Istri Hendaknya Tunduk Kepada Suami!

Pdm. Besar Hartono, Minggu, Lemah Putro, 18 November 2018

Shalom,

Perlu diketahui dalam bergereja, kita harus tahu visi dan misi gereja itu supaya kita mengetahui arah dan tujuan gereja tersebut. Visi gereja kita ialah: menjadi jemaat yang senantiasa sadar bahwa dirinya sudah ditunangkan dengan Tuhan Yesus Kristus dan siap menjadi Mempelai Wanita-Nya. Misinya: membawa semua orang menjadi orang percaya yang mengenal, mengasihi dan melayani Tuhan Yesus Kristus Anak Domba Allah, Gembala Agung dan Mempelai Pria Surga. Jelas, tujuan akhir kita ialah menjadi Mempelai Wanita-Nya.

Apa tanda pengikat kita sebagai bukti kita sudah ditunangkan dan menjadi milik-Nya? Roh Kudus tinggal di dalam hidup kita membuat roh jahat tidak ber-kesempatan masuk sebab hidup kita tidak kosong tetapi ada pemiliknya (Mat. 12:43-45).

Pertanyaan: sudah berapa banyak jiwa yang kita bawa untuk mengenal Tuhan?

Bayangkan Allah mempersiapkan taman begitu indah lengkap dengan tanaman dan binatang disertai sungai-sungai yang membasahi taman itu untuk pasangan nikah Adam-Hawa! Mereka menikmati kebahagiaan nikah untuk beberapa saat ketika tiba-tiba datang ‘pengkhotbah asing’ memutarbalikkan perintah Allah dan parahnya pasangan nikah ini menuruti rayuan ‘pengkhotbah asing’ (ular yang cerdik) membuat mereka jatuh dalam dosa (Kej. 3:1-7).

Bicara mengenai persoalan nikah, Efesus 5:22-24 menuliskan, “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.” (Ef. 5:22-24)

Ada perbedaan mencolok antara perintah Allah dengan ‘pengkhotbah asing’ yang kontradiktif/berlawanan dengan perkataan Allah. Sayang, pasangan mempelai (Adam-Hawa) tidak mencermati ajaran ‘orang tua’ mereka sendiri. Mereka tidak waspada terhadap jebakan si ular apalagi disertai ‘bumbu-bumbu’ akan menjadi seperti Allah akhirnya mereka terbawa arus masuk dalam jerat si ular dan menaati omongan ‘pengkhotbah asing ini’.

Apa perintah Tuhan kepada para istri?

Istri harus tunduk kepada suaminya sama seperti jemaat tunduk kepada Kristus, Mempelai Pria Surga. Bagaimana istri merespons perintah Tuhan ini? Apakah sebagai berkat atau laknat? Mampukah istri tunduk kepada suami atau malah menanduk? Kenyataannya, kesuksesan rumah tangga lebih banyak ditentukan oleh istri (kaum Hawa). Ilustrasi: istri bagaikan software sementara suami hardware-nya. Semua data masuk ke software untuk diolah menghasilkan output yang baik.

Apa karakter dari istri/jemaat yang diinginkan Tuhan? Rendah hati dan bijak. Contoh:

  • Abigail (1 Sam. 25:2-42)

Alkisah ada pasangan suami-istri (Nabal-Abigail) yang karakternya sangat bertolak belakang. Nabal sangatlah kaya tetapi berkelakuan kasar dan jahat sedangkan Abigail bijak dan cantik. Saat Nabal merayakan panen peng-guntingan bulu domba, Daud menyuruh 10 orangnya pergi menyapa Nabal dan memohon belas kasihan darinya untuk memberikan sedikit hasil panen karena Daud dan para pengikutnya tidak mengganggu gembala-gembala Nabal dan tidak ada sesuatu pun hilang dari mereka. Namun Nabal tidak tahu ber-terima kasih; sebaliknya, dia memaki-maki mereka.

Mendengar laporan dari orang-orangnya, Daud naik pitam dan memerintahkan mereka menyandang pedang mau membunuh semua laki di rumah Nabal. Untung bujang Nabal melapor kepada Abigail tentang peristiwa kedatangan orang-orang Daud kepada Nabal dan tindakan Nabal terhadap mereka juga kemarahan Daud yang berencana membunuh seluruh laki-laki yang ada pada Nabal. Daud merasa kebaikan yang telah dilakukan dia dan orang-orangnya dibalas kejahatan oleh Nabal (ay. 21).

Aplikasi: Tuhan telah memelihara dan melindungi kita, apa balasan kita saat gereja mengadakan kegiatan besar seperti KKR, perayaan Natal, pelayanan penginjilan dll. yang membutuhkan dana banyak? Sudahkah kita berkontribusi demi pembangunan tubuh Kristus? Atau kita malah mengomel bila mendengar pengumuman diselenggarakannya kegiatan-kegiatan rohani karena harus donasi lagi? Kita belum berbuat seperti janda miskin yang memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya yaitu seluruh nafkahnya (Mrk. 12:44). Perhatikan, bila orang bijak menerima nasihat, ia akan menjadi lebih bijak (Ams. 9:9) dan siapa memberi kepada orang miskin, dia tidak akan berkekurangan (Ams. 28:27). Terlebih persembahan yang diberikan kepada gereja bukan untuk pesta pora tetapi bertujuan menjangkau jiwa-jiwa baru. Jangan lupa, Kristus menjadi teladan sempurna dalam kerendahan hati, kelembutan dan kesabaran bahkan Dia mempersembahkan diri-Nya sendiri di atas kayu salib mati bagi kita.

Bagaimana respons Abigail mendengar laporan bujangnya? Apakah dia juga ikut marah seperti telah dilakukan oleh suaminya? Mendengar ancaman/teror kematian bagi keluarganya, Abigail segera mempersiapkan 200 roti, 2 buyung anggur, 5 domba yang telah diolah, 5 sukat bertih gandum, 100 kue kismis, 200 kue ara dan dimuatkan ke atas keledai. Dia menyuruh bujang-bujangnya pergi mendahului dan dia menyusul tetapi dia tidak memberitahu suaminya. Ketika melihat Daud, Abigail turun dari keledai lalu sujud menyembah di depan Daud dengan muka sampai ke tanah. Dia meminta ampun atas tindakan suaminya. Sungguh, kerendahan hati akan mengusir kemarahan. Hilanglah kemarahan Daud dalam sekejab melihat tindakan Abigail yang bijak dan Daud menerima apa yang dibawa oleh Abigail kemudian menyuruhnya pulang ke rumahnya.

Aplikasi: kehidupan nikah tidaklah selalu berjalan mulus, ada up-and-down-nya. Ketika suami marah, jangan dibalas dengan kemarahan tetapi tetap ingat untuk tunduk kepada suami dalam segala sesuatu. Umumnya keluarga hancur karena merespons salah dan tidak menurut Firman Allah tetapi hawa nafsu untuk menunjukkan egonya. Perselingkuhan terjadi karena sikap istri yang terlalu emosional dan agresif sementara perempuan lain sabar dan melayani dengan ‘lemah lembut’. Rumah tangga harus menjadi arena praktik kasih bukan pelampiasan kebencian, kemarahan, kebohongan dll. Ingat, Iblis yang licik sudah siap memperdayai orang yang lemah tetapi kita mampu mengalah-kannya dengan senjata ketaatan kita kepada Allah.

Tindakan Abigail mampu meluluhkan kemarahan Daud. Bagaimana nasib Nabal? Dia mengadakan perjamuan mewah seperti perjamuan raja-raja. Dia bersuka ria dan mabuk sekali. Abigail baru bercerita semua peristiwa keesok-an paginya setelah Nabal sudah hilang mabuknya. Mendengar hal ini Nabal terguncang dan terkena stroke, 10 hari sesudah itu dia mati.

Daud merasa lega tidak membunuh Nabal dengan tangannya tetapi Tuhan bertindak baginya. Kerendahan hati Abigail menarik hati Daud. Daud kemudian mengambil Abigail menjadi istrinya.

Implikasi: Jangan kita hidup dalam kebebalan dan keserakahan tetapi manfa-atkan sebaik-baiknya bila kita diberi kesempatan untuk peduli akan kepen-tingan orang lain. Belajarlah seperti Tuhan yang lemah lembut, murah hati dan tidak suka memaki tanpa alasan. Dengan demikian kita bertumbuh ke arah Kristus.

  • Ibu dari Lemuel (Ams. 31:1-6).

Lemuel, raja Masa, mendapat didikan sangat baik dari ibunya. Ibu yang bijak akan mendidik anak-anaknya untuk tumbuh menjadi orang yang bermoral dan beriman baik. Ibu yang bijak akan mempersiapkan putranya menjadi pemimpin rumah tangga yang bertanggung jawab juga membimbing putrinya menjadi istri yang cakap saat masuk dalam kehidupan nikah (Ams. 31:10-31).

Aplikasi: rumah tangga menjadi arena pendidikan bagi putra-putri kita. Didiklah mereka dengan bijak dan lemah lembut agar mereka kelak hidup bijak ketika membentuk rumah tangga baru. Jangan jadikan rumah tangga sebagai arena ‘gulat’ dan pertarungan kata-kata kotor tetapi ciptakan ‘Taman Eden’ baru meskipun sudah mengarungi nikah puluhan tahun.

  • Mempelai wanita Kristus.

Kita sudah ditunangkan dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai Mempelai Pria Surga dan diminta untuk tunduk kepada-Nya dalam segala hal (jasmani maupun rohani). Bersediakah kita? Hendaknya kita berlatih suka berkurban dan mendidik anak-anak kita untuk suka memberi persembahan supaya mereka tidak memiliki hati kikir. Sebagai anggota tubuh Kristus dan (calon) mempelai wanita-Nya, hendaknya jemaat suka mempersembahkan sesuatu kepada Mempelai Pria Surga.

Dalam masa penantian, kita sedang didandani/dipercantik untuk siap bertemu dengan Mempelai Surgawi. Gereja menjadi ‘bengkel’ untuk memperbaiki diri melalui penyampaian Firman Tuhan yang bermanfaat untuk mengajar, menya-takan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik orang dalam kebenaran dan memperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Tim. 3:16-17). Waspada, jika kita telah bertahun-tahun bergereja tetapi iman kita tidak bertumbuh meng-hasilkan pertobatan (bnd. Luk. 3:8) untuk keubahan hidup, dikhawatirkan kehidupan semacam ini bagaikan pohon tidak berbuah yang siap ditebang karena hidup percuma (Luk. 13:7).

Tuhan mengharapkan jemaat-Nya terus berbuah sampai Ia datang. Hendaknya buah pelayanan kita dapat dinikmati orang banyak. Jangan sampai terjadi waktu penghakiman terjadi, kita ditemukan ‘mene, mene, tekel upharsin’ – waktu ditimbang dengan neraca didapati terlalu ringan (bnd. Dan. 5:25).

Hendaknya para istri tunduk kepada suami dan hidup bijak terlebih sebagai calon mempelai wanita-Nya, kita menjadi penurut Allah dan mengerti kehendak-Nya. Kita harus belajar rendah hati dan lemah lembut meneladan Kristus, Mempelai Pria Surga kita. Amin.