Hendaklah Kamu Kuat Di Dalam Tuhan!

Pdm. Jusuf Wibisono, Minggu, Lemah Putro, 9 Desember 2018

Shalom,

Marilah kita menyambut salam damai sejahtera dari Surga maka Tuhan Yesus Kristus, Raja damai, ada di tengah-tengah kita dan siap memberkati kita. Apakah kita siap menerimanya? Semua tergantung kita, maukah kita diberkati atau tetap hidup dalam kekhawatiran? Terimalah berkat-Nya untuk menembusi tahun depan yang makin suram sebab Alkitab menyebutkan bah-wa dunia ini sedang lenyap (1 Yoh. 2:17). Hendaknya kita mau dan bersedia menerima berkat dari Surga bukan sekadar berkat materi dan perkara duniawi.

Berkat apa yang Tuhan sediakan bagi kita hari ini? Efesus 6:10 menuliskan, “Akhirnya, hen-daklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.”

Perhatikan, berkat dari Surga yaitu kekuatan di dalam Tuhan menjadikan kita anak-anak pemenang dalam menghadapi banyaknya tantangan berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial, kesehatan, nikah dan rumah tangga.

Bagaimana beroleh kekuatan dan kuasa Tuhan? Dengan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (Ef. 6:11-17). Kita harus bersikap defensif (bertahan) dan ofensif (menyerang) menghadapi Iblis dengan segala tipu muslihatnya.

Alkitab memberikan contoh sikap yang baik untuk memperoleh kekuatan di dalam Tuhan, ter-tulis dalam Yosua 5:13-15, “Ketika Yosua dekat Yerikho, ia melayangkan pandangnya, dilihat-nya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pedang terhunus di tangannya. Yosua men-dekatinya dan bertanya kepadanya: "Kawankah engkau atau lawan?" Jawabnya: "Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara TUHAN. Sekarang aku datang." Lalu sujudlah Yosua de-ngan mukanya ke tanah menyembah dan berkata kepadanya: "Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?" Dan Panglima Balatentara TUHAN itu berkata kepada Yosua: "Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu sebab tempat engkau berdiri itu kudus." Dan Yosua ber-buat demikian.”

Bagaimana kita harus bersikap agar kuat di dalam Tuhan?

  • Rendah hati.

Yosua begitu hormat terhadap Panglima Balatentara Tuhan bahkan ia merendahkan diri sujud menyembah-Nya.

Kalau kita mau merendahkan diri, kita akan menerima Firman Tuhan. Sebaliknya, jika kita merasa mampu, kuat, pandai dst. kemudian tidak membutuhkan Tuhan dan mengabaikan kehadiran-Nya, kita sendiri yang rugi. Kita sangat membutuhkan pedang Roh itulah Firman Tuhan menghadapi kondisi dunia yang begitu kuat pengaruhnya seperti kuatnya kota Yerikho di mana di dalamnya terdapat banyak kejahatan dan kenajisan. Allah memakai Yosua untuk menghadapi Yerikho dan kekuatannya terletak pada sikap kerendahan hatinya.

Introspeksi: apakah kita sudah diperlengkapi dengan sikap rendah hati menghadapi kegiatan pelayanan Natal mendatang ini? Ingat, semakin kita rendah hati, semakin kita dipakai oleh Tuhan dan pedang Firman-Nya sanggup mengatasi segala macam tantangan yang kita hadapi. Selain itu, kita menjadi berkat di mana pun kita berada bila kita memiliki pedang Firman Tuhan yang menguduskan hidup kita.

Firman Tuhan tidak cukup hanya didengar tetapi harus dipraktikkan seperti: anak menaati orang tua agar berbahagia dan panjang umur (Ef. 6:1-3); bapa-bapa tidak membangkitkan amarah anak-anaknya (ay. 4); hamba-hamba menaati tuannya (ay. 5-7). Harus diakui, mendidik anak-anak zaman sekarang (milenial) tidaklah mudah karena pengaruh perkem-bangan teknologi. Masing-masing perlu kerendahan hati dan memohon kekuatan pedang Firman untuk mampu melawan diri sendiri karena egois yang begitu tinggi dan tidak mudah ditaklukkan.

Yosua merendahkan diri sujud menyembah hingga mukanya ke tanah. Ini menunjukkan sikap rendah hati serendah-rendahnya mencapai titik nol artinya mengakui diri sendiri tidak ada artinya. Itu sebabnya Allah mengangkat dia menjadi pemenang. Yosua adalah abdi Musa yang setia kepada tuannya. Yosua perlu dibentuk menjadi pemuda tangguh yang mengandalkan Firman Allah.

Implikasi: jangan mudah menyerah dan menolak pelayanan dengan bermacam alasan (masih muda, tidak berpengalaman dll.) sebab Tuhan berkuasa mengubah siapa pun yang mau dipakai oleh-Nya asal bersedia rendah hati dan mau menuruti Firman-Nya. Dan jangan pula semata-mata mengandalkan kekuatan, kekayaan, kepandaian manusia dll. yang dapat berakibatkan kegagalan karena tidak disertai Tuhan.

Orang yang dibarui dan dibenarkan akan ada damai sejahtera dan ada sukacita Roh Kudus di dalam hatinya. Sukacita ini tidak dapat dibendung sehingga keluar di mulut untuk memuji dan memuliakan Allah.

  • Siap berperang.

Panglima Balatentara Tuhan memegang pedang yang terhunus di tangannya. Terhunus berarti pedang dikeluarkan dari sarungnya untuk siap dipakai melawan musuh.

Kita sebagai prajurit Allah harus siap berperang setelah diperlengkapi dengan senjata pedang Roh yaitu Firman Allah (Ef. 6:17).

Kita juga harus hidup sebagai anak-anak terang (Ef. 5:8) dengan tidak menuruti kegelapan dunia yang penuh dengan pesta pora kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, iri hati yang merupakan pakaian lama (Rm. 13:12-13). Sebaliknya, kita harus ‘bangun’ dari tidur karena keselamatan sudah makin lebih dekat daripada waktu kita menjadi percaya (ay. 11) juga mengenakan Tuhan Yesus Kristus sebagai senjata terang (ay. 14).

Waspada, jangan tidur sambil ‘ngeloni’ pedang seperti dilakukan oleh Raja Saul. Dia tidur dan tombaknya terpancung di tanah di sebelah kepalanya sementara semua pengawal tidur mengelilinginya (1 Sam. 26:7). Daud mempunyai kesempatan untuk membunuh Saul sebagai balas dendam tetapi dia tidak mau melakukannya. Daud hanya mengambil tom-baknya lalu pergi ke atas bukit dan berseru menyalahkan pengawal Saul yang tidak men-jaga tuannya dengan baik (ay. 13-16).

Kita harus rela diperbarui terus menerus bagaikan tanah liat dibentuk menjadi pot indah melalui proses penempaan dan pembakaran api yang panas menyengatkan. Betapapun panasnya ‘api’ tantangan dan masalah yang dialami, kita berada di dalam tangan Tuhan. Itu sebabnya jangan mudah menyerah terhadap nasib!

Bukankah kita diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:27) tetapi telah rusak oleh sebab dosa? Relakan diri dibentuk melalui Firman Tuhan sekeras apapun untuk menjadi ciptaan baru di dalam Dia. Untuk itu diperlukan sikap rendah hati dan tekun saat diproses agar beroleh kuasa untuk dapat menaklukkan segala makhluk di bumi serta diberkati dengan anak cucu yang memenuhi bumi (ay. 26,28).

Harus diakui, melakukan Firman Tuhan tidaklah semudah mendengarkan Firman-Nya. Ilustrasi: lebih mudah membeli sepeda motor ketimbang memeliharanya. Akibatnya, sepeda motor yang tidak dipelihara dengan baik akan mudah dan cepat rusak. Demikian pula hidup perlu dipelihara jasmani, jiwa dan roh. Tuhan ingin kita hidup kudus dan dengan menuruti Firman-Nya, hidup kita disucikan dan kita dapat mengamalkan kasih persaudaraan (1 Ptr. 1:22).

Semakin banyak kita menampung Firman Tuhan dan menaatinya, semakin kuat dan kukuh Firman mengakar dalam hati dan bertumbuh besar untuk mampu mengalahkan serangan Iblis dengan tipu muslihatnya. Kita mengalami sendiri (bukan kata orang) tentang perkataan Firman Tuhan.

Usia boleh makin bertambah dan kondisi fisik makin melemah seperti Abraham berusia 100 tahun tetapi imannya tetap teguh akan janji Allah (Rm. 4:19-25).

Aplikasi: jangan mudah terpengaruh dengan kondisi fisik yang makin lemah dimakan usia tetapi tetaplah berpegang teguh pada janji Tuhan walau ujian dan pencobaan besar datang menyerang sebab Ia telah mati dan bangkit bagi kita. Kita berkewajiban memuliakan Dia sebagai rasa syukur kita kepada-Nya. Tentu tidak gampang untuk melakukannya tetapi marilah kita belajar mengimani Firman Tuhan karena bagi Allah tidak ada perkara yang mustahil. Diawali dengan perbaikan kehidupan nikah yang mana istri harus tunduk/hormat kepada suami seperti Sara menghormati suaminya, Abraham, dan memanggilnya tuan. Anak hormat kepada orang tua sekalipun sudah berkeluarga dan mapan hidupnya.

Jangan lagi mengandalkan manusia atau kekuatan dan kepandaian diri sendiri tetapi ber-ubahlah dan bersandarlah kepada-Nya, belajarlah rendah hati serta taat kepada kebenaran Firman maka kita akan diperlengkapi oleh kekuatan dan kuasa dari tempat mahatinggi. Dengan demikian, kita boleh mengalami kemenangan menghadapi persoalan apa pun. Ingat, Yesus Kristus turun ke dunia dan mati untuk mengalahkan musuh terakhir itulah maut (1 Kor. 15:26). Jika musuh terakhir sudah dibinasakan, apatah artinya persoalan kita? Masihkah kita khawatir akan kehidupan kita? Tidak! Kita menjadi kuat dan diberi kuasa dan kemenangan di dalam Tuhan sehingga kita mampu mengagungkan dan memuliakan Dia selama-lamanya. Amin.