Mati, Bangkit Dan Dipermuliakan Bersama Kristus - Kolose 3:1-4

Pdm. Markus Budi Rahardjo, Lemah Putro, Minggu, 5 Mei 2019

Shalom,

Ternyata ditemukan banyak motivasi ketika seseorang mengikut Yesus, antara lain bertujuan beroleh berkat melimpah, damai sejahtera, kesuksesan dalam studi dan pekerjaan dll. seperti ditawarkan oleh pengajaran teologi sukses. Kalau tujuan dan sasaran kekristenan kita hanya berfokus pada keberhasilan jasmani, dikhawatirkan iman kita tidak kukuh ketika menghadapi ujian dan pencobaan yang membuat kita mundur dari pengikutan kita kepada Tuhan. Ingat, cepat atau lambat kita pasti menghadapi ujian dari pelbagai masalah baik secara pribadi maupun dalam hidup nikah dan rumah tangga. Alkitab telah mengingatkan bahwa, “…Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja melainkan langit juga.” (Ibr. 12: 26)

Goncangan akan membuktikan siapa yang mudah tergoncang dan siapa yang tetap berdiri teguh; semua tergantung pada landasan kita. Untuk itu Yesus berkata kepada para murid-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut aku.” (Mat. 16:24)

Apa maksud dari ‘menyangkal diri’? Rela melepaskan kemauan diri sendiri untuk mengikuti kehendak Allah sementara ‘memikul salib’ berarti kita siap menderita demi kebenaran seperti telah Kristus teladankan.

 

Apa nasihat Firman Allah agar kita tidak ikut tergoncangkan bersama dunia tetapi berhasil mengikut Dia hingga Ia datang kembali? Kolose 3:1-4 menuliskan, “Karena itu kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas di mana Kristus ada duduk disebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus yang adalah hidup kita menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.”

Dari ayat-ayat di atas ada tiga poin yang akan kita pelajari lebih jauh yaitu:

  • Mati bersama Kristus

Kematian Kristus dipaparkan dalam empat Injil dengan versi beda namun semuanya menjelaskan bahwa kematian-Nya merupakan kehendak Allah seperti tercetus dalam doa Yesus di Taman Getsemani, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”

(Luk. 22:42)

Yesus telah menuntaskan tugas-Nya dengan menanggung dosa seluruh umat manusia di atas kayu salib (Yoh. 19:30). Kematian-Nya diawali dengan penderitaan hebat yang mana Ia diolok, diludahi, disesah, dicambuk, dimahkotai duri bahkan ditikam lambung-Nya saat mati di kayu salib. Penderitaan sempurna telah Ia alami bukan karena dosa melainkan karena kebenaran. Dengan demikian, tidak ada penderitaan maupun masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh manusia sebab semua sudah ditanggung di dalam kematian Kristus.

Rasul Petrus mengingatkan karena Kristus telah menderita dan meninggalkan teladan bagi kita, kita harus mengikut jejak-Nya (1 Ptr. 2:21-23). Ini menjadi dasar/landasan agar kita menjadi kuat karena selalu menghargai pengurbanan Yesus. Rasul Paulus mengakui, “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah limpah itu berasal dari Allah bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas namun tidak terjepit; kami habis akal namun tidak putus asa; kami dianiaya namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan namun tidak binasa. Kami senan-tiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Kor. 4:7-10)

Bagaimana kita mengetahui seseorang telah mati (fisik)? Dilakukan tindakan medis untuk memeriksa apakah saraf-sarafnya sudah tidak berfungsi dengan tidak memberikan refleks sama sekali, tidak lagi ada denyut nadi dan peredaran darah dst. Dengan kata lain, orang mati tidak memberi respons sama sekali terhadap perlakuan macam apa pun (baik-buruk) alias pasrah sepenuhnya. Demikian pula bila kita mematikan keinginan daging dan men-derita karena kebenaran; seharusnya tidak ada perbantahan dan sungut-sungut seperti dilakukan oleh bangsa Israel yang tidak ada ucapan syukur (Kel. 16:2-3) atau iri hati melihat orang lain diberkati Tuhan dsb.

  • Bangkit bersama Kristus

Kebangkitan harus didahului dengan kematian seperti Yesus telah bangkit dari kematian, terbukti saat Maria Magdalena pergi ke kubur pagi-pagi benar, batu penutup telah diambil dari kubur (Yoh. 20:1-2).

Apa yang Yesus katakan kepada Maria Magdalena setelah Ia bangkit? “…Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allah-mu.” (Yoh. 20:17)

Setelah bangkit dari kematian, Yesus hanya tinggal di bumi selama 40 hari setelah itu Ia kembali kepada Bapa-Nya. Itu sebabnya Rasul Paulus menasihati jemaat Kolose (juga kita) yang dibangkitkan bersama Kristus untuk mencari perkara di atas (di mana Ia duduk di sebelah kanan Allah) juga memikirkan perkara di atas bukan yang di bumi karena semua yang ada di bumi bersifat fana/sementara dan sedang lenyap (1 Yoh. 2:17).

Aplikasi: hendaknya kita tidak terpaku mencari dan memikirkan hal-hal bersifat sementara yang sedang lenyap. Jangan puas diri dengan berkat jasmani tetapi tingkatkan kehidupan rohani dengan mencari perkara-perkara di atas yang bersifat kekal (bnd. Yoh. 8:23). Ingat, kita hanya tinggal sementara di dunia ini. Kalau kita diberi perpanjangan umur, hendaknya kita memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk melakukan kehendak-Nya sebab kita harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di hadapan Allah (2 Kor. 5:10).

Apa tugas kita yang telah bangkit bersama Kristus? Bersaksi kepada orang lain tentang keselamatan yang telah kita terima, keubahan hidup yang kita alami sebab siapa di dalam Kristus adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang (2 Kor. 5:17).

  • Dipermuliakan bersama Kristus

“Apabila Kristus yang adalah hidup kita menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” (Kol. 3:4)

Ketika Musa turun dari Gunung Sinai setelah bersama-sama dengan TUHAN selama 40 hari 40 malam di atas gunung, mukanya bercahaya sehingga bangsa Israel takut men-dekati dia (Kel. 34:28-30). Ini menunjukkan bahwa kehidupan yang dekat dengan Tuhan ditandai dengan cahaya kemuliaan.

Sasaran dan tujuan akhir pengikutan kita kepada Kristus ialah kehidupan tanpa cacat atau kerut (Ef. 5:27) alias disempurnakan melalui proses penyucian terus menerus untuk mengalami keubahan demi keubahan dari hari ke hari hingga kita menjadi Mempelai Perempuan Kristus dan mendapat hak memasuki kota Yerusalem Baru. Kota ini tidak me-merlukan sinar matahari dan bulan sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba adalah lampunya. Kota Yerusalem Baru ini tak terlukiskan keindahan dan kemuliaannya sebab seluruh jalannya dari emas murni bagaikan kaca bening, tembok serta pintu gerbangnya dari pelbagai jenis permata (Why. 21:10-23). Kemuliaan yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat diraih oleh manusia di dunia ini disediakan Allah bagi orang-orang yang hidup di dalam Kristus.

Kalau kita mati bersama Kristus, kita dibangkitkan bersama Dia dan dipermuliakan bersama-Nya pula. Kita memiliki pengharapan pasti akan masa depan kita. Oleh sebab itu hendaknya kita senantiasa mencari dan memikirkan tentang Dia dan segala perkara di atas selagi kita masih diberi kesempatan hidup di dunia ini untuk kelak tinggal dalam kemuliaan bersama Dia selamanya di Yerusalem baru. Amin.