• KEMURAHAN YANG MEMULIHKAN (JOHOR)
  • Mazmur 6
  • Johor
  • 2022-08-07
  • Pdm. Kasieli Zebua
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1189-kemurahan-yang-memulihkan

Shalom, 

Kenyataannya tidak ada seorang pun bebas total dari pergumulan selagi hidup di bumi ini (Ayub 7:1). Ada berbagai macam pergumulan, baik masalah nikah, keluarga, ekonomi, pekerjaan, kesehatan dll. Dan pergumulan bagaikan orang bergelut/bergulat untuk memenangkan masalah yang dihadapi (bnd. Yakub bergumul dengan malaikat Tuhan - Kej. 32:28). Tak terkecuali Daud juga menghadapi pergumulan baik secara pribadi maupun sebagai raja dalam menghadapi orang-orang di sekitarnya termasuk mertua (Saul) dan anaknya sendiri (Absalom). 

Apa yang dilakukan oleh Raja Daud (juga kita) dalam menghadapi pergumulan hidup yang sangat berat? Dia menulis Mazmur 6 sebagai doa pergumulan yang berisi:

A. Permohonan kemurahan TUHAN (ay. 1-4)

“….Ya TUHAN, janganlah menghukum aku dalam murka-Mu dan janganlah menghajar (chasten = discipline = mendidik) aku dalam kepanasan amarah-Mu. Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar dan jiwaku pun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi?” 

Daud memohon kemurahan Tuhan agar tidak menghukum dalam murka-Nya dan tidak menghajar/mendisiplin dalam kepanasan amarah-Nya karena kesalahan yang diperbuatnya. Perlu diketahui, Tuhan menghajar bukan hanya orang-orang yang tidak dikasihi tetapi juga orang-orang yang dikasihi-Nya dengan tujuan mendisiplinkan mereka supaya hidup dalam kebenaran. Tampaknya Daud melakukan kesalahan berat yang membuat TUHAN murka dan dia memohon kemurahan-Nya dalam mendidik dia. 

Benarkah Tuhan asal murka kemudian menghukum dan menghajar seseorang dengan problem atau sakit fisik maupun rohani? Ternyata tidak! Apa kata penulis Ibrani tentang alasan mengapa Allah menghajar seseorang? “Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar (chasten = discipline = dididik) oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran yang harus diderita setiap orang maka kamu bukanlah anak tetapi anak-anak gampang (illegitimate = anak haram). Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” (Ibr. 12:7-10) 

Jelas tujuan Allah menghajar/mendidik kita ialah untuk kebaikan kita sendiri – kita lebih taat kepada-Nya supaya hidup di dalam kekudusan. Memang tiap ganjaran mendatangkan dukacita tetapi kemudian menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai (ay. 11). 

Ayub juga pernah bergumul menghadapi situasi paling sulit di dalam hidupnya – bangkrut dalam sekejab, semua anaknya mati, tubuhnya berpenyakitan dari telapak kaki hingga kepala – tetapi pada akhirnya TUHAN memulihkannya. Melalui ujian tersebut Ayub mengaku bahwa dia mengenal TUHAN bukan dari kata orang tetapi mengalami pengenalan pribadi dengan-Nya (Ay. 42:5). 

Aplikasi: ada kalanya Tuhan melatih kita melalui pergumulan-pergumulan hidup supaya kita lebih mengenal Dia dan senantiasa mengandalkan-Nya. 

Daud dalam kondisi yang begitu sulit – tulang-tulangnya gemetaran, jiwanya terkejut – memohon belas kasihan TUHAN. Dia sadar bahwa hanya TUHAN yang sanggup menyembuhkan dan memulihkan keadaannya.

“Jiwanya terkejut” menyiratkan bahwa Daud terkejut dan dikejutkan secara tiba-tiba dengan situasi di luar dari apa yang diharapkannya. Di saat itulah dia memohon belas kasihan TUHAN. 

Berapa lama Daud mengalami pergumulan berat itu? Tidak disebutkan dengan jelas tetapi dari perkataannya “berapa lama lagi?” menyiratkan bahwa dia sudah bergumul cukup lama menantikan pertolongan dan kemurahan TUHAN. 

Pembelajaran: hendaknya kita tidak mudah putus asa dalam berharap kepada Tuhan walau permohonan doa kita tidak segera dijawab oleh-Nya. Kalau sepertinya Tuhan “tidak menjawab”, jangan kita kecewa kemudian mencari solusi lain dan tidak percaya lagi kepada-Nya. Ingat, hanya Tuhan yang dapat menolong dan kita andalkan! Buktinya, Daud sebagai raja yang memiliki kemampuan, kekuasaan, harta berlimpah, tetapi dia tidak mengandalkan semua itu ketika menghadap TUHAN. Dia sadar bahwa hanya TUHAN dengan belas kasihan-Nya yang mampu menolong dia. 

B. Permohonan pemulihan dari TUHAN (ay. 5-8)

“Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu. Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati? Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku dengan air mataku aku membanjiri ranjangku. Mataku mengidap karena sakit hati, rabun karena semua lawanku.” 

Daud mengalami pergumulan berat menghadapi penyakit yang mengindikasikan membawa kepada maut. Untuk itu dia memohon TUHAN agar memulihkan dan menyelamatkan dia oleh karena kasih setia-Nya. 

Kitab Mazmur berbicara banyak tentang kasih setia Tuhan. Apa yang dimaksud dengan “kasih setia Tuhan”? Bahwa Tuhan itu setia, Ia tidak pernah meninggalkan atau membiarkan tetapi selalu menolong dan memerhatikan kehidupan kita dalam kondisi apa pun. Daud percaya bahwa Ia penuh kasih setia; itu sebabnya Ia memohon, “Kembalilah pula Tuhan luputkan jiwaku, selamatkan aku.” Rasul Paulus menegaskan walau kita tidak setia, Ia tetap setia karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya (2 Tim. 2:13). 

Jujur, kadang kita merasa bergumul sendirian dan tidak ada orang menolong kita. Daud juga pernah merasakan hal ini tetapi kemudian dia melanjutkan bahwa pertolongannya ialah dari TUHAN, Pencipta langit dan bumi (Mzm. 121:1). 

Apa maksud Daud mengatakan “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu”? Dia mau menyampaikan bahwa kalau dia mati, dia tidak dapat bersyukur kepada-Nya. Oleh sebab itu dia minta tolong kepada TUHAN supaya dia tetap hidup dan dapat bersyukur kepada-Nya. 

Aplikasi: kalau kita masih hidup saat ini walau mengalami pergumulan berat, pergunakan hidup kita untuk bersyukur dan mempermuliakan Tuhan. Jangan pergunakan hidup ini untuk perkara yang sia-sia! 

Daud juga mengeluh lesu tidak berdaya dan menangis setiap malam dalam kesedihan menghadapi pergumulan yang dilaluinya. Bahkan matanya mengidap karena sakit hati dan rabun karena lawan-lawannya. Ternyata lawan-lawannya bermunculan antara lain Simei, keturunan Benyamin, yang mengutuki dia dan melempari batu karena dianggap telah merebut kekuasaan Saul (2 Sam. 16;5-13); anaknya sendiri, Absalom, melakukan kudeta (2 Sam. 15) dll. 

Aplikasi: dalam menghadapi pergumulan yang sangat berat, kita tahu kepada siapa kita berbicara dan mengeluarkan keluhan yaitu kepada Tuhan, satu-satunya Penolong yang mampu memulihkan dan menyelamatkan kita. Kita tidak perlu malu menangis di hadapan-Nya karena Ia memerhatikan setiap tetesan air mata. Jangan malah mengumbar keluh kesah kita ke mana-mana apalagi ke medsos untuk mengharapkan pertolongan! 

C. Keyakinan pemulihan dari TUHAN (ay. 9-11)

“Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan sebab TUHAN telah mendengar tangisku; TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku. Semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata.”

Terbukti bahwa TUHAN itu benar-benar hidup dan nyata. Ia dapat mendengar tangisan, mendengar permohonan bahkan menerima doa Daud. Terjadi kelegaan luar biasa sehingga Daud berkata dengan suatu kepastian, “Menjauhlah daripadaku kamu sekalian (musuh-musuh) yang melakukan kejahatan.” 

Awalnya jiwa Daud terkejut karena menghadapi persoalan di luar perkiraannya kini semua musuh terkejut karena pertolongan Tuhan datang di luar akal/nalar manusia. Perhatikan, Tuhan sanggup melakukan di luar pikiran, harapan dan kemampuan kita. 

Aplikasi: pergumulan apa pun – masalah pribadi, nikah, rumah tangga, hubungan dengan Tuhan dan sesama – yang kita hadapi, tetaplah percaya kepada Tuhan dan minta pertolongan dari-Nya. Ia sanggup menolong dan memukul mundur musuh-musuh kita.

Firman Tuhan jelas mengajarkan bahwa di dalam menghadapi pergumulan apa pun, hendaknya kita ingat bahwa kita mempunyai TUHAN untuk memohon dan mengadu karena Ia memerhatikan kita dengan kasih setia. Apa pun pergumulan kita, curahkan seluruh isi hati kita hanya kepada-Nya bukan kepada manusia yang terbatas menolong kita dan percayalah bahwa Tuhan sanggup memulihkan kita. Jangan teperdaya dengan tipu muslihat Iblis yang membuat kita ragu kepada Tuhan. Kita harus memiliki satu keyakinan dan satu kepastian bahwa hanya Tuhan yang sanggup menolong dan memberikan kemenangan bagi kita. Amin.