Menjadi Dewasa Seperti Kristus

Pdm. Kasieli Zebua, Lemah Putro, Minggu, 12 Agustus 2018

Shalom,

Halangan dan rintangan karena acara 17 Agustusan (lari Maraton) boleh menghadang tetapi kita masih beroleh kemurahan untuk dapat beribadah di rumah Tuhan hari ini. Firman Tuhan beberapa waktu lalu berbicara mengenai kesatuan dan kedewasaan rohani atau kesempurnaan seperti Kristus. Hendaknya Firman Tuhan yang terus diper-dengarkan membuat kita bergairah (bukan makin bosan) dan makin rindu mende-ngarkan serta melakukannya bukan sekadar menambah pengetahuan tetapi praktik nyata di dalam keseharian hidup.

Berita Firman Tuhan hari ini diambil dari Efesus 4:11-16, “Dan Ialah (= Kristus; Red.) yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar ten-tang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan me-reka yang menyesatkan tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, – yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota – menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.”

Dari ayat-ayat di atas dapat disimpulkan:

 

  • Kristus Yesus menuntun kita menjadi dewasa seperti Dia.

Ia menetapkan lima jawatan (rasul, nabi, gembala, penginjil, pengajar/guru) untuk memperlengkapi orang-orang kudus karena Ia rindu membawa mereka kepada kesempurnaan seperti Dia sempurna. Ia tidak hanya menunjukkan jalan tetapi juga menuntun mereka untuk mencapai kesempurnaan.

Siapa yang dimaksud dengan orang-orang kudus? Mereka yang telah ditebus oleh darah Kristus; mereka perlu diperlengkapi untuk sampai kepada kesempurnaan yang Tuhan inginkan.

Pada pola Tabernakel, Tuhan tidak hanya menunjukkan lokasi Pintu Gerbang sampai kepada Tempat Mahakudus tetapi juga menuntun langkah demi langkah untuk sampai kepada kesempurnaan. Ia memperlengkapi jemaat Efesus (juga kita) melalui para hamba-Nya. Yang diperlukan ialah kesamaan hati, pikiran dan kerin-duan dari orang-orang kudus untuk meraih kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh seturut dengan kesempurnaan Kris-tus.

Lima jawatan yang telah ditetapkan bertanggung jawab membawa orang-orang kepada Kristus. Contoh: Paulus memiliki karunia-karunia sebagai rasul, gembala, penginjil juga guru untuk menuntun jemaat kepada Kristus bukan kepada manusia termasuk dirinya.

Tentu gaya dan cara penyampaian rasul, nabi, penginjil, gembala dan penginjil berbeda satu sama lain tetapi semua memiliki tujuan yang sama yaitu pem-bangunan tubuh Kristus. Kristus rindu jemaat yang adalah tubuh-Nya makin dewa-sa di dalam melakukan pekerjaan pelayanan yang Ia sudah sediakan dan juga aktif terlibat di dalam pembangunan tubuh Kristus.

Memang tubuh Kristus sudah ada tetapi perlu dibangun menjadi tubuh Kristus yang utuh. Untuk itu kita perlu diperlengkapi supaya ‘dewasa’ seperti Kristus. Kita, jemaat, patut bersyukur setiap kali ada kesempatan menerima pengajaran dan didikan Firman Tuhan yang membentuk kita menjadi anggota tubuh-Nya.

Tentu Tuhan tidak serta-merta mengubah kita (yang baru percaya) kepada kesem-purnaan, dipindahkan dari dunia ini langsung ke Surga. Namun Ia ingin kita memi-liki iman yang teguh hingga mencapai pengetahuan yang benar tentang Dia. Dengan kata lain, dari hari ke hari kita makin mengenal Dia dengan benar.

Pengajaran Mempelai menuntun kita kepada kedewasaan dan sebagai (calon) mempelai-Nya kita harus mengenal siapa Mempelai Pria Surgawi kita. Kristus membawa kita mengenal-Nya sampai kepada kesempurnaan untuk satu kali kelak duduk bersanding bersama Dia dalam pesta kawin Anak Domba Allah. Ilustrasi: seorang pria/wanita harus mengenal dengan baik calon istri/suaminya sebelum masuk dalam ikatan pernikahan. Jangan terburu-buru menikah setelah mengenal seseorang melalui facebook, di Mall dst. tanpa pengenalan yang benar.

Kristus memberikan teladan bagi kita, Ia sangat mengenal kita bahkan memper-siapkan kita supaya kudus tak bercacat sebagai mempelai-Nya. Namun faktanya, banyak orang mengaku percaya Yesus tetapi sesungguhnya mereka tidak menge-nal Kristus dengan benar. Untuk itu kita perlu memiliki iman yang kuat kepada-Nya agar (hati) kita tidak mudah digoyahkan bagaikan calon mempelai yang masih melirik sana sini mencari yang lebih baik.

Tuhan menuntun kita kepada tujuan yang pasti. Ia ingin kita bertumbuh dan me-nyatu dalam iman dan pengenalan yang benar kepada Anak Allah itulah Kristus karena banyak ajaran di dalam gereja mulai meragukan Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Tuhan mau kita dewasa (rohani) sehingga dapat memilah pengajaran yang benar dan yang salah (bnd. Ibr. 5:14). Jujur, kita sering mengetahui Yesus sebatas teori (sebagai Anak Allah, Juru Selamat dll.) tetapi tidak dilanjutkan dengan relasi yang erat agar makin mengenal Dia secara pribadi.

  • Kristus Yesus adalah teladan Kedewasaan.

Ayat 14-15 menyatakan kedewasaan membuat kita bukan lagi anak-anak yang mudah diombang-ambingkan oleh berbagai ajaran yang menyesatkan tetapi kita harus teguh berpegang pada kebenaran. “Berpegang pada kebenaran di dalam kasih” dalam terjemahan lain ialah speaking the truth in love = menyatakan kebe-naran di dalam kasih. Untuk itu kita harus menyampaikan kebenaran yang kita pegang/miliki tentang Dia.

Kita tidak sekadar mengenal kebenaran dan berpegang kepadanya tetapi sudahkah kita berjalan di dalam kebenaran itu? Sudahkan kita menghidupi kebenaran dan menyatakan kebenaran itu di dalam kasih? Harus diakui, kita terkadang tidak me-nyatakan hal yang benar karena takut ditolak. Akibatnya, kita lebih banyak kom-promi dengan hal itu. Sesungguhnya, iman dan pengenalan kita yang benar kepada Anak Allah tidak boleh dikompromikan dalam kondisi apa pun!

Jangan lupa, Tuhan ingin kita menyatakan kebenaran dalam kasih. Tak jarang orang tua menyatakan kebenaran kepada anak-anaknya tanpa kasih tetapi emosi ketika melihat sesuatu yang tidak tepat. Bukankah Kristus mendemonstrasikan kasih saat menyatakan kebenaran? Kita harus mencontoh Dia dan kasih-Nya menjadi motivasi untuk menyatakan kebenaran. Demi menyatakan kebenaran, Rasul Paulus siap/rela menghadapi risiko yaitu dipenjara. Semua ini dilakukannya karena dia mengasihi jemaat yang dilayaninya.

Orang-orang kudus yang diperlengkapi sebagai anggota tubuh Kristus memiliki respons berbeda dalam menerima benih Firman Tuhan yang ditaburkan. Ada yang jatuh di tanah (hati) di pinggir jalan, di tanah berbatu-batu, di tengah semak ber-duri dan di tanah yang baik (Mat. 13:4-8).

Kita harus memiliki keyakinan teguh bahwa iman dan pengharapan kita hanya tertuju kepada Kristus. Namun ini tidak berarti kita kemudian bersikap eksklusif atau menjauhkan diri dan tidak mau berkomunikasi dengan orang-orang yang belum/tidak mengenal Dia.

Lebih lanjut kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala. Jelas, Kristus menjadi tujuan akhir dari hidup kita. Tentu kita boleh kagum terhadap hamba-hamba Tuhan yang hebat tetapi kita tetap bertumbuh ke arah Kristus karena Dia adalah Kepala gereja.

Bagaimana kita bertumbuh semakin sempurna seperti Kristus?

- Firman Tuhan memperlengkapi kita untuk bertumbuh makin sempurna seperti Dia.

- Kita harus belajar kepada Kristus yang sempurna. Ia telah memberikan teladan sempurna dengan memiliki hati suka mengampuni. Untuk itu kita juga harus dapat saling mengampuni dan membuang segala kepahitan, kegeraman, kema-rahan, pertikaian dan fitnah (Ef. 4:31-32).

Tak dapat dipungkiri, sangatlah sulit untuk mengampuni seseorang bila hati kita dikuasai oleh ketidaksenangan dan kepahitan. Hanya oleh kasih-Nya, kita mam-pu mengampuni orang yang menyakiti hati kita.

- Kita penuh Roh Kudus untuk dapat rendah hati (Ef. 5:18-21) seperti Kristus Yesus yang rendah hati (Mat. 11:29).

Bila kita penuh dengan Roh Kudus, kita berkata-kata seorang dengan yang lain dalam mazmur, kidung pujian dan mengucap syukur senantiasa atas segala sesuatu. Kesatuan tidak mungkin terjadi kalau tidak ada kerendahan hati, tetapi yang ada hanyalah percekcokan yang menimbulkan perpecahan. Memang sulit untuk rendah hati dan dapat mengampuni; oleh sebab itu kita membutuhkan Roh Kudus.

Praktik rendah hati berkaitan dengan pengampunan dimulai dari hubungan suami istri (bnd. Ef. 5:22-33) agar tetap dalam kesatuan. Faktanya, suami-istri membutuhkan kerendahan hati untuk dapat saling mengampuni; jika tidak, yang ada hanyalah pertengkaran setiap hari karena masing-masing memper-tahankan egonya.

Bagaimana Kristus membangun hubungan dengan jemaat-Nya? Ia berkurban dengan menyerahkan nyawa bagi gereja-Nya.

Introspeksi: maukah suami/istri berkurban bagi pasangan hidupnya? Jangan suka bersandiwara, di hadapan orang suami-istri terlihat begitu akrab tetapi di rumah berantakan.

Dimulai dari hubungan nikah berkembang menjadi hubungan orang tua-anak (Ef. 6:1-4). Apakah orang tua terutama bapa-bapa memiliki hati Kristus untuk dapat memperlakukan anak-anaknya dengan baik (tidak kasar dan suka me-mukul) sehingga anak-anak dapat menghormati mereka? Apakah orang tua peduli dengan kehidupan rohani anak-anaknya untuk tumbuh bersama dalam tubuh Kristus?

Demikian pula dengan hamba/karyawan, sudahkah menaati tuan/majikannya dengan takut dan gentar serta tulus hati sama seperti menaati Kristus (Ef. 6:5-6)?

Dengan mengenal Kristus, kita memiliki hati yang taat kepada-Nya untuk mam-pu menjalani kehidupan sehari-hari karena hati kita lurus tidak ada tipu menipu lagi, juga tidak ada manipulasi dengan apa yang kita kerjakan. Kita tidak mengajukan banyak dalih untuk mengerjakan tugas yang Tuhan berikan kepa-da kita. Kita mampu menghormati atasan kita dan menuntaskan tugas karena kita takut akan Tuhan. Dengan demikian kita tidak bertindak asal hati majikan atau pimpinan atau gembala senang tetapi kita menyenangkan hati Tuhan.

- Kita kuat di dalam kekuatan kuasa-Nya dengan mengenakan seluruh perleng-kapan senjata Allah untuk dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis (Ef. 6:10-12).

Untuk dapat menggunakan senjata militer diperlukan latihan agar mengenai sasaran dengan tepat. Kita yang sudah dewasa (rohani) diperlengkapi dengan senjata Allah untuk melawan musuh kita itulah penguasa-penguasa dan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini dan roh-roh jahat di udara.

Dibutuhkan kedewasaan untuk dapat menggunakan seluruh perlengkapan sen-jata Allah juga untuk dapat mengenal musuh yang sesungguhnya. Rasul Paulus menegaskan bahwa perjuangan kita bukan melawan darah dan daging (Ef. 6:12). Kenyataannya, banyak orang Kristen tidak dapat menggunakan senjata-senjata tersebut. Mereka malah menganggap orang-orang dekat (suami/istri, anak, dan teman) sebagai musuh, bukan roh-roh jahat.

Perlengkapan senjata macam apa yang harus dikenakan?

§ Berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan (ay. 13-14).

Bagaimana kita berikat pinggang kebenaran kalau kita tidak tahu apa itu kebenaran? Betapa pentingnya pengenalan yang benar tentang Kristus dan Firman-Nya karena kita sedang menghadapi peperangan.

§ Berperisai iman untuk memadamkan semua panah api dari si jahat (ay. 15-16).

Masihkah kita beriman saat menghadapi masalah nikah dan keluarga? Mam-pukah kita menggunakan perisai iman saat api dari si jahat ‘ditembakkan’ ke keluarga dan pekerjaan kita? Perisai iman telah diberikan kepada kita, apakah kita telah menggunakannya dengan baik? Firman Tuhan sudah dibe-rikan kepada kita, apakah kita telah mempergunakannya dalam menghadapi panah api si jahat? Apakah Roh Kudus cuma diam saja karena pikiran dan keinginan kita lebih berperan aktif?

§ Berpedang Roh yaitu Firman Allah (ay. 17).

Tusukan pedang terasa sakit; demikian pula Firman Allah bagaikan pedang bermata dua yang dapat melukai tetapi bertujuan untuk kebaikan (Ibr. 4:12). Apakah kita dapat menggunakan senjata-senjata ini untuk menangkal semua ‘musuh’ sehingga kita tampil sebagai pemenang?

Kita harus tumbuh dewasa secara rohani sampai kita memahami apa itu kebenaran dan siapa itu Kristus. Jika kita beriman teguh kepada kebenaran, kita tidak mudah goyah sedikit pun. Melihat anggota tubuh di sekitar kita, mereka bukan lagi musuh tetapi sama-sama bertumbuh dan bergandengan tangan ke arah Kristus sebagai Kepala.

Pertumbuhan memerlukan proses (ada yang cepat ada pula yang makan waktu lama) menuju kepada kedewasaan dan kesempurnaan. Jangan kita lengah meskipun sudah memperlengkapi diri sehingga mengalami kekalahan.

Firman Tuhan telah mengupas proses menuju kedewasaan seperti yang Tuhan inginkan dan marilah kita mencontoh teladan kedewasaan Tuhan yang sempurna sehingga kita siap masuk dalam pernikahan dengan Mempelai Pria Surgawi. Amin.