Tetaplah Tinggal Dalam Terang

Pdm. Budy Avianto, Lemah Putro, 11 November 2018

Shalom,

Sadarkah kita dahulu adalah kegelapan dan sekarang adalah terang di dalam Tuhan (Ef. 5:8)? Dengan kata lain, terang di luar Tuhan bukanlah terang sejati. Sebagai anak terang, kita tidak lagi ikut ambil bagian dalam perbuatan kegelapan yang tidak ber-buahkan apa-apa; sebaliknya, telanjangi perbuatan-perbuatan itu (ay. 11).

Perhatikan, perbuatan dosa tidak menghasilkan apa-apa kecuali kematian sebab upah dosa adalah maut (Rm. 6:23). Mungkin daging dapat menikmati kesenangan dan kenyamanan dunia tetapi semua itu bersifat sementara dan akan berakhir pada kematian api neraka. Yang penting, setelah menjadi terang jangan kembali ke gelap lagi – setelah menaati Firman, jangan kembali hidup di dalam hawa nafsu daging.

Dari mana sumber kegelapan itu? Berasal dari pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia gelap dan roh-roh jahat di udara (Ef. 6:12). Jelas, kita tidak menghadapi darah dan daging tetapi sesuatu yang tidak kasatmata namun pengaruhnya sangat kuat menembus pikiran, perasaan dan kehendak.

Dari mana terang itu? Allah adalah terang (1 Yoh. 1:5).

Di mana posisi manusia? Manusia diciptakan Allah Tritunggal sesuai dengan gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:27). Berarti, manusia diciptakan dalam terang tetapi saat ter-goda oleh perkataan ular yang memutarbalikkan perintah Allah dan menurutinya manusia jatuh ke dalam dosa lalu diusir keluar dari Taman Eden (Kej. 3). Waspada, sampai hari ini kuasa kegelapan masih tetap bekerja sebelum biang keroknya, Iblis, ditangkap untuk dihukum dilempar ke dalam lautan api dan belerang (Why 20:10).

Bagaimanapun juga Allah tidak rela manusia ciptaan-Nya hidup dalam kegelapan dosa (Ef. 2:1-2) dan berakhir dengan kebinasaan. Dengan kasih-Nya yang besar, Ia meng-hidupkan kita dari kematian dosa (ay. 4-5) dengan mengurbankan Putra Tunggal-Nya mati di atas kayu salib sehingga oleh kasih karunia-Nya kita diselamatkan oleh iman (ay. 8).

Pertanyaan: percayakah kita bahwa Yesus mati disalib untuk menanggung kutuk dosa kita? Kalau percaya, kita tidak perlu mati menghadapi murka Allah. Sebaliknya, kita beroleh keselamatan. Pemberian amnesti presiden bagi narapidana hukuman mati diberlakukan sesuai hukum tanpa perlu pengenalan pribadi dari kedua belah pihak. Jauh berbeda dengan pengampunan Allah kepada manusia berdosa; kutuk kematian ditanggung dan digantikan oleh Putra-Nya. Yesus mati disalib agar kita hidup. Jika kita mengerti hal ini, kita menyadari betapa mahalnya keselamatan yang kita peroleh – senilai darah Anak Allah yang tak bercacat.

Apa yang harus kita lakukan setelah beroleh keselamatan? Melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya supaya kita hidup di dalamnya (Ef. 2:10) dan menjadi penurut-penurut (= imitators) Allah (Ef. 5:1). Jadi, jangan lagi menuruti bisikan roh jahat tetapi kita meneladan Allah, Sang Pencipta.

Bagaimana cara imitate (= mencontoh, meniru) Dia? Karena kita tidak hidup di era pelayanan Yesus bersama murid-murid-Nya selama ± 3½ tahun, kita dapat mene-ladan Dia melalui Firman – roti hidup yang turun dari Surga (Yoh. 6:48,50) bahkan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1) – dengan suka membaca dan merenungkan Firman Kristus untuk menjadi iman lalu dipraktikkan.

Pertanyaan: bolehkah kita meneladan hamba Tuhan? Rasul Paulus dengan berani mengatakan, “Jadilah pengikutku (= imitate me) sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1 Kor. 11:1) Maksudnya, selama apa yang dikatakan dan dilakukan Paulus cocok dengan Firman Tuhan, kita boleh meneladan dia.

Kita boleh mencontoh hamba Tuhan yang meneladan Allah tetapi bagaimana kita dapat mengetahui hamba Tuhan tersebut hidup sepenuhnya mencontoh Allah? Untuk itu kita harus rajin membaca Firman Tuhan dengan teliti kemudian mencocokkan apakah tutur kata, solah tingkah dan khotbah hamba Tuhan tersebut sesuai dengan kehendak Allah (seperti dilakukan oleh jemaat Berea; Kis. 17:11) bukan hasil pemikiran/budaya/adat manusia sebab hamba Tuhan juga tidak kebal terhadap godaan dari roh-roh jahat yang berkeliaran siap ‘menerkamnya’.

Apa kehendak Allah? Salah satu kehendak-Nya ialah supaya semua orang beroleh keselamatan (Mat. 18:14) di dalam Yesus yang sudah mati dan bangkit menjadi teladan bagi kita. Jelas, Ia mati untuk menebus kesalahan kita.

Aplikasi: ketika menghadapi perempuan tertangkap basah berbuat zina, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang mengerti hukum Taurat membawa perempuan itu ke hadapan Tuhan Yesus dan mereka tahu hukuman lempar batu sudah menanti. Namun Yesus menjawab dengan bijaksana dan menantang siapa pun yang tidak berdosa untuk melempar batu kepada perempuan itu. Satu demi satu mulai dari yang tertua meninggalkan tempat itu berarti mereka semua berdosa. Mereka meninggalkan te-rang dan lebih menyukai kegelapan (Yoh. 3:19). Tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu, kemudian kata-Nya, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” (Yoh. 8:1-11) Yesus tidak suka meng-hukum tetapi memberikan amnesti supaya perempuan itu bertobat dan beroleh selamat.

Introspeksi: jangan suka melihat kesalahan orang lain untuk dihakimi, kita harus koreksi diri sendiri apakah kita lebih baik dari mereka (Rm. 2:1)?

Bagaimana hidup dalam terang?

  • Tidak turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan; sebaliknya menelanjangi perbuatan-perbuatan itu (ay. 11)

Allah itu terang (1 Yoh. 1:5) dan Yesus adalah terang dunia (Yoh. 8:12). Hendaknya kita hidup meneladan Dia yang adalah terang supaya kita yang dahulu gelap beroleh anugerah keselamatan untuk hidup dalam terang seperti Dia terang adanya. Dengan demikian kita menjadi terang dunia yang mana terangnya tidak ditutupi tetapi terpancar menerangi semua orang di rumah dan melebar bercahaya di depan orang melalui perbuatan kita sehingga Bapa Surgawi dipermuliakan (Mat. 5:14-16). Tujuh jemaat (Kaki Dian) di Asia Kecil juga hidup dalam terang (Why. 1:20).

Sebelum Yesus naik ke Surga, Dia memberikan amanat agung kepada para murid-Nya untuk menjadi saksi-Nya (bahwa Yesus adalah terang dunia) di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8). Mereka harus menjadi terang lebih dahulu kemudian membawa terang kepada dunia.

Di dalam Tabernakel, Kandil Emas menjadi satu-satunya benda terang di Tempat Kudus. Kandil ini dibuat dari 1 talenta emas murni yang dibentuk melalui proses pemanasan dan penempaan hingga tercipta bentuk yang indah (Kel. 37:17,24). Di atas kandil dipasang tujuh lampu diisi minyak zaitun murni yang ditumbuk (Kel. 27:20). Supaya terang bersinar konstan, Harun dan anak-anaknya mengaturnya dari petang sampai pagi (ay. 21) dengan memotong sumbu supaya terangnya merata dan menambah minyak zaitun supaya tidak kehabisan.

Yesus bagaikan anak domba dibawa ke pembantaian untuk ‘dibakar’ tanpa mem-buka mulut. Semua itu Ia lakukan untuk mendatangkan keselamatan bagi kita dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh (Yes. 53:3-7). Secara daging Dia pasti takut menghadapi penderitaan yang akan dialami-Nya tetapi Ia menyerahkan semua kepada kehendak Bapa-Nya (Mat. 26:38-39). Bapa sendiri menghendaki Putra Tunggal-Nya dihancurkan untuk dibentuk menjadi terang (Yes. 53:10-11). Di atas salib Ia menuntaskan seluruh pemberontakan dan pelanggaran dosa kita dengan kata-kata terakhir “Sudah selesai” (Yoh. 19:30).

Aplikasi: kita tidak cukup menjadi indah (seperti Kandil Emas) tetapi harus menjadi terang bagi semua orang di dalam rumah terlebih dahulu sebelum keluar. Terang kita melalui tutur kata dan perbuatan baik dapat dirasakan dan disaksikan oleh istri, suami, anak-anak sebelum terpancar keluar dilihat oleh tetangga, teman di sekolah/kantor/gereja hingga masyarakat. Proses menjadi terang dibentuk melalui ‘tempaan’ Firman Tuhan bersifat nasihat, peringatan maupun teguran. Jangan kita salah paham kemudian menolak kerasnya Firman tetapi terimalah dengan hati terbuka dan bertobatlah demi kebaikan kita sendiri. Yesus menjadi teladan sem-purna dalam mengalami tempaan hinaan, siksaan hebat hingga mati disalib untuk menanggung dosa kita.

  • Tidak hidup seperti orang bebal tetapi orang arif (Ef. 5:15).

Karena sadar betapa mahal nilai keselamatan kita (senilai darah/nyawa Anak Domba Allah yang tak bercela), kita akan menjaga keselamatan kita dengan hati-hati untuk tidak hidup bebal/sangat bodoh tetapi arif/bijaksana. Tindakan sangat bodoh dilakukan bila seseorang sudah keluar dari gelap dan berada di terang kemudian balik lagi kepada kegelapan karena lebih suka mendengarkan suara dari penguasa udara dan roh-roh jahat.

  • Mempergunakan waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat (ay. 16).

Kita tidak tahu apa yang terjadi dari menit ke menit; itu sebabnya pergunakan waktu dan kesempatan yang ada dengan bijaksana. Setiap tarikan napas kita merupakan anugerah Tuhan yang sangat berharga untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya karena kedatangan-Nya makin dekat. Roh-roh jahat juga tahu bahwa mereka akan segera dihukum; oleh sebab itu mereka bekerja keras untuk menarik sebanyak-banyaknya orang-orang yang dapat ditipu termasuk mereka yang sudah hidup di dalam terang untuk kembali hidup menuruti hawa nafsu daging.

  • Mengerti kehendak Tuhan dan tidak mabuk oleh anggur yang menimbulkan hawa nafsu tetapi penuh dengan Roh (Ef. 5:17-18).

Pelita menyala karena ada api dan minyak zaitun murni; terang kita bersinar karena adanya api Roh Kudus dan minyak urapan Roh Kudus. Dengan demikian, kita hidup/berjalan (=walk) dalam Roh Kudus (Gal. 5:16) dan dipimpin oleh Roh Kudus (ay. 18).

Kandil Emas di Tempat Kudus menjadi satu-satunya benda yang menerangi Meja Roti Sajian dan Mazbah Pembakaran Ukupan. Roh Kudus menolong menerangi kita saat membaca Firman Tuhan sehingga kita mengerti kehendak Allah sebab Roh Kudus memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13).

Bila kita mengasihi Yesus, kita akan menuruti segala perintah-Nya. Ia meminta Bapa untuk memberikan kita Penolong itulah Roh kebenaran tetapi dunia tidak menerima-Nya karena tidak mengenal Dia (Yoh. 14:15-17).

Aplikasi: kita mengasihi Allah bukan sekadar kata-kata tetapi melakukan perintah-Nya sama seperti iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2;17,26).

Roh Kudus tinggal di hati dan saat kita menaati Firman-Nya maka hidup kita diku-duskan hingga tak bercacat di hadapan-Nya. Penyucian berlaku terus menerus bagaikan terang pelita menyala di sepanjang kegelapan malam karena waktu-waktu ini jahat dan gelap. Untuk itu jangan kita mendukacitakan Roh Kudus (Ef. 4:30) yang mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan akan semua yang telah dikatakan Yesus (Yoh. 14:23,26).

  • Berkata-kata dalam mazmur, kidung pujian dan mengucap syukur senantiasa dalam Nama Tuhan (Ef. 5:19-21).

Terang pelita juga menerangi Mazbah Pembakaran Ukupan. Doa penyembahan harus ada dalam tiap pribadi, adakah ucapan syukur keluar dari mulut bibir kita karena dosa-dosa kita telah ditanggung-Nya? Apakah doa penyembahan kita bagaikan dupa berbau harum di hadapan Bapa dan menyenangkan-Nya? Sudah-kah kita berdoa dan menyembah dalam roh dan kebenaran? Atau doa kita penuh dengan permintaan dan permohonan akan kebutuhan sehari-hari? Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan kita dan Roh berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan tak terucapkan. Allah menyelidiki hati nurani dan menge-tahui maksud Roh (Rm. 8:26-27).

Tuhan masih menyediakan waktu dan kesempatan bagi kita untuk beroleh selamat. Marilah kita menyediakan diri ‘ditempa’ menjadi kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Sama seperti Dia terang, kita juga menjadi terang dunia dimulai dari terang dalam rumah tangga memancar keluar di lingkungan sekitar hingga makin terang terlihat di kota, di provinsi hingga ke ujung bumi. Amin.