Mengenal Kasih Kristus Yang Tak Terukur

Pdt. Paulus Budiono, Minggu, Johor, 10 Juni 2018

Shalom,

Sudahkah kita mengenal dengan baik satu sama lain jika kita bertemu hanya seminggu sekali? Keakraban kita terjadi hanya kalau ada event tertentu seperti penyelenggaraan KKR, retret dll. setelah itu semua kembali seperti biasa kita bertegur sapa hanya saat bertemu di gereja. Sejauh mana pengenalan kita kepada Tuhan bila kita beribadah hanya seminggu sekali? Sungguhkah kita ingin mengenal Dia secara pribadi? Apa keinginan Rasul Paulus berkaitan dengan pengenalan kita akan Tuhan? Efesus 3:18-19 menuliskan, “Aku berdoa supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalam-nya kasih Kristus dan dapat mengenal kasih itu sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”

Apa kaitan antara mengenal Pribadi-Nya dengan memahami kasih-Nya? Setiap pengkhotbah, termasuk Rasul Paulus, mendapatkan pencerahan dari Tuhan sesuai kebutuhan jemaatnya. Rasul Paulus berdoa baik untuk perorangan maupun kebersamaan agar kita memahami betapa lebar, panjang, tinggi dan dalamnya kasih Kristus. Mengapa kita perlu mengenal Dia secara pribadi selain mengenal-Nya secara bersama-sama? Setiap orang memiliki pemahaman sendiri terhadap kasih Tuhan, pemahaman kita terhadap kasih-Nya dapat berbeda dengan pemahaman suami/istri kita terhadap kasih-Nya. Ilustrasi: laki-laki dan perempuan beda kondisi. Kalau suami tidak mengerti bagaimana mengasihi istri, si istri akan kehilangan kasih bahkan menjadi kurang/tidak menghormati suami.

 

 

Rasul Paulus memberikan contoh baik bagi kita sebagai pembicara/pengkhotbah, apa yang dilakukan-nya? Efesus 3:14-18 menuliskan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu sehing-ga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus dan dapat mengenal kasih itu sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.”

Rasul Paulus berdoa sungguh-sungguh bahkan ditulis ‘aku sujud’ (sikap doa) dan ‘aku berdoa’ sampai tiga kali. Saat di penjara pun, dia tidak berdoa minta dilepaskan/dibebaskan tetapi supaya jemaat Efesus dapat memahami dan mengenal kasih Kristus. Dia malah membesarkan hati mereka untuk tidak tawar hati melihat dia dipenjara karena mereka (Ef. 3:1,13).

Introspeksi: apakah pemberita Firman Tuhan berdoa sungguh-sungguh saat anggota jemaat mohon didoakan karena suatu masalah? Jujur, hamba Tuhan sering basa-basi mengatakan “Ya, nanti saya doakan” tetapi begitu ke luar dari gereja janji untuk mendoakan orang tersebut sudah terlupakan. Berbeda dengan Rasul Paulus, meskipun tidak lagi menggembalakan jemaat Efesus, dia tetap meng-ingat mereka dalam doa.

Pihak jemaat harus menyadari bahwa hamba Tuhan yang berbicara di mimbar tidaklah sempurna, jangan mencari-cari kesalahannya lalu memberikan respons negatif. Berdoalah bagi hamba Tuhan tersebut dan lihatlah Alkitab yang sempurna; sebaliknya, jika melihat hamba Tuhan yang hebat, lihatlah pula bahwa Alkitab jauh lebih hebat. Jangan kita menilai berlebihan terhadap hamba Tuhan yang fasih lidah dan beroleh karunia melakukan banyak mukjizat! Alkitab tetap menjadi tolok ukur bagi hamba Tuhan maupun jemaat dalam hal saling mengenal dan memahami kasih Tuhan!

Paulus mengingatkan kita, jemaat kafir, bahwa kita tidak cukup hanya menerima Yesus dan disela-matkan tetapi kita harus berakar serta berdasar di dalam kasih (Ef. 3:17). Masalahnya, bagaimana kita berakar kuat jika kita kurang/tidak membaca Alkitab tiap hari? Bukankah semakin kita mengenal seseorang, semakin kita akrab dengannya? Paulus mengenal Tuhan begitu intim sehingga dia dapat menulis kriteria tentang kasih-Nya yang tertuang dalam 1 Korintus 13:1-13. Dia mengatakan bahwa kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu/iri hati, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu dan tidak berkesudahan.

Lebih lanjut Paulus mengatakan sia-sia kita memiliki banyak karunia dan pengetahuan bahkan me-miliki iman sempurna untuk memindahkan gunung jika tidak mempunyai kasih. Kasih harus dibuk-tikan dengan pengurbanan. Contoh: orang muda kaya yang mengaku telah melakukan hukum Taurat tetapi terbukti dia lebih mengasihi harta kekayaannya ketimbang menjual semua dan memberikannya kepada orang-orang miskin untuk mengikut Yesus (Mat. 19:18-22).

Mengapa kita sangat memerlukan kasih Kristus? Menghadapi kondisi akhir zaman ini yang mana kasih manusia makin dingin (Mat. 24:12), kita harus dipenuhi kasih untuk melawan kebencian. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, kita akan menuruti seluruh (bukan sebagian) perintah-Nya; dampaknya, Bapa Surgawi juga mengasihi kita dan diam bersama kita (Yoh. 14:15, 23-24).

Perlu diketahui, diperlukan proses yang makan waktu untuk mengenal seseorang, bukan mengenal dia satu hari langsung dilamar dan menikah yang nantinya menyesal. Demikian pula pengenalan kita akan Yesus juga tidak kilat tetapi step by step kita belajar memahami Dia.

Berbicara mengenai ukuran panjang, lebar, tinggi dan dalamnya kasih Yesus yang menunjukkan bentuk dimensi bukan bidang datar, dapatkah para ilmuwan mengukurnya? Manusia dapat mene-mukan ukuran diameter bumi dari kutub Utara sampai Kutub Selatan sebesar 145 juta km, sementara bumi sebagai planet ketiga dari matahari dan termasuk planet terpadat berjarak 149,6 juta km dari matahari. dst karena masih berupa bidang datar tetapi berapa lebar, panjang, dalam dan tinggi kasih Allah yang menciptakan alam semesta dari tidak ada menjadi ada? Sering kita mengukur kasih menurut ukuran manusia yang terbatas akibatnya kita kecewa karena kurang/tidak sabar padahal kasih itu panjang sabar.

Kita tidak dapat mengenal kasih Allah melalui tulisan tetapi melalui praktik hidup. Kita mengetahui kasih-Nya yang memilih kita sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4) namun kita sering membatasi kasih-Nya karena kita belum memahami atau melupakan kurban Kristus. Contoh: ketika suami istri merasa sudah tidak ada kecocokan satu sama lain, tercetuslah perkataan ‘cerai’ walau saat menikah mereka saling mencintai. Mengapa hal ini dapat terjadi? Karena tidak saling mengenal! Jika suami/istri meng-ukur cinta pasangan hidupnya menurut ukuran dunia, istri/suami tidak akan pernah merasa puas dan selalu menemukan kelemahannya. Semua ini disebabkan karena suami-istri tidak mengenal Tuhan dan pengenalan kita terhadap sesama juga terbatas.

Suatu saat Rasul Paulus menjadi sedih hati karena dia sudah menjaga pelayanan sedemikian rupa agar tidak menjadi celaan/sandungan bahkan dia rela menderita kesesakan dan kesukaran demi pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah namun jemaat Korintus merespons pemberitaan Firman dengan hati sempit (buktinya terjadi blok-blokan) padahal Paulus dan rekan sepelayanan telah membuka hati lebar-lebar kepada mereka. Dia mengingatkan agar mereka membuka hati selebar-lebarnya (2 Kor. 6:1-3, 11-12).

Aplikasi: jangan menyia-nyiakan kasih karunia Allah dan jangan menjadi sandungan! Kita harus dapat menjaga diri agar pelayanan kita tidak dicela oleh karena ketidakseriusan dalam pelayanan. Bukalah hati lebar-lebar dan jangan membatasi durasi waktu untuk menerima taburan Firman-Nya! Ironis, hati terbuka lebar-lebar untuk perkara duniawi tetapi terbuka sedikit untuk Firman Tuhan! Hamba Tuhan harus berani bayar harga meskipun terasa sakit di hati menghadapi kritikan dan sikap serta tindakan jemaat yang melecehkannya. Pandanglah kasih Tuhan yang tak terukur dan ingatlah bahwa kita adalah orang berdosa dan orang buangan yang patut dimurkai tetapi di posisi itulah kasih-Nya melingkupi kita. Oleh kasih karunia-Nya kita diselamatkan dan diberi tempat bersama-Nya di Surga (Ef. 2:3-7).

Di mana Surga tempat Allah bersemayam? Jarak bumi dan matahari dapat diukur tetapi tak seorang pun tahu dengan tepat ukuran jarak bumi ke Surga. Betapa hebatnya kasih Allah yang tercurah bagi kita yang seharusnya mati dan masuk neraka tetapi ditarik oleh Yesus melalui pengurbanan Diri-Nya. Ia bahkan menawarkan, “Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang men-dengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia dan ia bersama-sama dengan Aku. Barangsiapa menang, ia akan Kudu-dukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” (Why. 3:20-21)

Ayat di atas merupakan nubuat hubungan nikah Mempelai Perempuan dengan Mempelai Pria Surgawi. Mulailah mengenal kasih suami/istri kita! Jika kita tidak mengenal personalitasnya, muncul-lah ego kita yang mengakibatkan pertengkaran bahkan kemungkinan perceraian. Ingat, berbicara tentang kasih, di balik kasih ada ‘kematian’ artinya, ke-‘aku’-an harus dimatikan supaya kasih menjadi hidup.

Kita dibenarkan karena iman dan hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Yesus Kristus. Di dalam kasih karunia-Nya, kita bermegah dalam pengharapan untuk menerima kemuliaan Allah meski harus mengalami sengsara namun melalui sengsara timbullah ketekunan – tahan uji – pengharapan yang tidak mengecewakan karena kasih-Nya dicurahkan dalam hati oleh Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita (Rm. 5:1-5).

Sungguhkah kita beriman bahwa Roh Kudus sudah mencurahkan kasih-Nya dalam hidup kita? Ketekunan kita yang ditopang oleh kasih Allah membuat kita dapat memahami dan mengenal kasih pengampunan-Nya yang tak terukur atas dosa dan pelanggaran kita. Justru saat kita masih lemah (tidak ada kasih), Kristus telah mati untuk kita; kasih Allah dibuktikan dengan kematian Putra Tunggal-Nya ketika kita masih berdosa (Rm. 5:6-8).

Tuhan tidak mengenal dosa kecil, dosa putih atau dosa besar, semua berbobot sama dan patut menerima hukuman. Semakin kita merasa berdosa dan tidak berguna, semakin besar kasih Allah tercurah dalam kehidupan kita. Jangan kita dan pelayanan kita kehilangan kasih Allah yang memberikan jaminan pasti! Kita dapat berbuat baik setelah kita diselamatkan karena sebaik apa pun perbuatan kita tidak akan menambah kedudukan kita di Surga. Ingat, kita boleh masuk Surga hanya karena kasih karunia Tuhan semata bukan karena amal kebaikan kita (Ef. 2:8-9). Jakinlah kita yang sudah diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Yesus Kristus pasti diselamatkan oleh hidup-Nya (Rm. 5:9-11).

Bila kita rindu menjadi Mempelai Perempuan Tuhan, kenali Dia hari demi hari dengan rajin membaca surat cinta-Nya – Alkitab – hingga kita makin mengenal Dia dengan intim dan satu kali kelak Ia datang mempersunting kita dan membawa kita untuk bersanding dengan-Nya selamanya di Yerusalem Baru. Amin.