Jangan Kembali Kepada Hidup Lama

Pdm. Agus Mulyono, Minggu, Johor, 9 September 2018

Shalom,

Seperti telah dicanangkan oleh bapak gembala dan seluruh penatua bahwa di tahun 2018 kita akan belajar Surat Efesus dan sejauh ini kita telah belajar hingga Efesus 4:1-16.

Perlu diketahui Surat Efesus secara keseluruhan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:

  • Efesus 1 – 3 berbicara tentang doktrin/ajaran.

Efesus 1 → posisi kita sebagai orang percaya di dalam Kristus. Kita dipilih sebelum dunia dija-dikan supaya kita kudus tidak bercacat cela di hadapan Allah. Bahkan kita ditentukan dari semula oleh Yesus Kristus menjadi anak-anak-Nya dan dikaruniai segala berkat rohani di dalam Surga. Kita juga dimeteraikan dengan Roh Kudus yang menjadi jaminan hingga kita mem-peroleh seluruhnya yaitu penebusan yang menjadikan kita milik-Nya, sebagai mempelai-Nya. Selain itu Tuhan memberikan kuasa bagi orang-orang percaya untuk memenangkan pergumul-an dalam hidupnya. Dengan kata lain, jika kita ada dalam Tuhan, kita ada kuasa untuk menang atas segala persoalan hidup yang kita alami. Jadi, tidak ada alasan untuk mundur dan kalah karena Dia sudah memberikan kita kuasa kebangkitan-Nya untuk menaklukkan segala masalah.

Efesus 2 → kuasa kebangkitan Yesus bekerja luar biasa membangkitkan kita yang dahulu mati karena dosa. Ia memberi kekuatan, semangat dan motivasi agar kita dapat melakukan peker-jaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya untuk pembangunan dan kesatuan tubuh Kristus. Kita, bangsa kafir, yang dahulu tanpa Allah karena dosa dan pelanggaran, tidak mem-peroleh janji keselamatan dan tanpa pengharapan sekarang di dalam Kristus Yesus dipersatu-kan dengan bangsa Yahudi sehingga tembok pemisah dan perseteruan dirubuhkan. Ia menjadi batu penjuru bagi bangunan tubuh Kristus yang tersusun rapi menjadi tempat kediaman Allah dalam Roh-Nya.

Efesus 3:20-21 → Tuhan mampu melakukan sesuatu jauh lebih besar daripada yang kita pikir-kan dan perlukan terutama dalam pelayanan dan proses pembentukan tubuh Kristus.

Efesus 1 – 3 menjadi landasan/dasar bagi Efesus 4 – 6 yang merupakan aplikasi dari doktrin ini. Cara kita hidup dalam masyarakat didasarkan atas ajaran/doktrin yang kita kenal, posisi kita di dalam Tuhan dan bagaimana kita mengenal dan melekat kepada-Nya juga kuasa yang kita miliki dalam Tuhan.

Introspeksi: di mana kita memosisikan diri, apakah satu kaki berada di pola kehidupan lama yang masih suka berbuat dosa dan pelanggaran sementara kaki satunya berada di dunia kehi-dupan baru yang hati-hati untuk tidak berbuat dosa yang sama?

  • Efesus 4 – 6 tentang aplikasi/praktik dari doktrin dalam keseharian hidup di lingkungan dan komunitas anggota tubuh Kristus.

Sadar atau tidak sadar, cara hidup kita di masyarakat didasarkan atas posisi kita di dalam Tuhan. Jika kita mengenal Allah, kita akan berusaha mengetahui apa yang menyenangkan hati-Nya dan menjadi kehendak-Nya. Kita akan hati-hati dalam sikap, tingkah laku dan tutur kata kita dan menjalani hidup penuh keyakinan bahwa kita akan menang atas segala masalah oleh sebab kuasa kebangkitan-Nya.

Efesus 4:1-16 berbicara tentang kesatuan dan kedewasaan. Tuhan memberikan jawatan-jawatan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangun-an tubuh Kristus. Pemberian karunia ini menjadi dasar/fondasi gereja untuk terjadinya kesa-tuan. Perhatikan, kesatuan tidak akan terjadi tanpa kedewasaan rohani. Juga sebaliknya, kede-wasaan rohani tidak dapat terjadi tanpa kesatuan tubuh Kristus.

Kedewasaan rohani akan terbentuk bila kita selalu rendah hati untuk dapat menerima dan memberi, menasihati dan menerima nasihat, mengasihi dan dikasihi, mendahulukan kepen-tingan orang lain, menekan ego diri sendiri demi penyatuan pembentukan tubuh Kristus. Jelas, proses pendewasaan rohani tidak dapat dilakukan seorang diri tetapi kita membutuhkan orang-orang di sekitar kita untuk mendewasakan kita.

Tubuh Kristus sekaligus Mempelai Perempuan Tuhan tidak terdiri dari satu orang tetapi banyak anggota dengan ragam sifat, tingkah laku, fungsi yang disatukan oleh satu Roh yaitu Roh Kudus. Harus diakui, dalam berjemaat dan pelayanan, terjadi friksi/gesekan antaranggota tetapi kasih Allah dan Roh Kudus akan membimbing kita melalui friksi tersebut menuju kede-wasaan penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus.

Efesus 4:17-24 mengingatkan kita agar tidak kembali kepada kehidupan lama. Kehidupan lama dapat diartikan sebagai cara hidup orang yang tidak mengenal Allah.

Frasa ‘tidak mengenal Allah’ disebutkan dua kali menunjukkan pentingnya pengenalan akan Allah. Rasul Paulus memulai ayat 17 dengan kata-kata, “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan…” untuk menunjukkan keseriusannya agar jemaat Efesus (juga kita) yang sudah dewasa rohani dan berada dalam kesatuan tubuh Kristus tidak kembali hidup seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal ini dilakukannya sebab dia melihat jemaat Efesus cenderung terpengaruh ke arah situ.

Waspada bagi mereka yang sudah hidup baru dan aktif dalam pelayanan untuk tidak mudah dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar mereka yang hidup tidak mengenal Allah. Bukankah dalam keseharian hidup kita sering menerima konten-konten berbau pornografi di HP kita? Belum lagi korupsi dilakukan berjemaah di tempat kerja dan perselingkuhan menjadi hal lum-rah di zaman now. Ini semua merupakan praktik hidup orang-orang yang tidak mengenal Allah.

Pelayanan luar biasa, karunia-karunia yang diterima dan ‘urapan’ hebat tidak menjamin penge-nalan seseorang terhadap Tuhan jika tidak dibuktikan dalam tingkah laku dan tutur kata sehari-hari yang menampilkan Tuhan di dalam hidupnya. Jika tidak, kegiatan yang dilakukannya hanya untuk pemuasan diri sendiri agar orang-orang menganggap dia orang baik dan rohani.

Pengenalan akan Allah berbicara tentang hubungan kita dengan Allah dan sejauh mana kita mengetahui isi hati dan kehendak-Nya. Diperlukan kedewasaan rohani untuk mengenal-Nya dengan memberi diri senantiasa dipimpin oleh Roh Kudus.

Bagaimana kita mengenal Allah? Yohanes 15:4-5 menuliskan, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Tanda seseorang mengenal Allah ialah adanya buah yang dihasilkan. Tanpa Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa, tidak akan menghasilkan apa-apa dan semua pekerjaan kita sia-sia. Dengan kata lain, kita bisa aktif melayani Tuhan dalam bidang apa pun namun jika kita melakukannya tanpa mengenal Allah dengan baik semuanya sia-sia di hadapan-Nya kecuali hanya show-off kemampuan sendiri sebab manusia diberi kemampuan dan kepandaian oleh Tuhan untuk berbuat sesuatu. Galatia 5:22-26 menyatakan bahwa hidup melekat dengan Allah akan menghasilkan 9 rasa buah Roh. Contoh hidup mengenal Allah ialah Daud yang memas-rahkan seluruh aspek hidupnya kepada Allah dan Ia menjadi pusat seluruh hidupnya (Mzm. 63:9).

Lebih lanjut Rasul Paulus memberikan perbandingan yang kontras antara orang yang mengenal Allah dengan orang yang tidak mengenal Allah. Ciri-ciri orang yang tidak mengenal Allah ialah:

- Pikirannya sia-sia sebab tidak dipimpin oleh Allah. Dia memikirkan perkara-perkara yang bukan dari Allah dan ada sesuatu yang tidak benar di dalam pikirannya. Dia mereka-reka, merencanakan dan terselip maksud yang tidak tulus di dalamnya. Selama pikirannya tidak sesuai dengan pikiran Allah, ini akan sia-sia dan tidak menghasilkan sesuatu.

- Pengertiannya gelap. Pengertian yang gelap berlawanan dengan pengertian terang karena tidak berjalan di dalam Tuhan. Dia hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan juga jauh dari persekutuan dengan-Nya.

Introspeksi: seberapa dekat hubungan dan persekutuan kita dengan Tuhan? Apakah kita mempunyai quality time dengan-Nya?

- Degil/keras hati. Orang yang keras hati tahu kalau dia salah tetapi sukar bahkan tidak mau mengakui bahwa dia salah. Ironis, seseorang bisa memiliki kemampuan dan kepandaian hebat sehingga sukses dalam hidupnya tetapi bodoh terhadap pengetahuan akan Tuhan karena dia mengeraskan hati. Sesungguhnya Tuhan telah menyatakan diri-Nya melalui banyak hal – dari kejadian sehari-hari, dari ciptaan-Nya, dari orang-orang sekitar, bahkan Tuhan berbicara kepada hati nurani dll. – tetapi dia memilih untuk mengabaikannya.

Introspeksi: masihkah kita keras hati? Apa yang membuat kita keras hati? Kedudukan, kekayaan, kepandaian, ketenaran kita? Hendaknya kita belajar menjadi orang lemah lembut dan mau membuka hati terhadap masukan mengandung kebenaran meskipun datang dari orang yang kita anggap lebih rendah dari kita.

- Perasaannya tumpul berarti tidak sensitif/peka atau telah mati. Kebodohan dan kedegilan hati membuat perasaan seseorang mati. Akibatnya, dia menyerahkan diri (ada unsur kese-ngajaan) pada hawa nafsu.

Walau sudah mengetahui kebenaran, dia tetap melakukan dosa dengan sengaja bahkan mengerjakannya dengan serakah dan menikmatinya. Ilustrasi: kita tahu merokok tidak baik bagi kesehatan, anak kecil awalnya merokok dengan sembunyi-sembunyi karena takut di-lihat orang tua. Lambat laun perasaan gelisah makin berkurang dan menginjak dewasa dia bersikap tenang merokok di hadapan orang banyak. Demikian pula dalam melakukan per-buatan dosa, pertama kali perasaan tidak tenang. Makin sering berbuat dosa makin perasa-an takut berkurang hingga suatu saat perbuatan dosa menjadi kebiasaan, perasaannya menjadi tumpul dan tidak lagi merasa berdosa.

Bagaimana kita yang telah menjadi manusia baru tidak lagi kembali kepada kehidupan lama? Hindari ciri-ciri orang tidak mengenal Allah yang menjadi penghalang kita mengenal Dia lebih baik. Berikan diri dipimpin oleh-Nya dan masuk dalam proses penyatuan tubuh Kristus melalui pende-wasaan rohani yang dikerjakan oleh Firman dan Roh Kudus sehingga kita siap menjadi Mempelai perempuan Kristus. Amin.