Meneladani Dalam Kasih Dengan Melakukan Perintah-Nya

Pdm. Wahyu Widodo, Minggu, Johor, 14 Oktober 2018

Shalom,

Jika kita memerhatikan dengan saksama situasi dan kondisi yang terjadi hari-hari ini, kita melihat adanya perubahan perilaku manusia dalam memperjuangkan hidup untuk mencapai keinginannya. Berbagai cara dilakukan tanpa memedulikan norma yang ada sehingga pelbagai jenis kejahatan – kekerasan, penipuan, perampokan, pembunuhan, narkoba sampai kejahatan seksual dan masih banyak lagi jenisnya – menjadi kon-sumsi berita dan tontonan tiap hari.

Kalau bencana alam yang menelan banyak korban dan kerusakan hebat begitu me-milukan, mendatangkan kesedihan sangat mendalam namun sesungguhnya kerusak-an moral pada anak-anak hingga orang dewasa masa kini menelan korban jauh lebih besar dari semua bencana yang pernah terjadi. Semua perbuatan jahat dan hidup sembrono mereka mendatangkan pembalasan Allah pada akhirnya.

Memang pendidikan anak-anak harus diawali dari dalam keluarga dan dilakukan oleh kepala keluarga terhadap seisi rumah. Orang tua tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan jasmani anak-anak tetapi juga harus memerhatikan kesejahteraan jiwa mereka. Pendidikan dalam keluarga menjadi bekal dalam menghadapi dunia luar dengan berbagai corak kehidupan yang tidak semuanya dapat dijadikan teladan. Di sini peran orang tua sangat dibutuhkan oleh anak-anaknya untuk memberikan keteladanan dalam bersikap dan berperilaku untuk menjalani hidup ini. Sungguh tak dapat dibayangkan betapa resah dan sedihnya jika orang tua yang diharapkan menjadi teladan pada kenyataannya mengalami masalah dalam kehidupan nikah mengakibatkan anak-anak kebingungan dalam menentukan sikap.

Anak merupakan anggota keluarga yang memiliki hak dan kewajiban untuk dipenuhi sedang orang tua sepatutnya menjaga keutuhan ikatan nikah yang baik. Anak yang dididik dengan baik oleh orang tua akan mempunyai tanggung jawab dalam menjaga martabat keluarga dengan sikap penuh penghormatan terhadap orang tua. Namun kenyataannya, sejauh ini upaya yang dilakukan orang tua bagi anak-anaknya masih belum cukup menanggulangi masalah kemerosotan moral. Di sisi lain, orang tua juga menginginkan keharmonisan keluarga secara langgeng.

Dahulu kita orang asing yang tidak mengenal Allah dan tidak mendapatkan segala bagian dari ketentuan-ketentuan yang dijanjikan tetapi oleh Kristus kita diperdamai-kan menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Ef. 2:19).

Yesus telah mengurbankan segenap hidup-Nya untuk memberikan kita status sebagai anak-anak Allah yang berhak menerima karunia berkat rohani yang abadi. Kasih karunia yang diberikan ini telah mengubah pola hidup kita yang sebelumnya bersifat duniawi (berfokus hanya pada materi jasmani) menjadi kehidupan yang memandang kepentingan rohani melebihi segalanya baik janji-janji yang membawa kepada peng-harapan yang berujung pada kasih dan kekudusan.

Apa yang Allah inginkan dari kita? Efesus 5:1-2 menuliskan, “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah.

Bagaimana menjadi penurut-penurut Allah dalam kasih? Faktanya, kita tidak melihat kasat mata suatu model keteladanan tetapi melalui pembacaan Alkitab serta praktik melakukan perintah-Nya, kita mendapat bagian kemuliaan-Nya karena keteladanan Yesus dalam perkataan maupun perbuatan mulai dari baptisan (Mat. 3:15-17; 17:5) hingga kematian-Nya di atas salib merupakan wujud ketaatan kepada Bapa-Nya.

Allah Bapa sendiri sangat berkenan pada Yesus dan menegaskan agar kita mende-ngarkan Dia (Yesus) untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya (Rm. 8:29).

Di dalam Yesus Kristus, Allah telah memilih kita supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita oleh Yesus Kristus sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia yang menyerahkan Diri-Nya sebagai kurban di atas salib. (Ef. 1:5-6).

Pengurbanan Kristus memberikan kita kemampuan untuk dapat menerima segala ajaran-Nya dengan rendah hati sekalipun Firman-Nya menegur keras untuk keubahan karakter dan penyucian dapat berlangsung seumur hidup.

Keseriusan menjalani hidup sangatlah penting bagi kita yang telah menerima kasih karunia berharga yakni menjadi anggota-anggota keluarga Allah sehingga teguran dalam bentuk apa pun merupakan wujud kasih-Nya yang memberikan perlindungan.

Hasil pengudusan yang telah dikerjakan Kristus dalam hidup kita dimulai dari hati nurani sampai perkataan dan perbuatan janganlah direndahkan dengan perkataan yang cemar maupun yang kotor (Ef. 5:3).

Perkataan yang kotor dan kosong tidak bermanfaat sedikitpun dalam membangun iman diri sendiri maupun iman orang lain tetapi malah mendatangkan sakit hati bagi yang mendengarnya dan pada akhirnya menimbulkan perpecahan dalam persau-daraan. Demikian pula kata-kata sembrono yang meluncur begitu saja dari mulut tanpa dipikirkan terlebih dahulu sangatlah merugikan karena tidak mendatangkan kepujian bagi Tuhan dan tidak jarang pula hal ini melanggar kesopanan dan tidak pantas keluar dari mulut orang-orang kudus. Jika semua ini menjadi kebiasaan (tidak ada bedanya dengan kata-kata yang diucapkan oleh mereka yang tidak mengenal Tuhan), ini pasti mendukacitakan Roh Kudus yang ada dalam hidup kita.

Roh Kudus selalu menggerakkan hati untuk mengucap syukur dalam segala hal karena semua teguran dan peringatan yang kita dengar melalui Firman Tuhan menjadi ikatan kuat dalam mempersatukan anggota keluarga Allah yang memiliki hak waris bersama Anak Sulung-Nya yakni Yesus Kristus. Hendaknya kita dengan sadar menjaga segala perkataan yang keluar dari mulut karena kesempurnaan hidup diawali dari kata-kata yang bermanfaat untuk membangun sesama di dalam kasih sehingga apa pun yang kita ucapkan dan lakukan mendatangkan sukacita dari Tuhan di antara kita.

Kerajaan Kristus adalah kerajaan kudus nan cemerlang tanpa ada kecemaran sedikit pun (Ef. 5:5) dan hanya orang-orang yang bersedia menyerahkan diri disucikan dengan darah-Nya untuk menjadi kudus tanpa cela yang boleh masuk ke dalamnya. Amin.