KASIH KARUNIA DARI PENJARA

Lemah Putro, Minggu, 28 Juli 2019
Pdt. Paulus Budiono

Shalom,

Sungguhkah Firman Allah itu ajaib? Atau ajaib jika menyenangkan dan cocok bagi selera kita? Contoh: Yesus membuat mukjizat dengan memberi makan 5.000 orang laki-laki dari 5 ketul roti dan 2 ekor ikan. Keesokan harinya mereka mencari Yesus lagi namun ketika Ia mengatakan “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi”, mereka bersungut-sungut bahkan banyak murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (Yoh. 6:1-66). Sejauh mana kita menghargai Firman Tuhan juga keyakinan kita akan keajaiban-Nya? Kenyataannya, manusia sering merusak kehidupan pribadi dan nikah dengan melanggar Firman-Nya yang sempurna. Ironis, bahkan ada gereja yang menyetujui perkawinan sejenis (homoseks, lesbian) yang jelas-jelas merusak rancangan Allah!

Keajaiban apa yang kita temukan dalam surat Rasul Paulus (tua) dan Timotius (muda) di Filipi 1:1-2? “Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken. Kasih karunia (grace = anugerah) dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.

Ternyata surat Paulus yang ditujukan kepada seluruh jemaat (orang-orang kudus), penatua (penilik) dan majelis (diaken) berisikan kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai mereka juga kepada kita yang membacanya sekarang.

Kita harus yakin bahwa kasih karunia/anugerah dan damai sejahtera tetap menyertai kita tidak hanya saat di dalam gereja (hanya beberapa jam) tetapi juga di keluar gereja – di rumah, sekolah maupun di tempat kerja. Masalahnya, sejauh mana kita mengenal Yesus dan Firman-Nya? Ilustrasi: bila kita mengenal seseorang dengan baik, kita tidak segan-segan berkurban baginya jika kita melihat dia dalam kebutuhan dan kita melakukannya dengan sukacita. Sebaliknya, kita akan cuek dan malas menolong orang asing yang tidak kita kenal. Sejauh mana kita mengenal Yesus – Sang Firman? Dan sukakah kita berkurban bagi pekerjaan Tuhan? Kerelaan kita berkurban tergantung sejauh mana kita akrab dengan Firman-Nya. Bila iman kita bertumbuh 100%, kita akan suka membaca Firman Tuhan yang memberikan kasih karunia dan damai sejahtera kepada kita. Kita tahu bahwa surat-surat Paulus (termasuk Surat Filipi) selalu diawali dan diakhiri dengan kasih karunia/anugerah/rahmat (grace) dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus yang menyertai kita (Rm. 1:4, 16:24; 1 Kor. 1:3, 16:23; 2 Kor. 1:2, 13:11; Gal. 1:3, 6:18; Ef. 1:2, 6:23; Flp. 1:2, 4:23 dst.). Dengan kata lain, kita selalu dilingkupi oleh anugerah dan damai sejahtera dari Allah Tritunggal.

Tak dapat disangkal, semua negara di dunia ini menginginkan perdamaian dan kedamaian namun anehnya masing-masing bersaing memperbanyak dan mempercanggih persenjataan yang dimilikinya bahkan latihan perang pula. Inikah damai yang mereka dambakan? Itu sebabnya Yesus menegaskan bahwa damai sejahtera yang diberikan oleh-Nya tidak sama dengan damai yang diberikan oleh dunia (Yoh. 14:27). Damai dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus bersifat kekal. Bila kita memiliki damai dari Allah Tritunggal, masalah apa pun boleh menimpa tetapi hati kita tetap damai tidak mudah tersinggung, marah, kecewa dan putus asa. Contoh: hampir semua tulisan Rasul Paulus ditulis saat ia menderita di dalam penjara bahkan berakhir dengan kematian dieksekusi namun ia tetap mendengungkan damai sejahtera dan kasih karunia dari Allah Tritunggal menyertai kita.

Introspeksi: kita sedang menghadapi dunia yang bergolak juga dunia gereja lagi diancam dan digerogoti oleh ajaran-ajaran sesat yang merusak kemurnian Firman Allah. Masihkah kasih karunia dan damai sejahtera Allah murni tidak terkontaminasi?

Dari mana kita beroleh kasih karunia Allah? Ibrani 4:14-16 menuliskan, “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”

Terbukti kasih karunia tidak diperoleh dengan sembarangan tetapi berasal dari takhta – tingkat kedudukan yang tinggi – dengan Yesus sebagai Rajanya. Jelas, Yesus berkedudukan sebagai Raja sekaligus Imam Besar yang mampu menolong kita tepat pada waktunya. Dalam pola pengajaran Tabernakel, setahun sekali imam besar mengadakan pelayanan pendamaian (pengampunan dosa) dengan memercikkan darah lembu jantan ke atas dan ke depan Tutup Pendamaian (Mercy Seat = takhta anugerah/kasih karunia) di Tempat Mahakudus (Im. 16:14,34). Perlu diketahui, Tabut Perjanjian terdiri dari dua bagian: Tabut (bagian bawah) dan Tutup Pendamaian di atas Tabut (Kel. 26:21).

Aplikasi: kita tidak perlu lagi menunggu setahun sekali tetapi setiap saat kita dapat menghadap Yesus Kristus. Bila dosa kita diampuni oleh darah-Nya, kita diliputi kasih karunia dan damai sejahtera berdampak hilanglah kemarahan, kebencian, gosip dll. terhadap sesama.

Selama masih hidup di dunia ini, kita tidak dapat menghindar dari pelbagai masalah yang datang tiba-tiba tanpa diharapkan; oleh sebab itu kita memerlukan pertolongan Tuhan. Jangan membiasakan diri berteriak sini-sana juga menelepon gembala minta pendapat dan solusi sehingga lupa bahwa ada kasih karunia dan damai sejahtera dalam hati! Iman kita harus bertumbuh karena kita tidak selalu dapat berkumpul dan kontak satu sama lain; ada kalanya dalam kesendirian kita diserang oleh penginjil palsu dan pengajaran palsu yang kelihatan bagus untuk menggoncangkan iman kita. Pengalaman Rasul Paulus dipenjara demi Kristus membuktikan bahwa imannya tak tergoyahkan karena hatinya penuh damai sejahtera dan yakin akan keselamatan dan panggilan Yesus terhadapnya. Dia bahkan memiliki moto “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1:21).

Rasul Paulus begitu getol mencantumkan kasih karunia dan damai sejahtera di dalam setiap suratnya karena dia sangat mengetahui masalah-masalah di jemaat Roma, Korintus, Galatia, Efesus dll. Dia harus mengatasinya dengan kasih karunia dan damai sejahtera walau tulisannya bernada keras. Jemaat hendaknya mengerti bahwa tugas gembala, penatua dan majelis tidaklah mudah meskipun mereka tampak tenang dalam menghadapi banyak masalah.

Dalam penderitaannya, Rasul Paulus tetap mengucap syukur kepada Allah dan bersukacita melihat jemaat Filipi suka bersekutu dan memberitakan Injil hingga hari Kristus Yesus (Flp. 1:3-6).

Introspeksi: apakah kita suka bersekutu dengan interdenominasi gereja atau menjadi ekslusif karena merasa paling murni? Dan sudahkah kita memberitakan Injil serta suka mendukung pekerjaan penginjilan yang membutuhkan dana besar? Bukankah kita telah menerima kasih karunia dan damai sejahtera dengan cuma-cuma? Yesus telah mengurbankan tubuh-Nya sepenuhnya, masihkah kita perhitungan dalam berkurban bagi-Nya? Yang perlu diperhatikan, kerjakan pelayanan dengan sukacita tanpa perselisihan yang dapat mengakibatkan hilangnya damai sejahtera seperti dialami oleh Euodia dan Sintikhe sehingga Paulus meminta Sunsugos untuk mendamaikan mereka (Flp. 4:2-3).

Rasul Paulus melihat jemaat Filipi sejak dari permulaan tetap mendukung penginjilan dan Injil yang benar tetapi di dalamnya terjadi perselisihan yang harus diselesaikan. Demikian pula dengan jemaat Galatia yang didahului dengan penyertaan kasih karunia dan damai sejahtera namun dengan berjalannya waktu mereka berbalik dari Yesus Kristus lalu mengikuti injil lain yang bermaksud memutarbalikkan Injil Kristus (Gal. 1:1-8).

Waspada, jangan mengatasi masalah pribadi, nikah dan rumah tangga tanpa damainya Tuhan. Juga gereja jangan berfokus menambah jumlah jiwa tanpa berbicara tentang salib Kristus karena ini membuat gereja menjadi panggung sandiwara. Sebaliknya, manfaatkan kasih karunia-Nya dengan terus memberitakan Injil hingga hari kedatangan Kristus Yesus kembali. Marilah kita mengambil sikap dan tindakan untuk memulai pekerjaan baik ini dan yakinlah bahwa Tuhan pasti menyelesaikannya sebab anugerah-Nya terlalu besar untuk dilewatkan dengan sia-sia. Amin.

 

Video Ibadah ini dapat disimak di https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/video-recording/item/485-ibadah-umum-28-juli-2019-pdt-paulus-budiono