Jangan Mendukacitakan Roh Kudus!

Pdt. Paulus Budiono, Johor, Minggu, 16 September 2018

Shalom,

Minggu lalu Firman Tuhan melalui Rasul Paulus mengingatkan agar kita tidak memberi kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:27) dan hari ini kita diminta untuk tidak mendukakan Roh Kudus Allah yang telah memeteraikan kita menjelang hari penyelamatan (ay. 30).

Peringatan “jangan memberi kesempatan kepada iblis” dan “jangan mendukakan Roh Kudus” berada dalam satu pasal dan ditulis tidak berjauhan hanya beda beberapa ayat. Ini dimaksudkan supaya kita mengetahui di mana posisi Iblis dan di mana posisi Roh Kudus. “Jangan pernah memberi kesempatan kepada iblis” berarti Iblis berada di luar dan berusaha menerobos masuk untuk menguasai kehidupan seseorang. Semen-tara “jangan mendukakan Roh Kudus”, posisi Roh Kudus begitu dekat bahkan Ia ber-diam dalam kita dan memeteraikan kehidupan kita.

Baik Iblis maupun Roh Kudus berbentuk roh; bedanya, Iblis adalah roh (malaikat) ciptaan Allah yang memberontak kepada-Nya dan dia selalu berupaya mencari kesem-patan untuk merasuki tubuh seseorang dengan maksud menjatuhkan/merusak moral-nya. Jauh berbeda dengan Roh Kudus yang tidak diciptakan karena Roh Kudus adalah Allah dalam ketrinitasan/ketritunggalan. Roh Kudus ada di dalam kehidupan orang percaya dan menjadi Penolong sekaligus Penghibur yang menyertai kita selamanya (Yoh. 14:16,26).

Secara garis besar peran Roh Kudus yang tertulis dalam Surat Efesus ialah sebagai berikut:

  • Efesus 1 → Roh Kudus menjadi jaminan kita untuk penebusan yang akan datang.
  • Efesus 2 → bangsa kafir dipersatukan dengan bangsa Yahudi menjadi bait Allah tempat Roh Kudus tinggal.
  • Efesus 3 → kita mengenal kasih Kristus yang tak terselami lebar, panjang, tinggi dan dalamnya dari Roh Kudus yang ada di dalam hati (Rm. 5:5).
  • Efesus 4 → jangan mendukakan Roh Kudus.
  • Efesus 5 → jangan mabuk anggur yang menimbulkan hawa nafsu tetapi hendaklah penuh dengan Roh Kudus.
  • Efesus 6 → gunakan selengkap senjata Allah dan berdoalah setiap waktu di dalam Roh Kudus untuk mencapai kemenangan.

Waspada, kita diminta untuk tidak memberikan kesempatan kepada Iblis yang ber-upaya menjatuhkan kita sekaligus tidak mendukacitakan Roh Kudus yang ada di dalam kita.

Kapan Roh Kudus mulai berkarya dan bagaimana manusia mendukacitakan Dia?

v Pada waktu penciptaan, Roh Allah melayang-layang di samudera raya dan Allah Tritunggal menciptakan manusia menurut gambar dan rupa mereka (Kej. 1:2,26). Saat itu semua berjalan begitu baik, tidak ada tanda kedukaan maupun kekha-watiran.

v Sayang, Adam dan Hawa memberi kesempatan ular (di luar) memasukkan ajaran/doktrin sesatnya dan mereka berdua menerima doktrin yang salah itu (Kej. 3). Akibatnya, mereka jatuh dalam dosa dan hal ini pasti membuat Allah sangat berdukacita.

v Setelah manusia jatuh dalam dosa, kejahatan manusia makin merajalela bahkan kecenderungan hati mereka selalu membuahkan kejahatan semata membuat hati Allah yang telah menjadikan manusia di bumi pilu/grieved = berdukacita (Kej. 6:5-6). Bagaimana tindakan Roh Allah/Kudus? Ia tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia karena manusia itu adalah daging dan umurnya hanya 120 tahun (ay. 3).

Terbukti Allah memiliki perasaan sukacita bila dipuji dan dukacita bila diabaikan. Alkitab telah memberitahu bahwa mereka yang berbuat benar dan kudus akan semakin benar dan kudus (membuat hati Allah sukacita) tetapi mereka yang berbuat jahat dan cemar akan semakin jahat dan cemar (Why. 22:11) yang pasti membuat hati Allah dukacita.

Introspeksi: berapa banyak orang Kristen di Indonesia sungguh-sungguh hidup dalam kekudusan, membuat Roh Kudus sukacita? Dan berapa banyak mereka mendukacitakan Roh Kudus karena polah tingkah mereka yang tidak menjadi ke-saksian bagi bangsa Indonesia yang masih belum/tidak mengenal Allah?

Apakah hanya Roh Kudus yang berduka? Dalam ketritunggalan – Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus pasti berdukacita. Itu sebabnya kita harus berhati-hati dalam tutur kata, sikap dan perbuatan kita. Jika kita menyakiti hati suami/istri, Roh Kudus dalam hati istri/suami pasti sedih. Jika seorang gembala menyakiti hati jemaat, Roh Kudus yang tinggal dalam hati para penatua juga berduka membuat pertum-buhan gereja macet tidak mencapai kedewasaan rohani (bnd. Ef. 4:12-13).

v Semua manusia di zaman Nuh mati kecuali Nuh dan keluarganya hidup berkenan di hadapan Allah. Mereka hidup dipelihara Allah dan berkembang biak karena ada Roh Allah di dalam mereka. Apakah perkembangan mereka membuat Roh Allah senang? Tidak! Ternyata semakin manusia berkembang, semakin meningkat ke-sombongan mereka. Mereka hendak mendirikan sebuah kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit untuk mencari nama. Akhirnya, TUHAN mengacau-balaukan bahasa mereka dan mereka diserakkan ke seluruh bumi (Kej. 11).

v Allah menjadi Penyelamat bangsa Israel. Dia menebus mereka dalam kasih dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka sepanjang zaman dahulu kala tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya, mem-buat Ia berubah menjadi musuh dan berperang melawan mereka (Yes. 63:7-10). Mereka teringat pada zaman Musa ketika Allah menaruh Roh Kudus di dalam hati mereka, menyertai Musa, menuntun mereka menyeberang Laut Teberau dan Roh-Nya membawa mereka ke tempat perhentian (ay. 11-14).

Kitab Kejadian hingga Kitab Ulangan ditulis oleh Musa; Yesaya yang hidup di zaman jauh berbeda menyitir untuk mengingatkan kembali sikap bangsa Israel yang berulang-ulang mendukakan Roh Kudus.

Kita patut bersyukur bila Tuhan melalui Firman-Nya mengingatkan kita kembali, ini menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Seandainya Ia tidak mau mengingatkan lagi, kita benar-benar akan terhilang. Oleh sebab itu jangan menyia-nyiakan Alkitab selama masih ada di tangan kita sebab ada negara yang tidak percaya akan Allah mulai merubah isi Alkitab disesuaikan dengan ideologi mereka. Dapat dibayangkan betapa tersesatnya mereka membaca Alkitab yang sudah ‘dimodifikasi’! Jangan main-main, cintailah Alkitab yang masih dapat dibeli dengan harga murah dan dapat dibaca dalam pelbagai terjemahan bahasa! Jika generasi mendatang tidak pernah membaca Alkitab secara utuh, mereka akan terhilang karena hanya mem-baca kitab agama berisi filosofi semata. Perhatikan, setiap penulis Alkitab diurapi oleh Roh Kudus (bnd. 2 Tim. 3:16) dan ditandai darah oleh karena penolakan-penolakan yang diterima oleh mereka.

Ironis, bangsa Israel keluar dari Mesir dipimpin oleh awan (melambangkan Roh Kudus) tetapi dalam perjalanan mereka mudah mengomel. Bukankah tindakan mereka membuat Roh Allah sedih? Namun Dia tetap konsekuen dengan janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub lalu memimpin mereka. Ketika awan turun, Tabernakel didirikan dan Allah hadir di atas kemah. Ia begitu dekat dengan imam-iman Lewi yang mengelilingi Tabernakel juga dekat dengan umat Israel yang suka memberontak. Selama 40 tahun di padang gurun, Roh Allah membimbing bangsa yang suka memberontak ini.

Ternyata Allah Tritunggal pernah sakit hati dan sedih, buktinya:

Ø Allah Bapa terpaksa membinasakan manusia di zaman Nuh kecuali Nuh seke-luarga (8 orang) beroleh kasih karunia karena mereka menaati Firman-Nya.

Allah juga sangat berduka terhadap sikap bangsa Israel tetapi Ia tetap mencintai mereka.

Ø Yesus, Putra Allah, menangisi Yerusalem yang matanya ‘dibutakan’ tidak melihat musuh mengepung dan mengimpit dari segala jurusan hendak membinasakan. Jerusalem juga tidak mengetahui kapan Allah melawat mereka (Luk. 19:41-44). Yesus menangis demi keselamatan manusia.

Jujur, sering kita tidak menyadari Yesus sedang melawat kita dalam misi penye-lamatan sebab Iblis tidak tinggal diam karena dia tidak senang dikalahkan/dipojokkan. Oleh sebab itu dia gencar mencari kesempatan dalam kesempitan untuk menjatuhkan kita.

Jangan kita menangis mengasihani diri sendiri juga menangis untuk perkara dunia-wi yang bersifat fana! Menangislah untuk keselamatan jiwa keluarga dan teman yang belum/tidak mengenal Tuhan!

Yesus mengingatkan akan terulang kembali peristiwa di zaman Nuh (makan-minum, kawin dan mengawinkan) menjelang kedatangan Anak Manusia (Mat. 24:37-38).

Bukankah di era sekarang resto dan kuliner menjamur di mana-mana? Bahkan kita tidak perlu repot-repot ke tempatnya karena mereka siap mengantar ke rumah. Makin maraknya promosi makan minum, ini pertanda zaman Nuh sudah terulang. Rasul Paulus mengingatkan kita boleh makan minum tetapi jangan dikuasai olehnya sebab persoalan makan minum dapat beralih kepada percabulan. Tubuh kita bukan milik kita sendiri tetapi menjadi bait Allah di mana Roh Kudus berdiam (1 Kor. 6:12-13,19).

Yesus tidak cukup berhenti menangisi Yerusalem tetapi mengambil tindakan lanjut dengan masuk ke dalam Bait Allah untuk menyucikannya menjadi rumah doa bukan lagi dijadikan sarang penyamun (Luk. 19:45-46).

Apakah semua orang merespons positif terhadap tindakan Yesus? Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka berusaha membinasakan Dia tetapi mereka tidak tahu bagaimana melakukannya sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia (ay. 47-48).

Introspeksi: masihkah kita mencintai Firman Tuhan dan menjadikan tubuh ini rumah doa? Ini pasti membuat Roh Allah bersukacita. Faktanya, tidaklah mudah menjadi rumah doa. Buktinya, pada umumnya ibadah raya pada hari Minggu dipenuhi oleh jemaat, kebaktian Pendalaman Alkitab berkurang yang datang dan ibadah doa apalagi disertai puasa paling minim jemaat yang datang padahal Roh Kudus berperan penting di dalam rumah doa. Jangan mendukacitakan Roh Kudus terlebih lagi jika menghujat Roh Kudus tidak ada pengampunan (Luk. 12:10).

Yesus sebagai Manusia menangis penuh ratap dan keluhan saat menghadapi salib (Ibr. 5:7) tetapi demi menggenapi rencana Bapa-Nya, Ia rela mati disalib. Oleh sebab itu dalam memperingati kematian-Nya, kita tidak boleh main-main saat bersekutu dengan tubuh dan darah Kristus dalam perjamuan Tuhan.

Ø Roh Kudus berdukacita dengan tutur kata yang kotor dan segala kejahatan yang kita perbuat (Ef. 4:29-32).

Tahukah perkataan yang kita ucapkan sering dipengaruhi oleh perasaan? Saat (hati) senang, bahasa yang dipergunakan bernadakan sukacita; jika hati sedih, bahasanya melankolis; kalau hati sedang panas, kata-kata yang keluar sangat pedas menyakitkan. Oleh sebab itu kita memerlukan Roh Kudus yang mampu meredam kegalauan maupun kegeraman hati sehingga kita tidak mudah ter-pancing emosi dan dapat lebih hati-hati dalam bertutur kata.

Tidak ada perkataan yang lebih baik daripada perkataan Firman Allah; itu sebab-nya Rasul Paulus mengatakan bahwa “Firman itu dekat yakni di dalam mulut dan di dalam hati” (Rm. 10:8).

Sebelum Saulus/Paulus bertobat, mulutnya penuh hujatan terhadap Yesus demi mempertahankan hukum Taurat dan kefarisiannya. Namun setelah bertobat, dia memberikan hatinya dikuduskan oleh air Firman dan darah Yesus sehingga dia mengalami keubahan total kemudian menuliskan “jangan ada perkataan kotor keluar dari mulut’. Bahkan dia menasihati agar kita hidup dalam kasih dengan memberkati mereka yang menganiaya dan tidak mengutuk (Rm. 12:14).

Aplikasi: hendaknya kita menjadi berkat bagi orang lain justru saat kita diremeh-kan bahkan dipojokkan kita dapat mengampuni mereka seperti telah diteladankan oleh Yesus. Dalam kondisi tubuh hancur di atas kayu salib, Ia masih dapat mengatakan, “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:34)

Perlu diketahui, yang dapat membuang segala dosa kita sejauh Timur dari Barat hanyalah Yesus (Mzm. 103:12) melalui pengurbanan-Nya tersalib di Golgota.

Rasul Paulus mengalami kasih Tuhan yang luar biasa sehingga dia mampu mem-berkati orang yang menganiaya dan memenjarakan dia bahkan dia dapat mene-rima ketika Tuhan tidak mengabulkan doanya saat dia menderita sakit dan memin-ta supaya dia dilepaskan dari duri dalam dagingnya. Dia mengakui lebih suka bermegah dalam kelemahan supaya kuasa Kristus hadir menaunginya (2 Kor. 12:7-9). Bagaimana dengan kita? Bukankah kita merasa kuasa Allah hadir saat kita makmur, kaya, disanjung dan dihormati?

Kita dapat mengampuni seseorang bila kita yakin dosa kita sudah diampuni Allah melalui Yesus Kristus. Dengan demikian kita tidak mudah terpancing emosi melihat seseorang membohongi, memfitnah dll. karena kita dahulu juga berbuat hal sama tetapi beroleh pengampunan dari-Nya.

Bila kita tidak mendukakan Roh Kudus, Ia membimbing kita melangkah menuju dewasa rohani mencontoh Kristus yang menunjukkan kedewasaan-Nya sempurna saat Ia disalib. Juga bila Roh Kudus memenuhi dan menguasai kita, kita dijadikan manusia baru untuk beroleh pengetahuan benar menurut gambar Khaliknya (Kol. 3:10). Amin.