dengan belajar dan bekerja keras? Firman Tuhan sendiri menegaskan siapa tidak bekerja alias malas janganlah ia makan (2 Tes. 3:10). Rasul Paulus mendorong jemaat Korintus untuk berdiri teguh tidak goyah dan selalu giat dalam pekerjaan Tuhan (1 Kor. 15:58). Dia sendiri memberi contoh berjerih payah siang malam supaya tidak menjadi beban bagi siapa pun (2 Tes. 3:7-8) dan terbukti oleh karena kasih karunia dia bekerja lebih keras daripada rasul-rasul lainnya (1 Kor. 15:10) untuk menghasilkan buah. Bagaimana kondisi kita sebelum berjumpa dengan Yesus Kristus? Bukankah kita dahulu bekerja dan menjadi hamba dosa (Rm. 6:17)? Kita sebelumnya malas bekerja/melayani Tuhan, suka menunda-nunda pekerjaan/pelayanan atau baru mau bekerja/melayani jika menghasilkan keuntungan dst.

Rasa buah apa yang kita kehendaki tergantung dari macam pohon apa yang kita tanam sebab masing-masing pohon biji menghasilkan buah dengan rasa dan khasiat beda-beda. Misal: rasa dan khasiat buah ara beda dengan rasa dan khasiat buah anggur atau buah delima dst. Demikian pula buah Roh Kudus menghasilkan sembilan macam rasa yang beda: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22). Orang yang penuh kasih beda dengan orang yang ditandai dengan lemah lembut dst.

Jangan lupa kita hanyalah carang yang tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus melekat pada Yesus sebagai pokok anggur. Agar dapat berbuah banyak, kita harus bersedia/rela dibersihkan (Yoh. 15:1-5) – membuang harga diri dan semua perbuatan daging (Ga. 5:19-21). Seluruh proses pembersihan/penyucian berlangsung sesuai dengan ukuran Tuhan untuk menghasilkan rasa buah yang pas, misal: pohon yang tidak terkena matahari atau terlalu banyak disirami menghasilkan buah yang kurang baik.

Pertanyaan: sudahkah kita (yang bebas) bekerja buat Tuhan dengan sunguh-sungguh? Rasa buah apa yang kita persembahkan di lingkungan kita? Ingat, kita dipilih (bukan kita yang memilih) dan ditetapkan Tuhan untuk menghasilkan buah bahkan berbuah tetap yaitu mengasihi seorang akan yang lain (Yoh. 15:16-17). Faktanya, kita sering memilih gereja dan pendeta yang cocok dengan selera kita. Itu sebabnya banyak gereja "mrotoli‟ karena anggota jemaatnya sering pindah-pindah gereja.

Kita harus kembali kepada Gembala Agung yang telah memilih kita sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4) dan bila kita percaya kepada Injil keselamatan kita dimeteraikan oleh Roh Kudus (ay. 13). Di era gereja mula-mula seusai Pentakosta, para rasul menyadari bahwa mereka telah ditetapkan menjadi saksi bagi-Nya dan pergi hingga ke ujung bumi untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya. Memang sebelum dipenuhi Roh Kudus, mereka gagal dalam mengikut Yesus seperti Yudas Iskariot mengkhianati Guru-Nya, Petrus menyangkal Dia, murid-murid meninggalkan-Nya sendirian menderita disalib tetapi kondisi berbalik total setelah mereka dipenuhi Roh Kudus yang dijanjikan, mereka bahkan rela mati syahid.

Bila kita memiliki buah tetap (kasih), kita harus pergi dimulai kepada orang-orang dekat kita (suami, istri, anak, orang tua, kerabat, teman dsb.) dan mampu mengasihi mereka dengan menerima serta mengampuni segala kekurangan dan kelemahan mereka. Sebagai pengikut Yesus, kita harus berani menyangkal diri dan memikul salib (Mat. 16:24).

Buah apa yang diinginkan Tuhan dari kita? Buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus menjelang kedatangan-Nya untuk memuliakan Allah (Flp. 1:10-11).

Bagaimana beroleh (buah) kebenaran? Dengan beriman kepada Yesus Kristus, kita dibenarkan (Rm. 3:22) dan diubahkan untuk menghasilkan buah kebenaran.

Baik hamba Tuhan maupun jemaat harus penuh dengan buah kebenaran dan hidup suci serta tak bercacat cela menjelang hari Kristus. Bila dua pihak ini (hamba Tuhan dan jemaat) sama-sama bekerja untuk berbuah, terjadilah persekutuan yang sehat. Jangan terlalu menuntut hamba Tuhan berbuah lebat tetapi jemaat pasif atau melecehkannya! Contoh: jemaat Galatia awalnya setia dengan Injil Kristus yang diberitakan oleh Rasul Paulus dan menyambutnya seperti malaikat Allah bahkan rela mencungkil mata mereka untuk diberikan kepadanya (Paulus bermasalah dengan matanya) tetapi ketika ditinggal Paulus ke tempat lain, mereka menerima injil lain yang memutarnalikkan Injil Kristus kemudian menganggap Paulus sebagai musuh (Gal. 1:6-7; 4:13-16).

Rasul Paulus bekerja keras bukan untuk mencari keuntungan fisik. Bila kita menengok ke belakang, Adam-Hawa yang tinggal di Taman Eden diberi wewenang untuk mengelola ratusan bahkan ribuan macam pohon berbuah. Tentu mereka bekerja keras tetapi semua itu dilakukan dengan penuh sukacita dan aktivitas tersebut menyehatkan hubungan nikah mereka. Jauh berbeda setelah mereka jatuh dalam dosa, Adam harus bersusah payah dan berpeluh mencari rezeki untuk menghasilkan buah yang menyenangkan istri dan anak; demikian pula Hawa dalam melahirkan dan menyenangkan suami. Harus diakui tidaklah mudah untuk berbuah yang menyenangkan suami, istri, orang tua, anak, jemaat dst. Tak jarang pendeta berusaha menyenangkan jemaat menggunakan filosofi dunia dan mengundang artis terkenal untuk memeriahkan event ibadah. Sekali lagi, harus ada kerja sama dan timbal baik dari dua pihak (suami-istri; orang tua-anak, pendeta-jemaat dll.) untuk bekerja keras memberi buah sehingga terjadi persekutuan yang sehat.

Sebenarnya Rasul Paulus lebih suka pergi (mati) dan berdiam bersama Kristus karena ini jauh lebih baik. Bukankah salah satu penjahat yang disalib di sebelah Yesus tidak memohon Yesus menyelamatkannya dari salib untuk pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarganya tetapi agar Yesus mengingatnya ketika Ia datang sebagai Raja. Dan Yesus menyanggupinya bahwa pada hari itu juga penjahat tersebut ada bersama-Nya di Firdaus (Luk. 23:42-43).

Hendaknya kita juga memiliki kerinduan sama yaitu berdiam bersama Kristus. Kalaupun kita masih hidup berumur panjang di dunia ini, kita harus mempunyai tujuan hidup untuk memiliki persekutuan sehat satu sama lain. Perhatikan, Yesus membawa berkat bila kita kerja keras dan setia kepada-Nya tetapi teguran bila kita malas dan lalai melayani-Nya.

Aplikasi: hendaknya Hamba Tuhan tidak mudah mengeluh ketika mendapat tugas "dadakan‟ ; sebaliknya, mengucap syukurlah jika masih diberi kesempatan untuk ber-fellowship dengan jemaat. Pemimpin-pemimpin rohani hendaknya mempunyai hati mengasihi mereka yang dipimpinnya. Tentu kita boleh mengundang pembicara dari luar tetapi harus tetap memerhatikan apakah mereka juga memiliki hati yang sama dengan hati kita. Contoh: jemaat Korintus mempunyai banyak kekurangan yang memilukan hati Rasul Paulus tetapi dia tidak mau meninggalkan mereka. Bukankah karena kasih, Yesus rela mati untuk kita? Bukan karena kita ini baik karena kita hanyalah tanah liat yang tidak berharga sama sekali.

Kita menghirup O2 pemberian Tuhan dengan gratis agar tetap hidup; orang mati tidak lagi dapat menghirup O2. Kita hidup karena Yesus dan hidup-Nya ada dalam hidup kita. Begitu Ia pergi meninggalkan kita, kita tidak lagi hidup. Oleh sebab itu cintai Yesus yang telah menyelamatkan dan memberikan kita kehidupan (kekal). Perlu diketahui sifat Allah Tritunggal itu suka bersekutu; itu sebabnya mengapa Allah Tritunggal berhubungan erat satu sama lain. Hendaknya suami-istri (juga persekutuan satu sama lain) makin erat dalam menantikan Tuhan datang kembali.

Persekutuan yang sehat berdampak kemajuan iman dan makin bersukacita dalam iman. Kemajuan iman tidak dapat dilepaskan dari mendengar akan Firman Kristus (Rm. 10:17) bukan dari bagusnya khotbah pendeta bukan pula dari filosofi duniawi yang indah. Kenyataannya, banyak khotbah di mimbar hancur, gereja goncang-ganjing karena ajaran yang menyesatkan. Kita harus berdoa karena jemaat dari gereja manapun merupakan biji mata Tuhan.

Harus ada kerja sama yang indah – pendeta membutuhkan jemaat dan jemaat membutuhkan pendeta – untuk menghasilkan buah. Jika tidak ada titik temu dari dua belah pihak, timbullah persekutuan yang tidak beres seperti terjadi pada jemaat Korintus yang mana ada perpecahan di dalamnya (1 Kor. 11:17-19) oleh sebab jemaat blok-blokan terhadap pengkhotbah – ada yang pro Paulus, Apolos, Kefas, Kristus (1 Kor. 1:12).

Ingat, gereja hanyalah wadah dan kita memilih tempat bergereja dengan tujuan ber-fellowship sehat dan baik supaya Nama Kristus dipermuliakan. Ilustrasi: mobil mewah Mercy, BMW hingga mobil Kijang Innova hanyalah wadah tetapi yang penting ialah penumpang di dalamnya dibawa ke destinasi yang tepat sesuai rencana.

Di lain kesempatan, kita harus mempertahankan Perjamuan Tuhan untuk kesatuan. Ironis, gereja-gereja menggunakan ayat yang sama saat menggunakan Perjamuan Tuhan tetapi makin banyak terjadi perpecahan di dalamnya karena masing-masing merasa gerejanya paling murni dll. Persekutuan yang benar dan sehat berfokus mengagungkan Yesus Kristus serta meninggikan kurban-Nya seperti dikatakan oleh Yohanes, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu kami beritakan kepada kamu juga supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.” (1 Yoh. 1:3)

Tak dapat disangkal, membentuk persekutuan yang sehat itu tidak mudah karena banyaknya omongan yang dapat menimbulkan gesekan dan melemahkan keutuhan persekutuan. Bukankah Yesus – Sang Firman – juga dicemooh dan dihina bukan oleh rakyat jelata tetapi oleh orang Farisi, ahli Taurat, imam-imam kepala yang tahu banyak tentang hukum Taurat? Pemimpin-pemimpin rohani hendaknya dapat menjaga mulut untuk mencegah perpecahan dalam persekutuan.

Persekutuan kita ada tanda darah/salib seperti persekutuan gereja mula-mula yang kuat dan teguh karena mereka menjunjung tinggi kurban Yesus. Waspada, jika kita mengatakan kita beroleh persekutuan dengan Dia namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita daripada segala dosa (1 Yoh. 1:6-7).

Persekutuan yang indah dan sehat harus back to the Bible berdampak kemegahan kita dalam Yesus Kristus makin bertambah. Dalam hal ini, kita tidak memegahkan/mengagungkan seorang pendeta yang sama dengan menjebloskannya ke dalam jurang kesombongan. Hanya Firman Tuhan (bukan pendeta) yang mampu mengubah karakter manusia yang jahat menjadi baik; dengan demikian, Nama Tuhan dipermuliakan. Amin.

 

Video ibadah ini dapat Anda lihat di sini Ibadah Umum "Persekutuan yang Sehat" - 15 September 2019 - Pdt. Paulus Budiono.