• BERBAHAGIALAH SEMUA ORANG YANG BERLINDUNG PADA-NYA
  • Lemah Putro
  • 2022-07-10
  • Pdm. Edi Sugianto
  • https://www.gkga-sby.org/mobile/index.php/ibadah-umum/1169-berbahagialah-semua-orang-yang-berlindung-pada-nya-2
  • Video Ibadah: KLIK DISINI

Shalom, 

Hanya Tuhan yang layak kita puja dan agungkan serta sembah sebab Ia sangat baik dan memberkati kita dengan Firman-Nya dari waktu ke waktu untuk menguatkan kita menghadapi masalah apa pun.

Kematian Yesus dan kebangkitan-Nya telah menggenapi semua yang tertulis tentang Dia (=Yesus) dalam kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur (Luk.24:44). Yesus adalah Tuhan dan Kristus, Sang Mesias (Kis. 2:32,36). 

Mazmur ke-2 adalah salah satu Mazmur Mesianik. Mazmur ini ditulis oleh Raja Daud sehingga kita dapat memahaminya dari sudut pandang, iman dan pengalaman serta penggenapannya dalam Perjanjian Baru (Kis. 4:25;13:33). Di ayat terakhir (ay. 12b) pemazmur mengatakan, “Berbahagialah (blessed = diberkati) semua orang yang berlindung pada-Nya.” Tentu yang dimaksud ialah berlindung kepada Tuhan Allah, Sang Pencipta alam semesta. Kata “berlindung” memiliki makna percaya dan berserah, artinya memiliki iman percaya dan memercayakan diri kepada Tuhan; maksudnya kita tidak mengandalkan kekuatan, kehebatan, kekayaan, pikiran dan merasa mampu mengerjakan sendiri. 

Orang yang berlindung pada Tuhan akan bahagia. Sudahkah kita berbahagia? Kalau belum, apakah kita sudah berlindung pada Tuhan? Tuhan berjanji kita akan berbahagia bila tidak serupa dengan dunia ini dan mencintai Firman-Nya (Mzm. 1:1-3). Kita juga berbahagia/diberkati bila mengandalkan Tuhan dan menaruh pengharapan kepada-Nya seperti pohon ditanam di tepi air yang daunnya tetap hijau dan tidak berhenti menghasilkan buah (Yer. 17:7-8). 

Mengapa kita perlu berlindung kepada Tuhan?

a. Manusia ingin melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya (ay. 1-3).

Manusia merasa hebat dan berkecenderungan melawan Tuhan. Mengapa? Raja-raja dunia dan para pembesar bermufakat melawan Tuhan karena merasa terkekang dan tertindas oleh-Nya dan yang diurapi-Nya. 

Siapa yang diurapi-Nya? Raja-raja dan imam-imam diurapi Tuhan. Di konteks ini tertulis “melantik raja-Ku” (ay.6) berarti fokus pada Raja Daud yang diberi kekuasaan dan kepercayaan atas orang Israel pada masa itu. 

Dalam kitab Sejarah PL, banyak orang ingin menjatuhkan Daud yang sudah diurapi tetapi tidak langsung memerintah sebagai raja, sebab saat itu Raja Saul masih memerintah. Siapa yang tidak suka dengan Daud dan berusaha menjatuhkannya? 

⊕. Kakak-kakak Daud merendahkan dia saat dia tidak terima dengan perkataan Goliat yang menghujat Allah (1 17:22-28).

⊕. Raja Saul telah ditolak oleh Allah sebab dia tidak taat dan telah menolak Firman-Nya (1 Sam.15). Dia menyadari bahwa TUHAN telah memberikan jabatan raja kepada Daud sehingga dia sangat iri hari dan membenci Daud bahkan ingin membunuhnya (1Sam.18-27). Saul tidak berhasil melawan dan mencelakai Daud, orang yang telah diurapi TUHAN, sebab Allah menjadi tempat perlindungan Daud. Sementara itu, Daud menunjukkan sikap hormat kepada orang yang diurapi TUHAN sekalipun dia memiliki kesempatan untuk membunuh Saul namun dia tidak melakukannya (1Sam.24:5-8; 26:7-12). Bahkan dia tidak memberikan penghargaan kepada orang muda yang membunuh Saul tetapi malah membunuhnya (2 1). Daud tidak memiliki hati pendendam tetapi mengembalikan pembalasan kepada Tuhan yang berhak melakukannya (Ibr. 10:30).

⊕. Raja-raja Filistin dan bangsa-bangsa lain bermufakat mau mengalahkan Daud tetapi Daud selalu menang dalam peperangan karena dia dalam perlindungan Tuhan (1Sam.29; 5:17-25; 8). 

Daud memegang perkataan Tuhan yang berjanji akan mengokohkan kerajaannya dan keturunannya. Terbukti ketika Israel pecah menjadi dua, kerajaan Yehuda selalu dipimpin oleh garis keturunan Raja Daud. Janji pengurapan terus ada pada keturunan Daud dan berlangsung hingga era Perjanjian Baru yang mana dalam silsilah Yesus Kristus (Mat. 1) tertulis Yusuf suami Maria melahirkan Yesus yang disebut Kristus (ay. 16). 

Mazmur 2 sering disebut Mazmur Mesias karena mengarah pada Yesus sebagai Mesias yang diurapi, Anak Allah yang akan menjadi raja atas keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (Luk. 2:32-33).

“Yang diurapi” (bhs. Ibr: mashiyach dan bhs. Yunani: khristos = the anointed). Mesias dan Kristus memiliki arti sama yaitu “yang diurapi” dan ini mengarah pada Kristus yang diurapi, Raja di atas segala raja. 

Jika di zaman Daud banyak orang menentang Tuhan dan dia yang diurapi-Nya, di zaman Yesus pun banyak orang menentang TUHAN dan Mesias yang diurapi-Nya. Buktinya? Petrus dan Yohanes memberitakan Yesus Kristus yang bangkit disertai mukjizat sehingga banyak orang bertobat. Mendengar pemberitaan ini pemimpin- pemimpin Yahudi, tua-tua dan ahli-ahli Taurat membawa mereka ke Mahkamah Agama dan menginterogasi mereka dengan kuasa apa mereka melakukan kegiatan tersebut. Mereka mengatakan memakai kuasa Nama Tuhan juga menegaskan tidak ada keselamatan selain di dalam Yesus. Mereka kemudian diancam dan dilarang melakukan kegiatan dengan menggunakan Nama Yesus. Memang mereka tidak dihukum sebab tidak ada alasan untuk menahan mereka namun para pemimpin Yahudi dan pemimpin politik bersepakat untuk menghentikan ajaran tentang Yesus (Kis. 4:1-22). Bukankah ini sama dengan melawan Tuhan? Sebab para murid juga diurapi dan dipenuhi Roh Kudus. 

Aplikasi: kita juga diurapi Tuhan dan Roh Kudus ada di dalam kita. Oleh sebab itu kita perlu berlindung pada- Nya dan tidak perlu takut memberitakan Injil Kristus.

Apa yang harus dilakukan ketika menghadapi tantangan? Ketika para murid diancam dan dilarang memberitakan Injil, mereka bersikap seperti Daud yaitu tidak melawan tetapi berlindung kepada TUHAN dengan jalan berdoa. Mereka mengakui Tuhan, Pencipta alam semesta berdaulat atas hidup manusia. Mereka menyebut Herodes dan Pilatus (pemimpin pemerintahan), bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus yang diurapi juga mengancam mereka yang memberitakan Firman (ay. 23-31). 

Aplikasi: kita perlu mendoakan penginjil-penginjil yang berada di garis depan dalam memberitakan Firman Tuhan. Kita juga berdoa bagi pemimpin bangsa agar memiliki hati takut akan Tuhan dalam bertindak. Kita harus berani bersaksi menyatakan kebenaran dalam perkataan dan tindakan serta tidak kompromi dengan dosa walau diancam sekalipun. 

Tindakan orang-orang yang menentang Tuhan berkelanjutan sejak zaman Daud (Perjanjian Lama) hingga sekarang (Perjanjian Baru). Mereka menentang Tuhan sejak Yesus lahir dan Herodes yang merasa posisinya terancam memerintahkan anak-anak berumur dua tahun ke bawah dibunuh. Namun apa pun yang terjadi Firman Tuhan tetap berjalan dan digenapi. Setelah Yesus dewasa dan melayani, ahli-ahli Taurat dan orang- orang Farisi berusaha menjatuhkan bahkan berupaya membunuh-Nya sebab mereka tidak mau harga diri dan posisi nyaman mereka dalam tradisi Yahudi diubah dengan ajaran Yesus. Ini membuktikan bahwa sikap kesombongan diri – merasa diri hebat, merasa diri benar – ada dalam diri manusia yang tidak mau tunduk pada kedaulatan dan kebenaran Tuhan termasuk dalam keselamatan. Bukankah banyak orang merasa mampu beroleh keselamatan dengan rajin beribadah dan berkurban banyak padahal keselamatan merupakan kasih karunia (Ef. 2:8-9) dan ada hanya di dalam Yesus? Kita harus mengakui ketidakmampuan kita karena kita hanyalah ciptaan Tuhan dan perlu berlindung pada-Nya.

b. Tuhan, Sang Pencipta alam semesta, berdaulat atas hidup manusia (ay. 4-9). Ia menertawakan kesombongan manusia yang merasa hebat dan mampu mengalahkan-Nya.

Manusia ingin bebas dari kekangan Tuhan, Sang Pencipta yang bersemayam di Surga, dan tidak mau tunduk kepada-Nya. Betapa jauh perbedaannya antara dunia dan Surga, manusia ciptaan dengan Tuhan Penciptanya! 

Harus diakui kita tidak dapat lepas/bebas tanpa Dia sebab kita dahulu hamba dosa tetapi dibebaskan dan sekarang menjadi hamba kebenaran (Rm. 6:20-22). Sebagai hamba kebenaran, kita merasa ada beban ketika bersaksi tentang kebenaran; itu sebabnya Yesus menawarkan kelegaan dan memikul kuk yang dipasang-Nya sebab beban yang diberikan-Nya ringan dan kuk-Nya enak (Mat. 11:28-30). Kita mampu menanggung beban sebab kita bersama Dia.

Ingat, hidup kita adalah milik Tuhan. Oleh sebab itu kita harus menuruti kehendak dan ketetapan-Nya. Ada banyak ketetapan Tuhan yang perlu kita pahami dan lakukan. Ketetapan Tuhan dalam Mazmur 2 dan Kisah Para Rasul 4 berkaitan dengan otoritas. Ia telah menetapkan Daud sebagai raja juga Yesus sebagai Raja atas segala raja. Bagaimana ketaatan kita terhadap ketetapan dari Tuhan? Kita harus percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Kedaulatan TUHAN yang menetapkan Yesus sebagai Raja atas segala raja berlaku sepanjang masa bahkan sampai kekekalan (Why.2:26-27). 

Aplikasi: dalam keseharian hidup, di mana pun kita berada – di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di pelayanan, bernegara – pasti ada orang yang sudah ditetapkan mempunyai otoritas: orang tua, kepala sekolah-guru- dosen, atasan/majikan, Gembala-Penatua-majelis-pembicara, Presiden dst. Kita harus menghargai dan menghormati mereka. Kalau keputusan mereka tidak sesuai dengan ketetapan Tuhan, kita harus mendoakan mereka dan lebih tunduk pada ketetapan Tuhan. Ia sendiri yang berdaulat menolong kita dan menghancurkan orang-orang yang menentang-Nya.

Bagaimana cara kita berlindung pada TUHAN? Bertindak bijaksana, menerima pengajaran dan beribadah dengan takut (ay. 10-12)

Kita memerlukan hikmat untuk dapat bersikap bijaksana dalam memutuskan sesuatu. Ayat-ayat ini menasihatkan para penguasa/pemimpin untuk tidak memegahkan kekuasaannya tetapi tunduk kepada Tuhan. Orang yang dipercaya kedudukan jabatan/posisi di dunia ini harus tetap tunduk kepada Tuan di atas segala tuan. Kita harus bijaksana dalam tunduk pada kedaulatan Tuhan. Kita perlu bijaksana menghadapi para pemegang otoritas di mana pun kita berada. Kita perlu bijaksana dalam menghadapi tantangan sekalipun. Sikap bijak ini diperoleh dengan menerima Firman Tuhan terutama pengajaran tentang keselamatan hanya ada di dalam Yesus. 

Kita perlu menerima pengajaran dari TUHAN. Pengajaran mengenai ketetapan Allah yang telah menjadikan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dan telah menjadikan Dia sebagai Raja segala raja. Pengajaran yang benar membawa kepada ibadah yang benar yaitu sikap takut/hormat dan tunduk kepada Tuhan serta menyembah hanya kepada satu Tuhan. Jangan bertindak bodoh dengan menggantikan posisi Tuhan dengan kekuatan, kemampuan, kepandaian dan kekayaan kita! Oleh sebab itu, mari beribadah kepada TUHAN dengan penuh ucapan syukur, dengan cara yang berkenan kepada-Nya dan dengan sikap hormat dan takut (Ibr.12:28-29). 

Akhirnya, untuk mendapatkan kebahagiaan kita perlu sepenuhnya berlindung kepada TUHAN dengan hidup bijaksana, menerima setiap ketetapan TUHAN dan beribadah kepada-Nya dengan sikap penyembahan. Hal tersebut kita nyatakan dalam kehidupan sehari-hari dalam relasi kita dengan TUHAN dan sesama. Lebih dari itu, mari kita terus memberitakan Injil keselamatan kepada semua orang; berdoa bagi para pemberita Injil, dan berdoa bagi para pemimpim kita agar mereka melakukan tugasnya sesuai dengan ketetapan Tuhan. Amin.