Nyatakan Kebenaran Sebagaimana Seharusnya

Pdm. Kasieli Zebua, Johor – Minggu, 13 Januari 2019

Shalom,

Betapa kita merasakan sukacita ketika Tuhan hadir dan mendengar serta berkenan dengan puji-pujian pengagungan yang kita naikkan kepada-Nya melalui suara kita yang merdu. Sebaliknya, Tuhan mau berbicara kepada kita dan Ia mau kita juga bersedia mendengarkan suara-Nya.

Kebenaran Firman Tuhan apa yang dinyatakan hari ini? Efesus 6:17-20 menuliskan, “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil yang kulayani sebagai utusan yang dipen-jarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya sebagaimana seha-rusnya aku berbicara.”

Dari bacaan di atas, Tuhan ingin kita menyatakan kebenaran sebagaimana seharusnya tidak hanya melalui mimbar tetapi di mana pun, kapan pun dan dalam kondisi apa pun, seperti pengalaman Rasul Paulus.

Ada tiga hal penting dalam menyatakan kebenaran sebagaimana seharusnya, yaitu:

  • Nyatakan kebenaran dengan perkataan yang benar.

Rasul Paulus meminta jemaat Efesus untuk mendoakan dia agar mampu mengatakan kebenaran. Dengan rendah hati, Rasul Paulus memohon dukungan doa dari jemaat agar dia dikaruniakan perkataan benar. Untuk menyatakan kebenaran harus dengan perkataan benar agar terhindar dari pemutarbalikan Firman Tuhan.

Mengapa Rasul Paulus memerlukan perkataan benar ketika menyatakan Firman Tuhan?

Saat itu dia berada dalam tekanan dan kondisi sulit yaitu di dalam penjara. Diperlukan karunia untuk menyatakan kebenaran dengan perkataan benar supaya perkataan yang keluar tidak timbul dari diri sendiri atau untuk kesenangan dan pujian diri sendiri sehingga perkataan tersebut dapat menguatkan dan menghibur orang lain (ay. 17). Ternyata untuk menyatakan yang benar dibutuhkan karunia dan doa.

Yakobus 3:2 mengatakan kita semua bersalah dalam banyak hal dan siapa tidak bersalah dalam perkataannya adalah orang sempurna. Sudahkah kita sempurna dalam perkataan? Belum, tetapi kita belajar bagaimana memiliki perkataan Firman Tuhan dalam kondisi sulit sekalipun untuk dapat memperkatakannya.

Dikatakan pula kita harus dapat memberikan pertanggungjawaban tentang pengharapan yang ada pada kita (1 Ptr. 3:15-17). Bagaimana kita dapat memberikan jawaban kebenaran kepada mereka yang meminta pertanggungjawaban tentang pengharapan? Ketika kita menghadapi kondisi sulit, apakah perkataan kita tetap seperti orang yang berpengharapan? Bukankah orang yang putus asa perkataannya cenderung negatif dan pesimistis? Petrus menasihati kita untuk memberikan pertanggungjawaban tentang pengharapan kita akan Kristus dengan berkata benar, lemah lembut, hormat dan hati nurani yang murni.

Selain itu, kita berbicara seperti menyampaikan Firman Allah (1 Ptr. 4:11) artinya perkataan kita di mana pun dan dalam kondisi apa pun bersifat membangun dan menghibur bagaikan Tikhikus yang membawa kebenaran dan penghiburan bukan perkataan kosong dan menya-kitkan hati. Marilah kita saling mendoakan supaya berkata benar. Bila hati dipenuhi dan dikuasai kebenaran Firman Tuhan, perkataan yang keluar dari mulut pasti baik dan benar sebab apa yang keluar dari mulut berasal dari hati (Mat. 12:34).

Walau dipenjara, Paulus memohon doa agar dapat memberitakan rahasia Injil dengan berani untuk memberikan pengharapan kepada orang-orang yang tidak memiliki harapan dan masa depan.

Yesus pernah memperingatkan murid-murid-Nya untuk hati-hati, mereka akan diserahkan ke mahkamah agama, dipukul di rumah ibadat dan dihadapkan ke penguasa dan raja karena Dia tetapi mereka tidak perlu khawatir apa yang harus dikatakan sebab Roh Kudus akan menyampaikan perkataan kebenaran (Mrk. 13:9-11).

Jujur kita sering berkata tanpa dipikir lebih dahulu. Kita ceplas-ceplos berbicara tanpa peduli telah menyakiti perasaan orang lain. Marilah kita belajar untuk berkata benar dalam meng-hadapi anak yang nakal, karyawan yang bandel, majikan yang selalu menuntut dst. Berdoalah agar Tuhan memberikan perkataan benar dalam memberikan nasihat maupun teguran sehingga nasihat dan teguran yang baik tidak menimbulkan pertengkaran/percekcokan.

  • Nyatakan kebenaran dengan cara yang benar.

Menyatakan kebenaran dengan berani seperti menegur seseorang janganlah dengan emosi/kemarahan tetapi dengan kasih. Alkitab memberikan contoh orang yang berani menegur terang-terangan bahkan di depan umum itulah Paulus yang menegur Petrus yang salah karena telah bersikap munafik (Gal. 2:11-14). Alkitab juga memberikan tipe lain dalam me-negur kesalahan seseorang yaitu dilakukan dengan kesabaran dan pengajaran (2 Tim. 4:2).

Kadang dibutuhkan kesabaran dalam menasihati maupun menegur seseorang tetapi kita tetap harus berani menyatakan kebenaran. Oleh karena Injil, Paulus dipenjara namun dia tetap berani menyatakan kebenaran. Jangan kompromi dalam menyatakan kebenaran walau harus menghadapi risiko tidak disenangi, ditolak, dikucilkan bahkan dipenjara. Contoh: Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya gara-gara dia menyatakan kebenaran dengan menegur Herodes yang mengambil Herodias, istri saudaranya (Yoh. 14:3-11).

Paulus memohon doa dua kali kepada jemaat Efesus agar ia diberi keberanian untuk memberitakan rahasia Injil (ay. 19-20). Dia juga mengingatkan Timotius muda untuk menasihati dan menegur dengan segala kesabaran karena ada saatnya orang tidak mau ditegur dan ditunjukkan kesalahannya; mereka hanya mau mendengarkan perkataan-perkataan yang menyenangkan telinga mereka (2 Tim. 4:2-3).

Salomo yang berhikmat tahu kapan waktu yang tepat untuk menyatakan perkataan yang benar (Ams. 15:23). Perkataan yang diucapkan tepat waktu bagaikan buah apel emas di pinggan perak dan teguran orang bijak seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar (Ams. 25:11-12). Teguran diperlukan untuk memperbaiki kelakuan dan Tuhan akan mendatangkan sukacita bagi kita yang menerima teguran dengan baik, pada waktu yang tepat dan cara yang tepat.

  • Nyatakan kebenaran dengan kehidupan yang benar.

Kita menyatakan kebenaran melalui kehidupan yang benar, yaitu kehidupan yang menjadi contoh dan teladan dalam melakukan kebenaran. Yesus sendiri telah memberikan teladan kerendahan hati bagi murid-murid-Nya (Yoh. 13:14-17); Rasul Paulus berani mengajak jemaat Korintus maupun Filipi untuk mengikuti teladannya (1 Kor. 4:16; Fil. 3:17). Kita tidak dapat mengubah orang lain tetapi kita dapat menjadi teladan bagi mereka dalam menghidupi kebenaran Firman Tuhan.

Dalam Efesus 6:21-22, tentu Tikhikus melihat kebenaran di dalam pribadi Rasul Paulus yang patut diteladani; demikian pula Paulus melihat kesetiaan Tikhikus dalam pelayanan sehingga dia dipercaya membawa surat Paulus untuk diberikan kepada jemaat Efesus untuk menghibur hati mereka.

Sebagai hamba Tuhan dan jemaat yang telah menerima kebenaran Firman Tuhan, kita diingatkan betapa pentingnya menjadi teladan bukan hanya dalam perkataan tetapi dalam banyak aspek seperti nasihat Rasul Paulus kepada Timotius muda untuk menjadi teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian (1 Tim. 4:12).

Tuhan ingin kita menyatakan kebenaran sebagaimana seharusnya dengan perkataan benar, cara yang benar dan dengan kehidupan yang benar. Oleh sebab itu, hendaknya kita (hamba Tuhan dan jemaat) saling mendoakan sebagai anggota tubuh Kristus supaya kita mampu menyatakan kebenaran di tengah dunia yang jahat.

Kita dapat menjadi alat pendamaian yang membawa iman di tengah kebimbangan; yang membawa terang di tengah kegelapan; yang membawa kasih di tengah kebencian; yang membawa kesukaan di tengah kedukaan; yang membawa pengharapan bagi yang berputus asa (Psallo 139). Amin.